Istri Cantik-cantik Ganas

Ciuman Pertama



Ciuman Pertama

0Nenek Mo sangat suka melihat pertunjukan drama tentang Dongeng Huang Mei saat ini, sangat cocok dengan apa yang terjadi sekarang.     
0

Lan Anran duduk di samping Mo Jinrong sambil terus memandanginya.     

Nenek Mo tertawa seperti bisa membaca pikiran Lan Anran.     

"Jinrong, kamu sudah lama tidak pulang ke sini. Kamu ambilkan kue yang dibuat oleh koki baru untuk Anran."     

Mo Jinrong tertegun sejenak kemudian dia mengambil kue beras ketan lalu memberikannya kepada Lan Anran.     

"Kamu ini kurang pintar merayu perempuan. Seharusnya kamu menyuapinya." Xu Pei menertawakan Mo Jinrong.     

Lan Anran berpikir kondisi Mo Jinrong sudah membaik setelah makan, jadi dia memegang tangan Mo Jinrong yang memegang kue beras ketan dan menyuapkan ke mulutnya.     

"Nek, kue beras ketannya enak sekali." Lan Anran mengunyah beberapa kali sambil tersenyum.     

Nenek Mo senang melihat Lan Anran menyukainya.     

Mo Jinrong terkejut karena dia tidak merasakan efek apa-apa setelah dipegang Lan Anran. Sejak kapan obatnya menjadi sangat manjur?     

Xu Pei mengawasi Mo Jinrong sepanjang waktu, tetapi dia belum menemukan tanda-tanda penyakitnya kambuh.     

Kalau dia benar masih sakit, tidak mungkin Mo Jinrong bisa menahan selama ini. Apakah itu artinya penyakitnya benar-benar sudah sembuh?     

Mereka semua makan dengan tenang sambil menonton pertunjukan. Ketika hari sudah mulai sore, setelah selesai makan, para tamu satu per satu mulai pulang.     

"Anran, malam ini kalian berdua menginap di sini. Jangan malu-malu ya."     

Nenek Mo tertawa lalu berbisik ke telinga Mo Jinrong.     

"Cucuku, nenek sudah mengamati kalian. Nenek lihat sepertinya kondisi penyakitmu sudah mulai membaik. Gadis ini perempuan yang baik, jangan melepaskan kesempatan malam ini, agar nenek bisa segera menggendong cicit. Apa kamu dengar, bocah tengik?" Mo Jinrong tidak bisa berkata-kata.     

Nenek Mo berbalik ke arah Lan Anran kemudian berkata: "Anran, katakan langsung ke Nenek jika kamu memerlukan sesuatu ya."     

"Iya, Nek." Kata Lan Anran dengan menghela nafas.     

Hari sudah malam, Lan Anran takut orang tuanya khawatir, dia tidak mungkin beralasan menginap di rumah nenek Mo Jinrong, jadi dia berbohong dengan mengatakan kalau dia bermalam di rumah temannya untuk belajar.     

Lan Tingyun tidak berpikir macam-macam, dia berpikir di usia putrinya saat ini memang harus banyak bergaul dengan teman-temannya, jadi dia tidak melarang.     

Kamar mereka yang ada di rumah nenek Mo sangat besar. Lan Anran berbaring di kasur, dia merasa agak deg-degan karena dia belum pernah sedekat ini dengan Mo Jinrong.     

Bagaimana cara dia menjelaskan kepada Mo Jinrong?     

Mo Jinrong tidak mungkin berbuat yang macam-macam terhadap dirinya kan?     

Lan Anran semakin lama semakin merasa deg-degan. Dia dari tadi memeluk dirinya sendiri, hawanya di sini dingin, di sini juga tidak ada mantel atau celana katun, jadi dia harus memakai baju berlapis-lapis.     

"Kamu tidur di kasur, aku tidur di lantai." Suara Mo Jinrong yang tenang tiba-tiba terdengar.     

