Istri Cantik-cantik Ganas

Uang Yang Didapat Telah Diambil Kembali



Uang Yang Didapat Telah Diambil Kembali

0"Apa yang kamu lihat? Ayo pergi."     
0

Lan Anran menarik Zhao Xiaolei menghindar dari pria itu.     

Zhao Xiaolei terlihat tidak rela pergi dari sana. Belum pernah dia bertemu dengan sopir yang setampan pria tadi.     

Zhao Xiaolei dan Lan Anran berpisah di Halte Bus Sekolah. Lan Anran menghubungi Lan Yanran, dia menyuruh Lan Yanran untuk datang menemuinya.     

"Kak, kamu sudah bertemu dengan pria itu?" Tanya Lan Yanran. Baru kali ini dia menghina kakak iparnya jelek, sungguh hal ini memalukan baginya.     

Lan Anran menganggukan kepala, dia ingin segera melarikan diri dari sini. Kalau sampai si tukang gosip itu tahu Mo Jinrong jelek, dan membawa mobil mewah ke sekolah, dia pasti akan menertawakan dirinya.     

Bus sekolah datang. Saat Lan Anran mau naik ke Bus sekolah, ada seseorang memanggil namanya.     

"Lan Anran."     

Lan Anran sudah mengira jika dia tidak bisa melarikan diri. Dia menoleh sambil berpura-pura tersenyum lalu berkata: "Kenapa kamu bisa di sini?"     

"Nona Lan, Tuan Muda mendapat kabar Nyonya Lan sedang dirawat di rumah sakit, sehingga dia datang kesini untuk menjemputmu agar bisa ke rumah sakit bersama-sama. Maafkan kami, tadi kami kurang tepat parkir mobil di depan sekolah."     

Mo Jinrong meminta maaf dengan sopan. Dari sinar matanya, terlihat ketulusan hatinya.     

"Untunglah kamu sadar itu kurang tepat. Kondisi ibuku sudah membaik, apakah tidak terlambat jika dia mau menjenguk ibuku?"     

Lan Yanran kesal melihat kakak iparnya yang jelek.     

"Yanran, Tuan Mo, kebetulan aku mau menjenguk ibuku. Ayo kita pergi bersama."     

Lan Anran berpikir ini ide yang bagus, agar pria yang di sampingnya ini sadar, meskipun mereka sudah sah sebagai suami istri tetapi mereka bukanlah pasangan yang cocok.     

Lan Yanran sebenarnya enggan ikut bersama dengan kakak iparnya, tetapi dia menurut dengan kakaknya kemudian naik ke mobil Mo Jinrong.     

Bagian dalam mobil Mo Jinrong sangat luas, di dalamnya ada AC dan sofa. Dia belum pernah naik mobil semewah ini.     

...     

Sesampainya di rumah sakit.     

Xu Yanshan mendengar bahwa Li Yueru sedang dirawat di rumah sakit, jadi dia datang untuk menjenguknya. Tetapi alasan yang sebenarnya adalah karena ini sudah akhir bulan, dan keuangan keluarganya sedang menipis. Dia datang ke rumah sakit untuk meminta uang untuk biaya hidup keluarganya.     

"Kakak Ipar, buat apa membawa oleh-oleh ke sini? Datang saja tidak apa-apa, tidak perlu membawakan sesuatu ke sini." Kata Lan Tingyun dengan sopan.     

"Tentu saja harus membawa, kalau tidak nanti akan jadi buah bibir. Aku tahu Yaxin sudah datang kesini tanpa membawa oleh-oleh. Dia tidak mengerti, tolong kalian maafkan dia."     

Xu Yanshan pintar bermulut manis, padahal di dalam hatinya dia masih merasa jengkel dengan keluarga kakak keduanya, setelah Lan Yanxin menceritakan kejadian yang dialaminya kepadanya.     

"Tidak masalah. Dia kan masih kecil." Kata Li Yueru sambil tersenyum, tidak mempermasalahkan apa yang sudah dilakukan oleh keponakannya.     

"Adik ipar, bagaimana kondisimu?" Kata Xu Yanshan dengan penuh perhatian.     

