Istri Cantik-cantik Ganas

Terjadi Masalah Di Toilet



Terjadi Masalah Di Toilet

0"Menantu, aku rasa kamu sengaja mengulik kembali kejadian yang menimpa Jinrong. Kalau aku mendapati kamu sengaja mengacaukan hubungan cucu dan cucu menantuku lagi, aku tidak akan mengampunimu." Kata Nenek Mo memberi peringatan kepada Xu Pei.     
0

Xu Pei mengangguk sambil menyelidiki reaksi dari Mo Jinrong.     

'Aneh! Apakah Mo Jinrong memang benar sudah sembuh? Seharusnya kalau belum sembuh, dia sudah merasakan kesakitan sekarang.'     

Lan Anran juga penasaran melihat Mo Jinrong tidak menunjukkan penyakitnya kambuh. Dia hanya menatap Mo Jinrong dengan kebingungan.     

Mo Jinrong yang tampak tenang, sebenarnya dia sudah merasakan jantungnya mulai sakit, tetapi dia menahan rasa sakitnya di depan orang. Jangan sampai ada yang melihatnya kesakitan.     

"Nenek, aku mau ke toilet."     

Lan Anran mencari alasan ke Nenek Mo.     

"Baiklah. Jinrong, kamu antar dia ke toilet." Nenek Mo terlihat sangat senang dengan cucu menantunya.     

Mo Jinrong mengangguk, dan sesampainya di toilet, Mo Jinrong jatuh tergeletak.     

Lan Anran sudah menduga akan seperti ini. Dia segera mengunci pintu toilet.     

"Bagaimana kondisimu?" Kata Lan Anran dengan penuh perhatian.     

Mo Jinrong mencengkram bagian dadanya yang sakit, bibirnya membiru dan kesusahan bicara. Mo Jinrong memasukan tangannya ke dalam saku untuk mengambil obat dengan gemetar.     

"Sini aku bantu." Lan Anran mengambil sebotol obat jantung, namun saat dibuka isi botol obat itu ternyata kosong.     

Kali ini Mo Jinrong sudah pingsan, Lan Anran memutuskan menolong Mo Jinrong lagi dengan menggunakan pengobatannya.     

Dia mengambil sebuah kotak kecil dari tas, isinya adalah ramuan obat yang memiliki aroma manis, lalu mengoleskan di beberapa bagian di wajah Mo Jinrong untuk menenangkan pikirannya, kemudian membantunya minum pil abu-abu.     

Sejak kejadian Mo Jinrong tiba-tiba jatuh pingsan beberapa waktu yang lalu, dia selalu membawa obat-obatan tradisional ini di dalam tasnya untuk berjaga-jaga jika sampai kejadian itu terulang.     

Tetapi pil abu-abu yang dia miliki sudah tinggal sedikit, dia harus mencari waktu untuk membuat obat spesial lagi.     

Setelah Mo Jinrong minum obat, kondisi Mo Jinrong terlihat membaik. Di luar sudah banyak yang menunggu mereka, tapi dia tidak mungkin membiarkan mereka melihat Mo Jinrong dengan kondisi seperti ini.     

Di tengah kebingungan, Lan Anran tidak ada pilihan lain selain menggunakan jarum akupuntur dan menusuk di area yang sakit.     

"Aaahhh!" Mo Jinrong menjerit kesakitan, dia telah tersadar kembali.     

"Kamu sudah sadar?" Kata Lan Anran sambil tersenyum.     

Mo Jinrong melihat Lan Anran memegang jarum panjang. Mo Jinrong bertanya sambil menelan ludah, "Apa yang kamu lakukan?"     

"Hehe, aku tidak ada cara lain. Orang-orang menunggu kita di luar." Kata Lan Anran sambil menyimpan kembali jarumnya.     

Mo Jinrong baru ingat tadi dia jatuh pingsan karena jantungnya terasa sakit. Sekarang kenapa dia bisa sembuh?     

"Apakah kamu yang menolongku?" Tanya Mo Jinrong dengan tatapan curiga.     

