Menantu Pungut

Jangan Munafik!



Jangan Munafik!

0Seluruh pasang mata langsung menatap ke arah perempuan itu. Rasanya cukup merisaukan mendengar seseorang ingin menanamkan modal di JL Fashion.     
0

"Sayangnya ... JL Fashion itu memiliki kepemilikan tunggal. Jadi kami tak menjual saham pada siapapun," tegas Jiang Lily yang terlihat tak senang pada perempuan itu. Ia tak berminat untuk menerima orang lain bergabung sebagai pemilik perusahaan.     

"Bukankah kalian sudah bangkrut? Tak ada salahnya menerima sedikit bantuan dariku." Perempuan yang baru saja memborong sisa barang yang belum terjual itu, seolah sengaja mendesak mereka.     

Tampak terlalu jelas jika ia juga ingin menguasai bisnis fashion yang menurutnya telah pailit. Dia tak tahu saja sosok di belakang JL Fashion.     

Lee Hana juga merasa tak tahan mendengar kalimat hinaan itu. Ia pun mendekati perempuan itu dan melemparkan tatapan penuh arti.     

"Kata siapa kami bangkrut? Tak berapa lama, Anda akan melihat terobosan baru dari JL Fashion. Tunggu saja tanggal mainnya!" sahut seorang perempuan cantik yang bertanggung jawab atas penjualan seluruh produk.     

"Benarkah?" Perempuan itu tersenyum sinis. Ia seakan tak percaya jika JL Fashion akan bisa bangkit dalam waktu dekat. "Aku menunggu saat itu tiba. Ini alamatku, tolong antar semua barang ke sini. Aku akan langsung membayar lunas semuanya," ucapnya angkuh.     

Selesai membayar, perempuan tadi bergegas pergi dari sana. Ia masih saja tersenyum sinis dan tentu saja meremehkan mereka semua. Ia begitu yakin jika JL Fashion tak akan mungkin bangkit kembali.     

Jiang Lily hanya bisa menggelengkan kepala menyaksikan tingkah perempuan itu. Ia suka melihat seseorang yang begitu sombong dan juga sangat angkuh seperti itu.     

"Bukankah seluruh pekerjaan telah usai? Apakah kita akan berada di sini lebih lama?" tanya Aaron Liu pada sosok perempuan yang dicintainya.     

Sebelum Lee Hana dan juga Jiang Lily menjawab pertanyaan itu, Tiffany lebih dulu menyahut pertanyaan itu. Ia tak ingin keduluan mereka berdua. "Kita berkeliling kota saja!" usulnya.     

"Berkeliling kota? Jalan-jalan?" ulang Lee Hana dalam nada bertanya. Ia sama sekali tak paham dengan keinginan dari anak pemilik gedung.     

Tentu akan sangat merepotkan jika harus pergi berkeliling kota tanpa tujuan yang jelas. Apalagi ... mereka semua sedang disibukkan dengan banyak urusan yang cukup penting.     

Akan tetapi, segalanya akan jauh berbeda jika Jiang Lily ingin tinggal lebih lama. Aaron Liu tak mungkin bisa menolak keinginan perempuan yang dicintainya itu.     

"Sepertinya bukan ide buruk jika kita jalan-jalan dulu sebelum kembali," sela Jiang Lily sembari mengulum senyuman penuh arti pada mereka semua.     

"Baguslah! Saya sendiri yang akan mengantarkan kalian semua berkeliling." Tiffany terlihat sangat antusias untuk menghabiskan waktu bersama mereka semua. Yang lebih penting, ia ingin berada lebih dekat dengan Aaron Liu.     

Tak jauh berbeda dari Lee Hana, perempuan itu juga menyimpan perasaan khusus pada suami dari Jiang Lily itu. Seolah pesona dari pria dan istri itu terlalu memesona. Tak peduli akan statusnya, berada di sekitar wilayah itu sudah lebih dari cukup bagi Tiffany.     

Mereka semua akhirnya masuk ke dalam sebuah mobil yang sudah disiapkan oleh Tiffany. Ia benar-benar akan mengajak mereka bertiga untuk berkeliling kota. Rasanya sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama dengan mereka semua.     

