Menantu Pungut

Di Mana Keadilan?



Di Mana Keadilan?

0Nenek Jiang benar-benar sangat murka kali ini. Segala kebaikan dan juga kepeduliannya pada Keluarga Jiang justru berbalas kepahitan.     
0

Tak sedikit pun dia paham akan sebuah alasan yang membuat Wen Ziyi tega melakukan hal itu. Padahal selama ini, Nenek Jiang selalu memperlakukan mereka dengan begitu baik. Meski terkadang kata-katanya sedikit kasar, dia tetap peduli pada adik ipar dan keponakannya itu.     

"Tenanglah, Nek! Akan sangat berbahaya jika Nenek datang ke sana sekarang. Apalagi tak ada pengawalan ketat. Bukankah Nenek juga tahu jika ada seseorang yang ingin mencelakai aku?" bujuk Aaron Liu dengan berbagai rayuan panjang lebar.     

"Benar, Nyonya. Lebih baik kita menunggu waktu yang tepat. Sangat berbahaya jika Anda pergi sekarang." Lee Hana juga ikut memberikan sedikit pengertian pada wanita tua yang sudah sangat baik baginya. Dia tak ingin jika sampai terjadi hal buruk pada Nenek Jiang.     

Mendengar penjelasan panjang lebar itu, Nenek Jiang mulai berpikir. Dia mendengar sendiri tatkala Aaron Liu berada dalam bahaya beberapa waktu lalu. Cukup berbahaya dan juga sangat mengancam nyawa.     

Jiang Lily akhirnya mendekati neneknya lalu memeluk sosok wanita hebat di dalam dirinya. Dia tak ingin kehilangan siapapun lagi.     

"Jika mereka saja tega menghabisi papa dan juga mama, bisa saja Wen Ziyi akan mencelakakan kita, Nek. Kita harus berhati-hati sekarang, jangan bertindak gegabah dan justru akan membahayakan nyawa kita," ujar Jiang Lily panjang lebar mengenai sebuah situasi sulit yang dihadapinya.     

"Aku mengerti. Bagaimana kamu menemukan bukti itu, Aaron?" tanya Nenek Jiang sangat penasaran. Tak mungkin jika menantunya itu yang merekam video itu.     

"Papa. Video itu disimpan oleh papa sudah beberapa tahun lamanya." Aaron Liu mengatakan hal itu penuh keraguan dan juga kecemasan di dalam hati. Ia takut jika kebenaran itu justru menjadi bumerang baginya.     

Ketiga wanita itu menunjukkan ekspresi tak percaya dan juga cukup terkejut dengan ucapan Aaron Liu. Tak terbayangkan sedikit pun jika seorang Johnny Liu bisa memiliki video seperti itu.     

'Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Johnny Liu pada keluargaku?' tanya Nenek Jiang dalam hatinya.     

Muncul kecurigaan dan juga rasa penasaran yang datang bersamaan. Nenek Jiang sedang berpikir mengenai keberadaan sebuah bukti penting dari kematian anak dan juga menantunya.     

"Bagaimana Tuan Liu bisa memiliki video kecelakaan itu?" Pada akhirnya Nenek Jiang tetap harus bertanya langsung pada suami dari cucunya. Menebak-nebak juga tak kunjung menemukan jawaban yang masuk akal.     

"Bukankah Nenek sangat tahu jika papa pernah benar-benar membenci Anda? Beberapa tahun silam, papa sengaja mencari celah untuk menghancurkan Keluarga Jiang. Dia beralasan ingin membalas dendam atas kematian mamanya." Aaron Liu memulai sebuah kisah rumit di antara dua keluarga. Tak perlu dijelaskan secara rinci, Jiang Lily dan juga Nenek Jiang sudah mengerti hal itu.     

Semua pasang mata menatap lekat Aaron Liu. Mereka benar-benar sangat penasaran akan hal itu. Membayangkan saja juga begitu sulit bagi mereka semua.     

Rasanya cukup mendebarkan dan juga sangat menegangkan menanti sebuah kebenaran itu terungkap. Hal itu sendiri juga dirasakan oleh Aaron Liu yang juga sangat terkejut kala mengetahui insiden kecelakaan yang menewaskan kedua orang tua dari istrinya.     

"Saat Papa sengaja mengikuti mereka, tanpa sengaja dia justru menyaksikan sebuah kenyataan yang mencengangkan. Sayangnya, papa tak lantas melaporkan hal itu ke kantor polisi. Dia justru menyimpan sebuah bukti penting dari kejahatan Wen Ziyi," lanjut Aaron Liu untuk menceritakan kebenaran itu.     

