Menantu Pungut

Menjadi Simpanan!



Menjadi Simpanan!

0Lee Hana dan juga Tiffany tentu saja sangat terkejut mendengar pertanyaan itu. Mereka berdua tak menyangka jika Aaron Liu sudah berdiri cukup dekat dengannya.     
0

"Bukan apa-apa, Presdir. Kami hanya mengobrol biasa saja. Tak ada hal yang penting," jelas Lee Hana berbohong. Sudah sangat jelas jika dirinya dan juga Tiffany baru saja membicarakan sosok pria yang tak lain adalah dirinya.     

"Apakah kalian berdua senang? Aku bisa membawa kalian ke sebuah tempat yang jauh lebih indah daripada ini," sahut Tiffany sangat antusias. Ia benar-benar memperlihatkan jika dirinya sangat senang bisa mengantar mereka menikmati waktu bersama.     

"Tak perlu repot-repot, Tiffany. Aku juga tak ingin jika istri kelelahan akan lebih baik setelah dari sini kita akan segera ke hotel," tolak Aron di atas sebuah penawaran yang cukup menyenangkan bagi mereka.     

Pria itu tak ingin membuat istrinya sampai kelelahan, apalagi jika sampai jatuh sakit. Aaron Liu memberikan segala hal yang terbaik untuk perempuan yang sedang mengandung anaknya itu.     

Tiffany tampak sangat kecewa atas penolakan itu. Ia merasakan seperti baru saja dilemparkan semakin jauh. Perempuan itu masih mencoba untuk bertahan di antara mereka semua.     

"Sebaiknya kita langsung kembali saja ke hotel saja. Tak baik jika Nona Jiang terlalu lama berada di luar," bujuk Lee Hana agar mereka berdua segera pergi dari sana. Yang paling penting ia sengaja menjauhkan pria itu dari Tiffany.     

"Baiklah! Ayo kita kembali ke hotel," sahut Jiang Lily sembari bergerak menuju ke mobilnya. Perempuan itu harus segera beristirahat.     

Lee Hana tersenyum penuh kemenangan kala menyaksikan wajah tak senang dari Tiffany. Ia bisa melihat jika perempuan itu sama sekali tak senang. Apalagi segala rencana dan juga niatnya untuk menggoda Aaron Liu telah gagal.     

Saat berada di dalam mobil pun, mereka semua tak banyak bicara. Hanya ada suara deru mesin mobil dan juga lalu lalang kendaraan yang telah melintas.     

"Terima kasih, Nona Tiffany. Anda sudah mengajak kami untuk melihat sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan," ucap Jiang Lily pada seorang perempuan yang kebetulan sedang mengemudikan mobilnya.     

"Tak masalah, Nona Jiang. Sebenarnya aku bisa membawa anda semua ke beberapa tempat yang jauh lebih indah," sahut Tiffany dengan segala keinginan tersembunyi atas mereka.     

"Sepertinya istriku harus istirahat. Sayangnya, istriku tak bisa pergi berjalan-jalan untuk waktu yang lama. Kami berdua harus benar-benar memperhatikan kondisi istriku dan juga bayinya," ujar Aaron Liu dalam penjelasan panjang lebar kepada seorang perempuan yang sengaja ingin mendekatinya.     

Tak ada pilihan lain bagi Tiffany, selain mengantarkan mereka semua Langsung ke hotel. Dia tak mungkin memperlihatkan segala kekecewaan dan juga perasaan tak senangnya di hadapan Aaron Liu.     

Tiffany mempercepat laju mobilnya. Dia pun berhasil membawa mereka ke hingga sampai sebuah hotel Di mana mereka semua telah menginap.     

Tanpa banyak mengatakan apapun, Aaron Liu bergegas masuk ke dalam hotel. Pada itu bergegas masuk ke dalam kamar hotel yang telah disewanya.     

Lee Hana juga bertugas pergi dari sana ada beristirahat. Beberapa hari terakhir adalah hari-hari yang penuh tantangan dan juga sangat berat untuk mereka semua harus benar-benar memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.     

"Sial! Lagi-lagi aku kembali gagal untuk menggoda Aaron. Padahal kalau dilihat-lihat, istrinya tak lebih cantik daripada Nona Lee," kesal Tiffany begitu mereka semua meninggalkan mobilnya.     