"Aku tadi membantumu minum obat yang tersisa 1 pil." Kata Lan Anran berbohong     

Mo Jinrong ingin bertanya lebih lanjut tetapi di luar orang-orang semakin ribut.     

"Jinrong, Anran, apakah kalian baik-baik saja? Kalian kenapa?"      

Suara teriakan Mo Jinrong membuat kaget Nenek Mo, jadi Nenek Mo datang untuk memastikan kondisinya.     

"Kami baik-baik saja." Lan Anran berteriak sambil ingin memapah Mo Jinrong.     

"Tidak perlu, aku bisa sendiri." Mo Jinrong mencium bau wangi dari tubuhnya. Dia tidak suka mencium bau wangi perempuan, tetapi bau wangi ini anehnya tidak bisa dia tolak.     

Dia berdiri dan berjalan sampai depan pintu, lalu membukanya. Banyak orang yang berkumpul di depan toilet dengan tatapan aneh.     

"Jinrong, ini toilet perempuan. Apakah kalian tidak bisa menahan diri?" Kata Xu Pei dengan senyum sinisnya.     

Kejadian yang memalukan seperti ini, Nenek Mo pasti marah terhadap mereka.     

"Mereka masih muda, aku bisa maklum." Nenek Mo diam-diam tersenyum. Dia lihat mereka berdua melakukan hal tidak senonoh di toilet. Sepertinya sebentar lagi dia akan menggendong cicit.     

"Bu, mereka sudah melakukan hal yang tidak senonoh, kenapa ibu…." Xu Pei merasa tidak terima. Nenek Mo menatapnya tajam, akhirnya membuat dia tutup mulut.     

Lan Anran yang berdiri di belakang terlihat sangat malu.     

"Anran, kemarilah." Nenek Mo memanggilnya, lalu Lan Anran menghampirinya.     

"Anran, kamu harus melakukannya lebih sering lagi. Apa perlu Nenek bantu? Jinrong orangnya pemalu, jadi kamu katakan saja kalau misalkan kamu membutuhkan bantuan Nenek, agar Nenek bisa segera menggendong cicit."     

Lan Anran tertegun. Di kehidupan yang sebelumnya, Nenek Mo bukanlah wanita yang blak-blakan. Kenapa di kehidupan yang sekarang Nenek Mo bisa menjadi pribadi yang berbeda?     

"Tidak perlu, Nek. Aku dan Jinrong, kami…" Saat Lan Anran ingin melanjutkan ucapannya, Nenek Mo segera menyela perkataannya.     

"Hari ini kalian berdua menginap di sini. Nenek sudah menyiapkan kamar untuk kalian berdua. Kalian harus mencobanya malam ini!" Nenek Mo berbisik ke Lan Anran.     

Lan Anran ingin menolak, tetapi kalau mereka berdua pisah ranjang, orang-orang akan curiga, jadi dia terpaksa setuju.     

"Baiklah, kalau begitu ayo kita lihat pertunjukan lagi sambil menikmati makanan yang enak-enak di keluarga Mo."     

Nenek Mo sudah berusia 80 tahun, tubuhnya masih terlihat bugar, memiliki semangat yang tinggi, dan pintar menilai orang. Dia bisa melihat dengan jelas bahwa Anran sangat mencintai cucunya.     

Mo Jinrong mengikuti dari belakang. Dia meraba bagian bawah bibirnya, masih ada aroma manis yang tersisa walaupun tidak sepekat tadi, dia belum pernah mencium aroma seperti ini sebelumnya.     

"Tuan Muda, kalian…" Mo San tersenyum nakal.     

"Apa yang kamu tertawakan? Apakah betul obatku hanya tersisa satu pil?"     

"Aku tidak tahu. Mungkin saja." Mo San masih tersenyum.     

"Nanti kita bicara lagi. Aku mau lihat pertunjukan dulu." Mo Jinrong pergi tanpa menengok, lalu dia duduk melihat pertunjukan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.