"Jadi papa sengaja tak mengungkapkan dalang dari kecelakaan itu?" Jiang Lily mengatakan hal itu dengan nada bertanya. "Bagaimana papa sekejam itu pada kami?" protes seorang perempuan yang masih saja mencucurkan air matanya.     

"Aku sangat paham atas segala sikap yang dilakukan oleh Tuan Liu kala itu. Dia berpikir jika orang yang telah tewas karena pembunuhan berencana itu adalah anak dari pembunuh ibunya sendiri." Nenek Jiang tersenyum kecut sembari memandang Aaron Liu. Dia sendiri tak bisa menyalahkan Johnny Liu atas hal itu.     

Namun sayangnya, pemikiran Jiang Lily tak seterbuka neneknya. Dia terus saja menyalahkan ayah mertuanya karena sengaja menyembunyikan kebenaran itu. Terlalu sulit baginya untuk memahami segalanya. Terlalu menyakitkan dan sangat melukai hati dan juga kepercayaannya.     

Rasanya seperti mendapatkan dua pukulan sekaligus. Ingin sekali Jiang Lily menjerit atas ketidakadilan yang dialaminya.     

"Aku sama sekali tak paham pada pemikiran papa saat itu. Bagaimana papa justru melindungi seorang pembunuh?" seru Jiang Lily dalam wajah geram dan tak terima atas segalanya.     

"Papa telah salah paham pada Nenek Jiang, Lily. Hal itu yang membuatnya memilih untuk tetap diam dan tak mengungkapkan dalang dari kecelakaan maut itu. Tapi sekarang, papa sudah mengumpulkan lebih banyak bukti untuk menyeret Nyonya Wen." Aaron Liu mencoba untuk menjelaskan pada istrinya agar bisa memahami posisi itu.     

"Aku tak yakin jika papa akan melakukannya. Jika selama bertahun-tahun saja memilih untuk diam, mungkinkah papa akan membantuku mendapatkan keadilan kali ini?" Jiang Lily tersenyum kecut dengan air mata tertahan. Rasanya sakit dan juga kekecewaannya terlalu besar.     

Ingin sekali Aaron Liu kembali menjelaskan segalanya. Namun, ia justru memilih untuk memeluk Jiang Lily untuk menenangkan hatinya. Pria itu tak mau menambahkan garam pada luka sang istri.     

Jiang Lily berjalan menuju ke kamarnya. Tak berapa lama, ia menghentikan langkah lalu berbalik ke arah mereka semua. "Aku ingin melihat ... apa saja yang akan dilakukan papa mertua kali ini?"     

"Jangan keterlaluan, Lily!" seru Nenek Jiang pada cucunya. Tak seharusnya Jiang Lily mengatakan hal itu dengan nada tak enak didengar.     

"Siapa yang keterlaluan di sini, Nek? Papa mertuaku sendiri sengaja menyembunyikan sebuah kebenaran yang selama ini telah terjadi. Apakah itu adil bagiku?" protes Jiang Lily pada neneknya. "Nenek bisa menerima semuanya karena rasa bersalah atas kematian neneknya Aaron. Tapi aku berbeda!"     

Jiang Lily bergegas cepat masuk ke dalam kamar. Terdengar suara pintu sengaja dibanting olehnya. Dia benar-benar tak bisa menerima keputusan Johnny Liu untuk merahasiakan segalanya.     

Terlalu cemas pada istrinya, Aaron Liu berniat untuk menyusul Jiang Lily. Namun, pintu kamar telah terkunci dari dalam. Seolah perempuan itu sama sekali tak ingin menemui siapapun.     

"Lily! Buka pintunya! Mengapa harus dikunci?" teriak Aaron Liu pada seorang perempuan yang sengaja mengunci dirinya di kamar.     

"Pergilah, Aaron! Aku ingin sendiri!" sahut Jiang Lily dengan suara isak tangis yang mengiringi kekecewaannya.     

Aaron Liu tentu sangat cemas, ia berusaha untuk membujuk istrinya. Jiang Lily sama sekali tak mengacuhkan dirinya. Hingga sebuah pesan membuat pria itu bergegas pergi dari sana.     

"Aku harus menemui Detektif Yang, Nek," pamit Aaron Liu sebelum meninggalkan mansion.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.