Istri Cantik-cantik Ganas

Siapa yang Hidupnya Lebih Sial?



Siapa yang Hidupnya Lebih Sial?

0"Paman, ada perlu apa datang kemari?"     
0

Mo Jinrong merapikan kancing bajunya, duduk dengan kaki bersilang.     

"Jinrong, apa yang kamu lakukan ini salah. Paman tadi datang ke rumah sakit untuk menjengukmu, dokter mengatakan kamu sudah pulang. Kenapa kamu tidak menunggu paman? Paman juga bertanya kepada ibumu, tapi ibumu mengatakan juga tidak tahu kamu sudah pulang. Semua mengkhawatirkanmu, kenapa kamu tidak memberi kabar? Apa maksudmu melakukan ini?"     

Mo Changwen menyalahkannya.     

"Paman, kondisiku sudah sehat, tentu saja aku meminta pulang. Masih banyak hal yang perlu aku kerjakan, jadi aku tidak bisa menunggu sampai paman datang." Kata Mo Jinrong sambil tersenyum.     

"Jinrong, kami mengkhawatirkanmu. Paman tidak peduli jika kamu berpura-pura sehat di depan orang lain, tetapi buat apa kamu berpura-pura di depan Paman, jangan keras kepala kalau memang kamu masih sakit. Kami masih membutuhkanmu." Kata Mo Changwen.     

"Paman, kamu datang hanya ingin mengatakan ini?" Nada suara Mo Jinrong mulai berubah dingin.     

"Katanya kamu akan menikah dengan nona dari keluarga Lan, apakah kabar itu benar?"     

"Benar atau tidaknya kabar itu tidak ada hubungannya dengan Paman. Apakah kalau kabar itu benar, Paman akan memulai aksi paman lagi?" Tanya Mo Jinrong sambil tersenyum.     

Mo Jinrong mencurigai Mo Changwen yang membunuh kelima istrinya, sayangnya dia belum memiliki bukti yang kuat.     

Sebenarnya, bukan keinginannya untuk menikahi kelima istrinya itu, melainkan paksaan dari ibunya. Tidak disangka, satu per satu mereka meninggal, yang juga meninggalkan kejanggalan dalam hatinya.     

Ada rumor yang mengatakan bahwa istrinya mati karena kutukan yang dimilikinya dan ada yang mengatakan dirinya orang yang tamak dengan harta Keluarga Mo. Dia mencurigai Mo Changwen yang menyebarkan rumor-rumor ini.     

"Omong kosong! Apa maksudmu dengan aku hendak mencelakai istrimu? Jinrong, berhati-hatilah dalam berbicara, meskipun aku pamanmu, bukan berarti aku tidak bisa menuntutmu. Aku dengar nona dari Keluarga Lan bukan gadis yang biasa." Mo Changwen berkata dengan wajah serius.     

"Oh, Bagaimana Paman tahu?" Kata Mo Jinrong dengan sikap acuh.     

"Paman dengar saat gadis itu lahir, keluarga Lan menjadi kacau balau, kesehatan Kakek Lan menurun, usaha mereka juga menurun. Beberapa tahun lalu, Kakek Lan meninggal dunia, paman tidak tahu apakah ada hubungannya dengan gadis itu. Jinrong, apakah kamu yakin untuk menjadikan gadis seperti dia menjadi istrimu?" Tanya Mo Changwen menasehati keponakannya.     

"Aku tidak peduli. Toh aku juga mendapat stigma bahwa aku membawa kutukan bagi istriku. Tinggal kita lihat nanti siapa dari kami berdua yang hidupnya lebih sial." Jawab Mo Jinrong sambil tersenyum.     

"Jinrong, kamu harus pikirkan ibumu. Kami masih membutuhkanmu, kamu tidak boleh bertindak gegabah." Kata Mo Changwen.     

"Paman, dari tadi paman hanya membicarakan tentang kabar burung. Lebih baik paman pulang, masih banyak hal yang harus aku kerjakan, aku tidak memiliki waktu luang untuk membahas kabar burung itu denganmu."     