Hingga tak berapa lama, mereka semua telah sampai di sebuah taman bunga yang begitu indah dan juga sangat memanjakan mata. Jiang Lily begitu bahagia bisa mengunjungi tempat seindah itu. Ia tak menyangka jika ada sebuah tempat dan begitu nyaman dan juga sangat menenangkan.     

"Lihatlah, Aaron! bukankah ini sangat indah," ucap Jiang Lily sangat terpukau. Ia memperhatikan sekeliling dengan begitu bersemangat.     

"Apakah kamu senang di sini?" tanya Aaron Liu pada suaminya.     

"Aku tak pernah mendatangi tempat seperti ini. Rasanya sangat senang bisa menyaksikan hamparan bunga warna-warni yang sangat indah." Jiang Lily seolah telah terhipnotis akan keindahan yang tak mampu ditolaknya.     

Tak jauh dari mereka, Lee Hana dan juga Tiffany berdiri sembari memperhatikan pasangan itu. Mereka nampak begitu iri menyaksikan kemesraan antara Aaron Liu dan juga Jiang Lily.     

Dua perempuan yang hanya bisa menonton seorang pria yang dicintainya tengah bersama sang istri. Benar-benar sebuah pemandangan yang sebenarnya sangat menyakitkan bagi mereka berdua.     

"Mengapa kamu sengaja mengajak kami ke sini?" tanya Lee Hana pada seorang perempuan yang berdiri di sebelahnya.     

"Kupikir aku bisa memiliki kesempatan untuk berada jauh lebih dekat dari Aaron. Sayangnya, hal itu hanya menjadi angan-angan saja," jawab Tiffany tanpa berpikir panjang.     

Perempuan itu sama sekali tak peduli dengan status pria beristri itu. Ia hanya mengerti jika hatinya telah terjerat pada seorang pria yang nyatanya sudah memiliki pasangan sendiri.     

Tiffany berharap jika dirinya memiliki sedikit harapan untuk bisa memiliki Aaron Liu. Meski hanya sebentar saja, ia pasti akan merasa sangat bahagia.     

"Jika memang aku hanya bisa menjadi seorang simpanan ... aku sangat rela, asal itu dengan Aaron," celetuk Tiffany tanpa mengalihkan pandangan dari pasangan suami istri itu.     

"Kamu benar-benar sudah gila! Presdir tak mungkin akan mengkhianati Nona Jiang. Kamu sama sekali tak mengetahui perjuangannya hingga sampai ke titik ini." Lee Hana tentu sangat tahu jika Aaron Liu telah mengorbankan banyak hal untuk bisa mendapatkan hati Jiang Lily.     

Jika awalnya Lee Hana sempat berpikir untuk merebut Aaron Liu dari istrinya, hal itu sudah tidak lagi. Setelah mengetahui Jiang Lily tengah mengandung, ia bertekad untuk mengubur segala perasaan yang dimilikinya untuk pria itu.     

Lee Hana tak ingin merusak sebuah hubungan yang seharusnya memang begitu erat. Ia juga sangat tahu jika Aaron Liu sangat mencintai Jiang Lily, begitu pula sebaliknya.     

"Aku sama sekali tak keberatan jika Aaron masih bersama dengan istrinya. Aku hanya menginginkan sedikit waktunya saja. Setidaknya aku bisa lebih dekat lagi dengannya." Begitulah jawaban Tiffany atas kalimat kekesalan dari Lee Hana.     

"Aku tak akan membiarkan kamu merusak hubungan mereka!" Lee Hana mengatakan hal itu dengan beberapa penekanan dalam setiap kata-kata yang diucapkannya.     

"Tak usah munafik, Nona Lee! Aku sangat tahu jika kamu juga menyimpan perasaan pada Aaron. Bahkan ... bisa saja perasaanmu itu jauh lebih besar daripada yang aku rasakan," sindir Tiffany pada seorang perempuan yang selama ini selalu menjaga sikapnya.     

Lee Hana hanya tersenyum kecut mendengar tuduhan itu. Meski ia mencintai Aaron Liu, ia tak akan sampai hati merusak hubungan mereka.     

Perempuan itu lebih memilih untuk terluka sendirian daripada harus mengorbankan lebih banyak hati.     

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Tiba-tiba saja, Aaron Liu sudah berada tak jauh dari mereka berdua, sedangkan Jiang Lily ada tepat di sebelahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.