Lan Anran menoleh ke sumber suara. Mo Jinrong baru saja selesai mandi. Rambutnya masih basah, handuknya ditaruh di pundaknya, kemudian keluar dari toilet sudah memakai piyama. Penampilannya lebih seksi dibandingkan biasanya.     

Lan Anran merasa agak tenang, melihat Mo Jinrong kelihatannya tidak ingin berbuat macam-macam dengannya. Lan Anran tersenyum karena barusan dia sudah berpikir yang macam-macam.     

"Pelayan, kenapa kamu tidak tidur di kasur saja?"     

"Tidak, aku tidur di lantai saja." Kata Mo Jinrong dengan ekspresi datar.     

"Pelayan, bagaimana kalau kita…" Suara Lan Anran terdengar manja.     

Mo Jinrong melangkah mundur, dia kelihatan ketakutan.     

"Tidak, aku hanya berperan menggantikan Tuan Muda. Nona Lan tolong jaga sikap Anda."     

Selama ini Mo Jinrong tidak pernah takut pada siapa pun. Kali ini dia dibuat ketakutan oleh Lan Anran.     

"Jaga sikap? Beratku hanya 80 kg, ini ringan. Ayo naik ke kasur…" katanya sambil berpura-pura hendak menepuk Mo Jinrong.     

Mo Jinrong menghindar sehingga Lan Anran gagal menepuknya.     

"Pelayan, kalau sampai nenek tahu kamu menghindariku, dia akan marah. Hari ini kamu pintar sekali bersandiwara. Bagaimana kalau kita menjadikan sandiwara ini menjadi kenyataan?" Kata Lan Anran dengan nada menggoda.     

Pria itu pikir dirinya bodoh. Dia sama sekali bukan bersandiwara, karena dia memang berperan sebagai dirinya sendiri.     

Lan Anran masih terus berpura-pura menggodanya.     

Mo Jinrong hendak bersembunyi. Saat Lan Anran melihat Mo Jinrong hendak menghindar, dia menarik jubah mandi Mo Jinrong dengan sekuat tenaga.     

Pijakan Lan Anran tidak stabil, jadi dia terjatuh di lantai, begitu pun dengan Mo Jinrong ikut terjatuh. Mereka terjatuh dengan posisi kedua bibir mereka bertemu.     

"Aaaahhh." Lan Anran terkejut.     

Di kehidupan yang lalu Mo Jinrong belum pernah menciumnya. Bahkan pria ini terkadang ingin memperlakukannya dengan baik, tetapi dihancurkan oleh kekejamannya sendiri.     

Ini Ciuman pertama Lan Anran!     

Mo Jinrong yang akhirnya sadar apa yang barusan terjadi, dia segera menarik diri, selain itu tubuhnya yang setengah telanjang terekspos.     

"Pakai baju mu!" Lan Anran menjadi merasa malu setelah kejadian yang barusan terjadi.     

Mo Jinrong memakai bajunya lalu berbaring di lantai memunggungi Lan Anran tanpa berkata sepatah kata pun. Mungkin saja karena panik, jadi dia tidak merasakan sakit di tubuhnya.     

Nenek Mo mendengar suara teriakan di luar pintu kamar mereka berdua, lalu diam-diam tersenyum.     

"Ayo pergi! Sebentar lagi aku pasti segera mendapatkan cicit." Nenek Mo dan pelayannya pergi ke kamar masing-masing.     

Mo Jinrong dan Lan Anran melakukan kesibukan masing-masing dengan bermain HP.     

Mo Jinrong ingin segera melupakan kejadian barusan. Dia fokus pada masalahnya dengan Rong Ze. Mo Jinrong mengirim pesan ke Rong Ze.     

"Bagaimana?"     

"Aku bekerja sama dengan 'Q' untuk menangkap Xiang Tian. Aku rasa tidak akan berhasil menangkapnya dengan menjebaknya, lebih baik tunggu sampai dia keluar sendiri." Rong Ze memberi balasan secara cepat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.