Istri Cantik-cantik Ganas

Lakukan Apa Yang Kamu Suka



Lakukan Apa Yang Kamu Suka

0"Kamu… kamu."     
0

Wajah Lan Yaxin memerah, dia merasa terhina.     

Andai saja sekarang ada nenek, apakah dia masih berani bersikap kurang ajar?     

Mereka menganggapnya sebagai gadis yang lemah. Keluarga mereka memandang rendah dirinya. Lihat saja nanti dia akan melaporkan hal ini kepada nenek, agar nenek yang memberi pelajaran kepada gadis tengik ini!     

"Anran."     

Lan Tingyun masuk dari arah belakang. Dia mendengar semua yang mereka berdua perbincangkan, Yaxin Si Gadis Tengik ini, tidak dididik sopan santun oleh orang tuanya, dengan tidak tahu malunya dia meminta uang. Apa yang dikatakan oleh Anran barusan juga tidak salah. Lan Tingyun masuk dan berpura-pura tidak mendengar perbincangan mereka.     

"Ayah, ayah sudah datang." Kata Lan Anran sambil berdiri.     

"Paman kedua, aku datang untuk menjenguk bibi kedua, selain itu, aku juga ingin menghibur kakak karena aku mendengar kabar jika kakak tidak lulus ujian, jadi dia sudah mengumpulkan kertas ujian lebih awal. Aku takut dia sedih, oleh karena itu aku datang ingin melihat keadaannya."     

Perkataan Lan Yaxin terdengar seeolah dia peduli, padahal semua orang yang di bangsal ini tahu niat terselubungnya.     

"Anran, jangan sedih. Walaupun kamu tidak lulus ujian, itu bukan salahmu." Lan Tingyun menghibur putrinya.     

"Iya, kak. Jangan berkecil hati. Lihatlah Lan Yanran, meskipun dia tidak lulus ujian, dia tetap gembira. Tenang saja! Keluarga Lan masih mempunyai aku yang akan menyokong."     

Lan Yaxin tidak hanya menghina Lan Anran, tetapi juga ikut menghina Lan Yanran, yang ujungnya dia memuji dirinya sendiri.     

Lan Yanran merasa malu, dia menundukan kepala, tanpa mengatakan sepatah kata pun.     

Dia memaki dalam hati, Dasar gadis licik!     

Lan Tingyun merasa tidak terima, kedua anaknya memang pandai berkelahi, tetapi sekarang mereka dipermalukan oleh gadis tengik yang tidak tahu malu ini.     

"Aku tidak bersedih, karena takutnya nanti ada yang ikut bersedih. Lain kali jangan menjenguk orang sakit dengan tangan kosong. Jika keuangan keluargamu sedang terpuruk, berusahalah mencari jalan keluar, jangan hanya bergantung kepada orang tuamu saja. Kondisi ibuku tidak seburuk yang kamu bayangkan, jadi sekarang lebih baik kamu pulang." Lan Anran berkata blak-blakan.     

Perkataannya membuat Lan Yaxin bungkam. Keluarganya memang masih hidup bergantung pada neneknya. Dia tidak bisa menyangkal kenyataan itu, lalu dia menjawab sambil tersenyum,     

"Kalau begitu, Paman kedua, bibi kedua, aku pamit pulang. Aku akan melaporkan keadaan bibi kepada nenek, dia sangat mengkhawatirkanmu."     

Lan Yaxin bertindak seolah barusan tidak terjadi apa-apa.     

Dia berbalik badan, seketika pandangan matanya berubah menjadi menyeramkan, bukan lagi Lan Yaxin yang lemah lembut.     

Lan Yaxin terlihat marah, dan mengutuk bibinya agar kondisinya semakin memburuk.     

"Dasar tidak tahu malu. Bangga sekali meminta uang."     

Barulah Lan Yanran berkata dengan kepala tegak.     

"Yanran, ujianmu hari ini…."     

