Menantu Pungut

Di mana Jiang Lily?



Di mana Jiang Lily?

0Tiffany cukup terkejut mendengar pertanyaan itu terlontar dari ayahnya sendiri. Namun, hal itu tentu saja bukan sesuatu yang baik. Dia sangat mengenal bagaimana seseorang Feng Mo berusaha untuk mendapatkan sesuatu.     
0

"Jangan lakukan apapun, Pa! Aku tak ingin jika kamu sampai melukai Aaron. Biar aku sendirian akan berusaha untuk mendapatkan hatinya," sahut Tiffany dengan sangat meyakinkan. Iya sama sekali tak berniat untuk melibatkan ayahnya dalam masalah percintaan.     

"Berjanjilah jika kamu tak akan membiarkan dirimu hidup menderita!" Feng Mo membuat Tiffany harus berjanji kepadanya secara langsung. Pria tua itu tak akan rela jika harus menyaksikan anak perempuannya itu menderita karena seorang pria beristri.     

Namun begitu, Feng Mo tetap akan melakukan sesuatu hal. Ia tak mungkin hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun, kala menyaksikan anaknya sedang kesusahan.     

Pria tua itu akhirnya menemukan salah seorang pria yang bekerja untuknya. Feng Mo memiliki sebuah perintah khusus untuk mengawasi seseorang.     

"Awasi Aaron Liu selama tinggal di kota ini! Selalu laporkan setiap pergerakannya!" perintah Feng Mo pada pria itu.     

"Baik, Tuan. Saya akan segera mengawasi Aaron Liu." Seketika itu juga, si pria langsung bergerak cepat untuk melaksanakan sebuah tugas yang baru saja diberikan oleh ayah dari Tiffany.     

Segala hal yang dilakukan oleh Feng Mo semata-mata hanya untuk kebaikan anaknya saja. Ia tak ingin melihat anaknya menjadi terpuruk dan juga begitu menderita.     

Hanya itu saja yang bisa dilakukan oleh Feng Mo untuk melindungi anak perempuan. Meski Tiffany selalu menganggap dirinya, tak mungkin dia itu mengabaikan anaknya sendiri.     

Di sisi lain, Aaron Liu baru saja selesai makan malam bersama kedua perempuan cantik yang sejak tadi bersamanya. Dia adalah Jiang Lily dan juga Lee Hana. Mereka berdua yang selalu mendampingi dirinya saat berada di kota itu.     

"Lebih baik kalian lanjutkan saja makan malamnya, aku sedikit lelah dan ingin beristirahat," pamit Lee Hana pada pasangan suami istri yang tampak masih menikmati hidangan makan malam mereka.     

"Apakah anda baik-baik saja, Nona Lee? Mengapa kamu begitu terburu-buru?" Jiang Lily menjadi sangat cemas saat Lee Hana pamit untuk kembali ke kamar.     

Lee Hana tersenyum hangat pada Jiang Lily. Ia cukup tersanjung atas segala perhatian dan juga kebaikanmu pemilik perusahaan. Jarang-jarang Jiang Lily begitu perhatian kepada orang lain. Dulunya perempuan itu sangat angkuh dan juga tak peduli pada siapapun.     

Namun kali ini, Jiang Lily tampak sangat berbeda. Bahkan tetapannya begitu hangat dengan sedikit kecemasan yang terlukis di wajah.     

"Aku hanya sedikit lelah sana, Nona Jiang. Beristirahat sebentar saja, pasti akan membaik. Nikmati kebersamaan kalian," ujar Lee Hana sebelum dia memilih untuk kembali ke kamarnya.     

"Apa yang terjadi dengan Nona Lee? Sepertinya dia benar-benar tak dalam kondisi baik," tanya Jiang Lily pada suaminya.     

"Mungkin dia memang sangat lelah karena hanya pekerjaan yang harus dia selesaikan dalam beberapa hari ini," jelas Aaron Liu mengenai kondisi Lee Hana.     

Namun hal itu hanyalah dugaan semata. Sedangkan untuk kebenarannya, hanya lihatlah sendiri yang mengetahui. Biasanya perempuan itu selalu bekerja tanpa lelah. Malam itu Lee Hana benar-benar terlihat sangat berbeda dari biasanya.     