Mo Jinrong berdiri, lalu pergi naik ke atas.     

"Mo Jinrong, aku berbaik hati menasehatimu, tapi kamu tidak mau mendengar nasehat dariku. Nanti kalau benar terjadi sesuatu yang buruk padamu, jangan salahkan aku."     

Mo Changwen berkata dengan nada marah sambil memandang ke arah Mo Jinrong.     

Mo Changwen memperhatikan kondisi Mo Jinrong, Sepertinya kondisinya memang benar sudah sehat. Ada kepanikan di dalam hatinya, 'Kenapa dia bisa pulih dengan begitu cepat?'     

"Mo San, antarkan tamu kita sampai depan." Perintah Mo Jinrong, lalu dia naik ke atas.     

"Tuan Mo, silahkan." Kata Mo San dengan sopan.     

"Huh! Anak tidak tahu berterima kasih!"     

Mo Changwen merapikan bajunya, lalu pulang.     

Setelah Mo Changwen pergi, Mo Jinrong sedang merenungkan sesuatu di ruang baca.     

"Tuan Muda, menurutmu apa alasan Tuan Mo datang kemari?"     

"Apa lagi kalau bukan ingin memastikan kondisi kesehatanku. Hari ini mungkin dia belum mempercayai kondisiku. Kamu harus membantuku untuk mengusirnya, kemungkinan dia akan membawa beberapa gadis untuk memastikan kondisiku."     

Sebelumnya, Mo Changwen membawa banyak sekali gadis ke rumahnya. Kalau bukan karena Mo San yang mengusir mereka, sudah lama nyawanya melayang. Mo Changwen ingin membunuhnya, pamannya itu tidak sabar menunggu hari kematiannya tiba.     

"Tuan Muda, menurutku akan lebih baik jika Nona Lan yang mengusirnya. Hanya Nona Lan yang berhak melakukannya."     

Bukankah masuk akal jika istri sah mengusir para gadis penggoda?     

Mo Jinrong menganggukan kepala, perkataan Mo San ada benarnya juga. Nanti dia akan menemui gadis itu.     

"Apakah sudah dapat kabar dari Rong Ze?"     

Mo Jinrong tiba-tiba teringat satu tugas lagi yang dibebankan kepada dirinya.     

"Tuan Rong Ze sudah memberi kabar, katanya dia berhasil menjebaknya, dan sekarang menunggu instruksi Anda selanjutnya." Kata Mo San sambil tersenyum.     

"Ternyata menggunakan nama Xiang Tian untuk menjebaknya berhasil. Kita berhasil menjebak 'Q' keluar dengan menyebarkan rumor bahwa Xiang Tian sedang berbincang tentang bisnis dengan seseorang di restoran."     

Belum ada seorang pun yang bertemu langsung dengan Xiang Tian. Ketika rumor ini beredar, banyak orang yang tertarik datang. 'Q' juga mau tidak mau jika harus pergi kesana untuk memastikan sendiri kebenaran dari rumor itu.     

"Iya, Tuan Muda. Hanya saja 'Q' orang yang licik, aku khawatir dia bisa lolos lagi." Kata Mo San dengan cemas.     

"Buktinya dia terjebak, itu artinya dia tertarik dengan uang satu miliar yuan. Nanti kita akan tambah lagi nominal uang sayembaranya. Orang bahkan rela membunuh demi mendapat makanan, apakah ada orang yang menolak uang?"     

Mo Jinrong mengambil cangkir teh di atas meja dan tersenyum.     

"Tuan Muda, kapan kita menemui Nona Lan? Aku dengar ibunya sedang dirawat di rumah sakit. Apakah Tuan Muda tidak datang menjenguknya?"     

"Ibunya sakit? Baiklah, kita jenguk ibunya besok."     

Mo Jinrong membuka tutup cangkir, meniup tehnya, lalu meminum tehnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.