Saat Lan Tingyun mempertanyakan hasil ujian anaknya, Lan Anran menyelanya, "Ayah, bukankah aku sudah pernah mengatakan pada ayah, jangan memaksa dia masuk ke sekolah kedokteran, dia sama sekali tidak tertarik di bidang itu, sekarang dia malah menjadi bahan tertawaan orang. Lebih baik biarkan dia melakukan hal yang dia sukai, dia akan menjadi penerus keluarga Lan yang berbakat. Yanran juga anak yang pintar, dia pasti bisa sukses dengan masuk ke bidang yang benar-benar dia sukai."     

"Masalahnya adalah dia satu-satunya penerus keluarga Lan. Nenek begitu berharap padanya, hanya saja kemampuannya kurang. Kalau dia tidak masuk di jurusan kedokteran, siapa yang akan meneruskan warisan Keluarga Lan?"     

"Ayah, penerus keluarga Lan tidak harus menjadi dokter. Ayah memaksakan dia menjadi dokter, namun setiap kali ujian, dia selalu gagal, yang ada dia hanya dihina dan dipermalukan orang, apakah tidak justru mencoreng nama baik Keluarga Lan? Sedangkan yang dia sukai adalah bidang seni peran, dia suka belajar akting. Bagaimana kalau ayah memberikan kesempatan dulu kepadanya untuk menekuni apa yang dia sukai. Jika suatu saat dia tetap tidak bisa membuktikan kemampuannya, ayah boleh memaksanya kembali untuk mempelajari ilmu kedokteran. Keluarga Lan sekarang tidak hanya memiliki Lan Yaxin, tetapi juga ada aku. Ayah, kamu harus mengangkat kehormatan Keluarga Lan!" Kata Lan Anran dengan sabar menerangkan ke ayahnya.     

Lan Tingyun menatap Lan Anran dengan ragu.     

'Yanran ini memang tidak potensial di bidang kedokteran. Malah di sekolah nanti membuat malu. Lebih baik aku biarkan saja dia terjun di bidang yang dia sukai, siapa tahu dia memang sukses di sana.     

Anran, dari luar dia terlihat seperti anak yang tidak bisa apa-apa, tetapi sebenarnya dia adalah anak yang gigih dan percaya diri. Anak ini meyakinkan dirinya, bahwa Yanran bisa berhasil, kalaupun gagal, juga bukan masalah yang besar. Keluarga Lan membutuhkan semangat yang seperti ini.'     

"Baiklah, Yanran. Setelah kompetisi medis berakhir, ayah akan mengajukan cuti sekolah. Lakukan apa yang kamu suka, dengan catatan jangan membuat Keluarga Lan malu. Kalau kamu tidak serius melakukan yang kamu suka, kamu harus meneruskan warisan keluarga dengan menjadi dokter!"     

Suara Lan Tingyun terdengar tegas, tetapi di telinga Yanran itu terdengar sebagai bentuk sayang ayahnya kepadanya.     

"Terima kasih, ayah! Terima kasih, kakak! Kalian baik sekali!"     

Lan Yanran memeluk ayah dan kakaknya dengan gembira. Belum pernah dia segembira ini sebelumnya.     

Lan Yanran juga gembira melihat ibunya tersenyum. Suasana seperti ini sungguh menyenangkan!     

...     

Di kediaman Keluarga Mo.     

Mo Jinrong sedang membaca buku di Ruang Baca, Mo San masuk dan berkata dengan sopan.     

"Tuan Muda, ada Tuan Mo di luar, dia sedang menunggumu di Ruang tamu, katanya dia ingin mengetahui kondisi kesehatanmu."     

"Dia datang?"     

Mo Jinrong menurunkan bukunya. Pandangan matanya menunjukkan pikirannya sedang berkecamuk.     

"Tuan Muda Mo, kalau kamu tidak ingin bertemu dengannya, aku akan memintanya pulang.     

Saat Mo San berbalik badan, Mo Jinrong berkata dengan suara pelan.     

"Aku mau bertemu dengannya. Paman datang menjengukku, bagaimana mungkin aku menolak kedatangannya?"     

Mo Jinrong berdiri lalu keluar menemui pamannya.     

Mo Changwen sedang menunggu Mo Jinrong di Ruang Tamu.     

Mo Changwen mendengar kabar bahwa kondisi Mo Jinrong sudah membaik, kabar ini tidak menguntungkan baginya, jadi dia datang ke sini untuk memastikan kebenaran kabar itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.