Menantu Pungut

Melindungi Mata-Mata?



Melindungi Mata-Mata?

0Aaron Liu dan juga Jiang Lily justru saling melemparkan tatapan penuh keterkejutan. Mereka sedikit cemas atas sebuah panggilan telepon yang baru saja masuk beberapa saat lalu.     
0

"Untuk apa papa menelepon? Apakah papa akan kembali memaksa kita untuk berpisah?" cemas Jiang Lily atas sebuah panggilan yang baru masuk dari ayah mertuanya.     

"Lebih baik kita abaikan saja panggilan itu, Lily. Aku juga tak ingin berdebat dengannya lagi." Aaron Liu langsung melemparkan ponsel itu ke sofa yang ada di sebelahnya.     

Sama seperti Jiang Lily, ia sendiri juga memiliki kecemasan yang sama. Sebuah situasi yang cukup menegangkan dan juga menambah tekanan bagi mereka berdua. Pasangan itu harus berjuang keras untuk memperbaiki kekacauan yang dilakukan oleh Miranda Choi.     

Dalam kecemasan dan juga perasaan sedikit takut, Aaron Liu berjalan ke halaman depan mansion Keluarga Jiang. Ia ingin memastikan jika salah satu mata-mata ayahnya tak berjaga di sekitar sana.     

"Laporkan padaku jika ada sebuah mobil yang tampak mencurigakan di sekitar sini!" perintah Aaron Liu pada salah satu bodyguard yang kebetulan berjaga di depan.     

"Ada apa, Aaron? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" Jiang Lily menyusul suaminya dengan wajah ketakutan. Ia sangat khawatir jika terjadi apa-apa dengan keluarganya.     

"Aku hanya meminta mereka untuk lebih waspada saja. Selama ini, papa selalu mengirimkan seorang mata-mata untuk mengawasi kita. Rasanya kita harus mewaspadai hal itu," jelas Aaron Liu pada istrinya.     

Namun, belum juga mereka berdua kembali masuk ke dalam. Ada beberapa pengemudi motor trail yang melintas dan melemparkan sebuah botol kaca. Seketika botol itu pecah ke depan gerbang mansion mewah itu.     

Seorang bodyguard keluar dan langsung memeriksa keluar. Tak berapa lama, pria itu kembali dengan gulungan kertas yang tadi dilemparkan bersamaan dengan botol kaca itu.     

"Ada sebuah pesan di dalam botol yang dilemparkan tadi, Tuan." Si bodyguard memberikan gulungan kertas itu pada Aaron Liu.     

"Apa itu, Aaron? Apakah mereka mengirim surat kaleng?" Jiang Lily tampak ketakutan sampai begitu gelisah. Perempuan itu benar-benar tak bisa berpikir lagi. Segalanya terlalu menyesakkan baginya.     

Tanpa menjawab pertanyaan itu, Aaron Liu justru langsung membuka sebuah gulungan kertas ini tadi. Ia ingin melihat isi dari sebuah pesan yang sempat dilemparkan oleh beberapa orang pengemudi motor tadi. Dia sendiri cukup penasaran maksud dari tindakan tak beradab itu.     

Dalam perasaan yang sangat menegangkan dan juga tak karuan, Aaron Liu akhirnya memberanikan diri untuk membuka kertas itu. Ia langsung membelalakkan mata dengan tatapan tajam dan ekspresi yang berubah drastis.     

"Apa isinya, Aaron?" Dengan gerakan sangat cepat, Jiang Lily meraih kertas itu dan membacanya pelan dengan suara yang juga gemetar. "Ceraikan Aaron Atau Anakmu Akan Mati!"     

Sontak saja, Jiang Lily langsung melemparkan sebuah pesan yang ditulis dengan sebuah tinta merah yang lebih mirip dengan darah. Perempuan itu langsung gemetar dan juga syok. Wajahnya bahkan menjadi sangat pucat dan terlihat tak bernyawa.     

Aaron Liu langsung menarik istrinya dan memberikan pelukan pada Jiang Lily. Ia bisa merasakan ketakutan dan juga kekhawatiran istrinya kala itu.     

"Aku takut, Aaron! Bagaimana jika mereka benar-benar membunuh anak kita?" ucap Jiang Lily tanpa melepaskan pelukan itu dari suaminya. "Mengapa papa harus memberikan ancaman dengan cucunya sendiri?" serunya begitu emosional.     

"Bagaimana kamu begitu yakin jika itu papa, Lily?" Aaron Liu ingin mendengar alasan istrinya mengenai ucapannya itu.     

