Menantu Pungut

Dalangnya?



Dalangnya?

0Lee Hana bisa melihat kecemasan di wajah Tiffany. Ia mulai berpikir yang tidak-tidak pada perempuan itu. Tak berlebihan jika ia mencurigai anak dari pemilik gedung. Dengan respon yang ditunjukkan, semakin memperjelas jika ada sesuatu yang diketahui olehnya.     
0

"Apakah Anda sengaja mengirimkan mereka semua untuk mengganggu perjalanan kami?" tuduh Lee Hana tanpa basa-basi sedikit pun. Entah mendapatkan keyakinan dari mana, ia cukup yakin jika orang-orang itu ada hubungannya dengan Tiffany.     

"Bagaimana Anda bisa berpikir seperti itu, Nona Lee? Aku tak mungkin melakukan hal itu," elak Tiffany dengan segala kesungguhan di dalam hatinya.     

Jangankan menyakitkan Aaron Liu, melihat pria itu kesusahan saja ia cukup sedih. Rasanya terlalu merisaukan jikalau menyaksikan pria itu harus menghadapi masalah.     

Aaron Liu lalu berjalan mendekati Lee Hana. Ia bisa melihat jika Tiffany mengatakan hal itu dengan jujur. Hanya saja ada sesuatu yang begitu mengganjal di dalam hatinya.     

"Aku yakin jika kamu tak melakukan itu, Tiffany. Namun, aku juga sangat yakin jika kamu mengetahui sesuatu mengenai orang-orang itu. Terlebih ... Keluarga Mo telah menguasai wilayah ini," sahut Aaron Liu berdasar beberapa hal yang menjadi pertimbangan tersendiri.     

"Soal itu ... aku masih belum terlalu yakin, Aaron. Jika kamu mau, aku akan menyelidikinya untukmu," ujar Tiffany dengan wajah bingung dan juga begitu cemas. Ia bisa melihat jika pria itu mulai mencurigai dirinya.     

"Tak perlu, Tiffany. Aku sudah memberikan serangan balasan untuk mereka semua. Aku hanya tak ingin membuat masalah di sebuah tempat di mana aku sedang membangun bisnis." Aaron Liu mengatakan apa yang sedang dipikirkannya. Namun, ada sesuatu yang aneh dengan kejadian tadi.     

Jika dia saja baru sekali datang ke kota itu, dan saat itu adalah ya kedua kalinya ... bagaimana dia sudah memiliki musuh di tempat yang benar-benar baru? Banyak pertanyaan mulai memenuhi kepala Aaron Liu. Ia mulai berspekulasi sendiri mengenai segala hal yang terjadi di sana.     

Entah mengapa, Aaron Liu berpikir jika segalanya berhubungan dengan ayah dari Tiffany, Feng Mo. Terlepas itu benar atau salah, pria tua itu sejak awal tak terlalu senang dengan dirinya. Bahkan jika bukan karena Tiffany, Aaron Liu tak akan pernah bisa mendapatkan sewa gedung itu.     

"Kalau begitu, kamu bisa mengatakan padaku jika membutuhkan apapun. Aku ada urusan sebentar," pamit Tiffany sebelum ia beranjak pergi meninggalkan gedung beberapa lantai yang akan dipakai untuk pengganti JL Fashion.     

"Tunggu, Tiffany!" Aaron Liu berlari mengejar perempuan itu. Ada satu hal lagi yang ingin dia tanyakan padanya.     

"Apakah Tuan Mo juga mengetahui adanya sedikit perubahan mengenai sewa gedung ini?" tanyanya.     

"Seharusnya papa tak mengetahui hal itu. Aku tak pernah mengatakan apapun padanya. Hanya saja, aku khawatir jika papa mengetahuinya dari orang lain," jelas Tiffany dengan sedikit keyakinan yang dimilikinya. Ia sendiri masih belum terlalu yakin dengan hal itu.     

Untuk mengetahui lebih jelasnya, Tiffany harus menemui ayahnya dan menanyakan segalanya pada pria tua itu. Ia sendiri juga merasa penasaran akan sesuatu hal.     

Tak berapa lama, Tiffany langsung meninggalkan gedung itu. Ia akan menemui ayahnya yang kebetulan sedang melakukan pertemuan bisnis di lokasi yang tak jauh dari sana.     

Meski sebenarnya, Tiffany tak ingin meninggalkan Aaron Liu mengurus semuanya bersama Lee Hana. Sedangkan untuk beberapa hal penting mengenai gedung, ia jauh lebih paham daripada perempuan cantik itu.     