Mereka berdua hanya mengira-ngira saja tanpa mengetahui kebenarannya. Seolah Lee Hana tak ingin membicarakan apapun dengan mereka.     

"Bagaimana jika kita berjalan-jalan sebentar di sekitar hotel?" ajak Jiang Lily dengan nada memohon. Ia benar-benar ingin melihat banyak hal di kota itu.     

"Tentu saja. Aku akan menemanimu berkeliling di sekitar sini." Aaron Liu langsung bangkit dari tempat duduknya lalu membayar tagihan mereka sebelum pergi.     

Pasangan itu terlihat keluar dari restoran menuju ke lobby utama. Aaron Liu akan mengajak istrinya untuk berjalan sekitar hotel saja. Kebetulan sekali, ada taman kota yang berada tak jauh dari sana     

Pria itu menggenggam erat tangan istrinya lalu berjalan tepat di sebelahnya. Dengan langkah pelan dan tentu saja seirama, pasangan itu berjalan menyusuri trotoar jalan.     

"Bukankah itu penjual es krim?" tanya Jiang Lily sembari menunjuk ke penjual itu.     

"Apakah kamu ingin memakannya malam-malam begini?" tanya Aaron Liu tak terlalu yakin.     

"Tolong belikan, Aaron! Rasanya aku sudah sangat tak sabar ingin mencicipi es krim itu." Jiang Lily justru terlihat seperti seorang anak kecil yang sangat merengek meminta es krim kepada ibunya.     

Sebuah ekspresi yang begitu menggemaskan dan juga membuat Aaron Liu tak tahan untuk mencubit. Namun, iya tak mungkin mencubit istrinya. Pria itu justru mengecup pipi dari perempuan yang sangat dicintainya.     

Jiang Lily langsung tampak begitu merona dan juga sangat malu. Apalagi hal itu dilakukan di ruang publik. Kemesraan mereka tentu saja membuat banyak orang merasa iri.     

"Duduklah di sini! Tunggu aku sebentar! Aku akan memberikan es krim untukmu," bujuk Aaron Liu agar Jiang Lily mau menunggu sebentar.     

"Baiklah, Tuan Liu. Kuharap ada nggak terlalu lama untuk kembali ke sini," goda Jiang Lily dengan senyuman merekah yang begitu jelas di wajahnya.     

Perempuan itu terlihat sangat cantik ketika sedang tersenyum. Hal itu tentu tak perlu diragukan lagi.     

Begitu Aaron Liu menuju ke penjual es krim, ada seorang pria yang tampak begitu juga berdiri tak jauh dari Jiang Lily. Terlihat pria itu tak melepaskan pandangan dari sosok perempuan cantik yang duduk sendirian di taman kota.     

Aaron Liu baru saja sampai di sebuah titik gimana penjual es krim itu berada. Ya sengaja membeli dua porsi untuk dirinya dan juga sang istri.     

"Berikan dua porsi, satu coklat dan satu strawberry," ucap Aaron Liu pada si penjual es krim.     

"Baik, Tuan." Si penjual es krim langsung membuatkan dua pesanan itu. Ia tentu saja tak ingin membuat pembelinya menunggu terlalu lama.     

Aaron Liu masih berdiri di samping penjual itu sambil sesekali memandang istrinya yang tengah hidup sendirian. iya hanya ingin memastikan jika Jiang Lily cukup aman berada di sana.     

Begitu si penjual memberikan dua porsi es krim, Aaron Liu langsung mengeluarkan dompet untuk melakukan pembayaran.     

Pria itu berniat untuk segera memberikan es krim itu pada istrinya. Namun, Aaron Liu sama sekali tak melihat Jiang Lily duduk di kursi tadi. Ia langsung panik dan berlari ke arah kursi tadi.     

Seketika segalanya menjadi begitu gelap, Aaron Liu benar-benar sudah berpikir macam-macam mengenai Jiang Lily yang tak ada di kursi itu.     

"Lily!" teriak Aaron Liu dengan segala kecemasan dan juga rasa takut di dalam hatinya. "Lily!" panggilnya lagi.     

"Apakah anda melihat seorang perempuan yang tadi duduk di kursi itu?" tanya Aaron Liu pada seseorang yang kebetulan melintas di sana.     

"Saya tak melihat siapapun di sini, Tuan." Sebuah jawaban yang seolah telah meruntuhkan hati dan juga keyakinannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.