"Siapa lagi, Aaron? Papa benar-benar tak menyetujui pernikahan kita. Bahkan sudah beberapa kali papa menginginkan perceraian kita. Bahkan papa pernah berpikir jika ini bukanlah anakmu. Aku mendengar semuanya, Aaron!" terang Jiang Lily dengan segala keyakinan di dalam dirinya. Ia mendengar sendiri bagaimana pria tua itu tak menyetujui hubungan mereka.     

Aaron Liu tiba-tiba mengingat sebuah pembicaraan antara dirinya dan juga Johnny Liu. Pria tua itu sempat mengatakan jika Jiang Lily mungkin saja sedang mengandung anak pria lain.     

Hal itu membuat Aaron Liu berpikir jika ayahnya sendiri yang telah melemparkan ancaman itu. Darahnya seolah langsung mendidih. Ia tak bisa menerima tindakan ayahnya yang sangat berbahaya itu.     

"Apakah gara-gara kita tak menerima panggilan dari papa, dia langsung mengirimkan ancaman ini?" gumam Aaron Liu pada istrinya. Ia benar-benar tak percaya jika ayah kandungnya begitu tega ingin melukai cucunya sendiri.     

"Jangan bunuh anakku, Aaron! Lebih baik kalian bunuh saja aku." Jiang Lily semakin tak mampu mengendalikan diri. Perempuan itu menangis dengan perasaan takut jika sampai harus kehilangan bayinya.     

Semua orang sangat tahu jika Keluarga Liu bisa melakukan apapun. Jangan untuk menghilangkan seorang janin, menghilang seorang nyawa juga bukan hal sulit bagi mereka.     

Aaron Liu semakin mencemaskan kondisi istrinya. Dia langsung membawa Jiang Lily ke dalam gendongannya lalu membawa masuk ke dalam. Bagaimanapun juga, ia harus bisa memenangkan istrinya.     

Perempuan itu terus saja menangis karena ketakutan. Jiang Lily tak mungkin bisa menerima kenyataan jika harus kehilangan anaknya sendiri. Itu akan menjadi sebuah pukulan berat baginya.     

"Jangan berpikir macam-macam! Kita akan melindungi bayi kita sama-sama. Jangan cemaskan apapun!" hibur Aaron Liu sembari membelai pelan kepala istrinya.     

Dalam kondisi yang tak baik-baik saja, Jiang Lily mulai lelah lalu terlelap di pelukan suaminya. Aaron Liu bergerak sangat pelan untuk memindahkan istrinya ranjang. Rasanya tak tega melihat perempuan cantik itu begitu menderita menjadi istrinya.     

Dirasa cukup aman, Aaron Liu akhirnya keluar dari kamar itu. Dia harus menemui beberapa bodyguard yang ada di luar untuk memastikan sesuatu hal.     

Terlalu banyak tekanan yang harus ditanggung istrinya belakangan ini. Hal itu membuat Aaron Liu semakin mencemaskan kondisi Jiang Lily yang sempat memburuk beberapa waktu lalu.     

"Apakah kalian sudah memeriksa beberapa kamera CCTV di depan?" tanya Aaron Liu pada sang bodyguard.     

"Saya sudah mengirimkan tiga salinan rekaman pada Anda, Tuan. Apakah Anda mencurigai seseorang?" tanya salah seorang dari mereka.     

"Apakah kalian melihat anak buah Detektif Yang ada di sekitar sini? Bukankah mereka selalu mengawasi rumah ini?" Pertanyaan dari Aaron Liu itu cukup mengejutkan mereka semua.     

Beberapa bodyguard langsung melemparkan tatapan tajam satu sama lain. Mereka terkejut karena Aaron Liu sudah menyadari hal itu.     

"Sejak kapan Anda menyadarinya, Tuan?" tanya si bodyguard sangat penasaran.     

"Jadi kalian semua juga mengetahuinya. Bagus sekali! Keluarga Jiang yang sudah membayar kalian ... sedangkan kalian justru melindungi mata-mata Keluarga Liu!" ketus Aaron Liu atas sikap tak hormat dari mereka semua.     

"Kami pantas dihukum, Tuan. Mereka semua hanya ingin memastikan mengenai keselamatan Anda saja. Oleh karena itu, kami tak keberatan untuk merahasiakan hal itu dari Anda," sahut seorang bodyguard yang hanya bisa merunduk karena perasaan bersalah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.