"Apa yang sebenarnya Anda pikirkan, Presdir? Apakah Anda tak mencurigai Nona Tiffany pelaku atas penyerangan tadi?" tanya Lee Hana begitu penasaran. Ia masih saja berpikir jika perempuan itu adalah dalang dari beberapa orang pengacau yang sengaja menghadang mereka tadi.     

"Kupikir jika Tiffany bukanlah perempuan seperti itu. Ia tak mungkin melakukan hal sekejam itu untuk menyakiti aku. Aku justru sedang mencurigai Tuan Mo. Sejak awal, dia tampak tak acuh padaku. Bahkan negosiasi yang kulakukan hampir saja tak berhasil," terang Aaron Liu mengenai sebuah kejadian di mana Tiffany membantunya mendapatkan persetujuan sewa gedung itu.     

"Itu berarti jika Tuan Mo memang sengaja ingin menghentikan kita mendatangi gedung ini. Namun, apa untungnya bagi mereka? Bukankah kita sudah membayar sewa selama satu tahun penuh?" Lee Hana kembali menanyakan hal itu. Dia sendiri cukup bingung dengan alasan pria itu ingin mengacaukan segalanya.     

Jangankan Lee Hana, Aaron Liu sendiri juga tak paham akan hal itu. Namun, segalanya masih tampak abu-abu. Dia juga belum bisa memastikan jika Feng Mo adalah dalang dari penyerangan tadi.     

Aaron Liu curiga jika Tiffany yang menjadi alasan utamanya. Apalagi, perempuan itu terlalu banyak melakukan sesuatu yang melebihi batas kewajaran. Hal itu semakin memperkuat dugaan jika Feng Mo menargetkan dirinya karena anaknya.     

Di tempat lain, Tiffany baru saja sampai di sebuah hotel berbintang yang kala itu akan dipakai meeting oleh ayahnya dan beberapa klien. Sebelum Feng Mo semakin sibuk, perempuan itu sengaja mendatangi ayahnya di sana.     

Beberapa pengawal memperhatikan Tiffany yang masih dengan wajah muram dan sangat terburu-buru. Mereka semua sudah bisa menebak jika ada sesuatu yang salah di sana.     

"Di mana Papa?" tanya Tiffany pada seorang pengawal yang bekerja untuk Keluarga Mo.     

"Tuan ada di kamarnya. Kebetulan pertemuan ditunda setelah makan siang. Beliau akan beristirahat di hotel sebentar," jelas seorang pengawal yang sudah berjaga di area hotel itu.     

"Beristirahat? Bukankah ini terlalu pagi untuk beristirahat? Tunjukkan kamarnya!" perintah Tiffany deh suara tegas dan tak mungkin bisa disanggah oleh pria-pria bertubuh tinggi besar dan berbadan kekar yang bekerja untuk keluarganya.     

Seketika itu juga, Tiffany berjalan menuju ke sebuah kamar di mana ayahnya berada. Pengawal itu juga tak berani melawan anak dari majikannya. Perempuan itu bisa berubah mengerikan dan jauh lebih menakutkan dari Feng Mo sendiri.     

Sampai di depan kamar, ada dua pengawal berjaga di depan pintu. Mereka berdua langsung melemparkan tatapan penuh arti pada rekannya itu.     

"Buka pintunya!" perintah Tiffany.     

"Tapi, Nona .... " Rasanya seperti sebuah bidikan mematikan yang akan membuat mereka mati seketika.     

Tanpa mengatakan apapun, Tiffany melemparkan tatapan tajam pada mereka berdua. Sedangkan pengawal satu lagi yang datang bersamanya terlihat sedang mengirimkan sebuah isyarat pada kedua rekannya.     

Dalam situasi itu, tak ada untungnya bagi mereka untuk melindungi Feng Mo. Berhadapan dengan Tiffany juga bukan hal mudah bagi mereka.     

"Aku sedang tak ingin bermain-main dengan kalian berdua!" ancam Tiffany yang membuat dua pria itu langsung lekas membuka pintu di mana Feng Mo tengah bersama dengan seorang perempuan.     

Tiffany langsung menerobos masuk ke dalam kamar itu tanpa suara sedikit pun.     

"Apa yang papa lakukan pada Aaron?" teriak Tiffany cukup mengejutkan pada seorang pria yang sedang menindih seorang perempuan cantik di bawahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.