Tiffany justru terlihat seperti seorang sopir yang baru saja mengantarkan majikannya. Benar-Benar sesuatu yang sangat menyedihkan dan juga memilukan. Ia pun meninggalkan lobby hotel dengan suasana hati yang sangat buruk.     

Hal itu tentu saja bukan sesuatu yang baik bagi mereka semua. Jika Feng Mo sampai mengetahui alasan Tiffany begitu kecewa, pria tua itu pasti tak akan diam saja. a tak mungkin membiarkan anaknya menderita sendirian.     

Begitu masuk ke dalam halaman rumahnya, Tiffany bergegas masuk ke dalam kamar. Ia segera masuk ke kamar sebelum ayahnya melihat dirinya. Ia tak ingin pria tua itu justru mencari-cari masalah dengan mereka semua.     

"Bukankah Tiffany baru saja pulang?" tanya Feng Mo pada seorang pelayan di rumahnya.     

"Nona Langsung masuk ke kamarnya, Tuan," jawab si pelayan dengan sangat sopan.     

"Langsung ke kamar? Bukankah itu sedikit aneh? Tak biasanya Tiffany langsung masuk ke kamar begitu pulang." Feng Mo sudah sangat curiga jika telah terjadi sesuatu pada anak perempuannya itu.     

Tanpa membuang waktu, Feng Mo akhirnya memutuskan untuk menemui Tiffany di kamarnya. Ia harus memastikan jika perempuan itu baik-baik saja. Rasanya tak bisa tenang sebelum melihat anaknya.     

Dengan langkah pelan, Feng Mo menerobos masuk ke kamar Tiffany. Dia melihat anaknya terlihat sangat sedih juga begitu kecewa. Hal itu tentu saja memunculkan banyak tanda tanya di dalam hati pria tua itu. Ia tak ingin jika terjadi sesuatu pada anak perempuan.     

"Mengapa kamu langsung masuk ke dalam kamar begitu pulang? Apakah telah terjadi sesuatu yang buruk?" tanya Feng Mo tanpa basa-basi sedikit pun.     

"Papa!" Tiffany langsung memeluk ayahnya dengan begitu erat. Ia menumpahkan segala kesedihan dan juga kekecewaannya pada pria tua itu.     

Semakin jelas jika telah terjadi hal buruk pada Tiffany. Feng Mo menjadi sangat mengkhawatirkan anak perempuan itu. Iya tak ingin melihat jika anaknya sampai terluka.     

"Katakanlah! Hal apa yang membuatmu begitu sedih dan juga sangat kecewa?" Feng Mo sudah tak sabar ingin mengetahui alasan kesedihan dari anak kesayangannya itu.     

"Aaron datang bersama istrinya. Hatiku rasanya sangat hancur menyaksikan kemesraan mereka berdua, Pa. Jika saja aku mendapatkan sedikit kesempatan, menjadi seorang simpanan pun aku rela," terang Tiffany atas segala kegundahan dan juga keresahan yang semakin menyesakkan hatinya.     

"Apa! Jangan gila kamu, Tiffany! Kamu tak pantas menjadi seorang simpanan. Lebih baik kamu melupakan Aaron dan cari dia lain yang jauh lebih hebat darinya," bujuk Feng Mo pada anaknya. Ia hanya tak mau menyaksikan anak begitu menderita.     

Tiffany justru terkekeh geli sembari meneteskan air matanya. Ia benar-benar sudah tak tahan dengan rasa sakit yang dirasakan kala melihat Aaron Liu dan juga istrinya. Benar-benar menjadi sebuah siksaan yang sangat sempurna baginya.     

Hal itu benar-benar sangat membuat cemas Feng Mo. Ia bisa melihat betapa hancur hati dari anaknya. Pria tua itu tak akan diam saja tanpa melakukan apa-apa.     

"Bisakah kamu melupakan Aaron?" desak Feng Mo agar Tiffany mau melepaskan pria itu.     

"Tidak, Pa! Aku akan melakukan apapun untuk membuktikan segala ketulusanku pada Aaron," tegas Tiffany pada ayahnya.     

Feng Mo terdiam sembari terus memikirkan sesuatu yang bisa membuat anaknya merasa bahagia. "Haruskah papa membantumu untuk mendapatkan Aaron?" tanyanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.