"Kondisiku sudah membaik. Jangan khawatir."     

"Kamu juga harus jaga kesehatanmu baik-baik. Ibu juga sekarang berada di situasi yang sulit. Kalau kamu sakit, nanti…"     

Xu Yanshan belum menyelesaikan ucapannya, Lan Tingyun sudah memberikan kartu ATM kepadanya     

'Ibu anak sama saja, tujuan utama mereka datang ke sini hanya ingin meminta uang.'     

Lan Tingyun sudah menangkap niat terselubung dari kakak iparnya, jadi dia langsung memberikan kartu ATMnya.     

"Kakak Ipar, ini uang untuk ibu. Istriku sedang sakit, dan aku masih sibuk di rumah sakit, jadi kakak ipar tolong wakilkan aku memberikan uang ini ke ibu."     

Li Yueru hanya diam. Setiap bulan ibunya meminta uang kepada keluarganya, jadi dia sudah terbiasa.     

Xu Yanshan tanpa ragu-ragu menerima kartu ATM dengan perasaan puas, kemudian senyumnya menghilang seketika kemudian berkata: "Tidak apa-apa, aku saja yang memberikan uang kepada ibu. Adik ipar sedang sakit, ibu pasti mengerti keadaan kalian."     

Di saat bersamaan, Lan Anran masuk dan melihat bibinya memegang kartu ATM.     

"Ada pengemis di sini. Ayah, berapa banyak uang yang ayah berikan kepadanya?"     

"Anran, jaga sikapmu."     

Meskipun Li Yueru juga merasa Xu Yanshan suka meminta uang, bagaimana pun, dia tetaplah kakak iparnya, tidak boleh bersikap tidak sopan kepadanya.     

"Bu, apakah yang kukatakan salah? Kakak ipar ibu ini memang seorang pengemis. Beberapa tahun ini bukankah tidak sedikit yang sudah kita berikan kepadanya?"      

Lan Anran tanpa takut mengungkapkan fakta tentang bibinya.     

"Anran, perkataanmu sudah keterlaluan. Bibi datang kesini hanya ingin menjenguk ibumu. Ayahmu sendiri yang memberikan kartu ATM ini kepadaku. Apakah kamu menganggap bibi serendah itu?" Kata Xu Yanshan dengan nada tidak senang.     

"Bibi sendiri yang tahu, bibi orang yang seperti apa. Pernah suatu kali, saat kami memberikan uang untuk nenek, bibi bermulut manis dengan mengatakan akan memberikan uang itu kepada nenek. Nyatanya bibi menggunakan uang nenek untuk keluarga bibi sendiri. Apakah sekarang bibi berani bersumpah tidak akan menghabiskan uang nenek untuk keperluan pribadi?"     

Lan Anran sepertinya sudah hafal dengan kelakuan bibinya. Memang seperti itulah cara Xu Yanshan selama ini untuk meminta uang.     

"Kamu… Adik ipar, Anran sudah menghinaku seperti ini, aku tidak bisa menerima uang ini. Kalau tidak, aku akan terus dipandang sebagai orang yang menghabiskan uang mertua." Kata Xu Yanshan merasa dirinya terhina.     

"Kakak Ipar, jangan…"     

Saat Lan Tingyun hendak berbicara, Lan Anran sudah menyelanya sambil tersenyum sinis.     

"Bibi, toh bibi sudah menolaknya, kartu ATMnya aku ambil lagi."     

Lan Anran cepat-cepat mengambil kembali kartu ATM dari tangan bibinya. Xu Yanshan menatap Lan Anran dengan penuh kebencian.     

"Kamu…"     

Bagaimana mungkin dia merasa senang saat melihat uang yang sudah dia dapat, diambil lagi darinya.     

"Tingyun, kalian sendiri yang tidak memberikan uang kepadaku. Kalau ibu bertanya, jangan bilang aku tidak memintanya."     

"Kakak Ipar, jangan khawatir. Nanti aku yang akan memberikan kepada nenek. Aku tidak akan mempersulit bibi."     

Kata Lan Anran dengan tersenyum puas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.