Menantu Pungut

Menyatakan Pailit!



Menyatakan Pailit!

0"Pelankan suara Anda, Nona Choi!" seru Wen Ziyi pada seorang perempuan yang tengah mengandung beberapa bulan.     
0

"Ada apa, Nyonya Wen? Apakah Anda berubah pikiran? Kita sudah berada di tengah jalan, tak mungkin untuk membatalkan semuanya," sahut Miranda Choi dengan ekspresi yang juga sangat kesal pada rekan bisnisnya di WM Fashion.     

Tercipta sebuah ketegangan di antara mereka semua. Wen bersaudara juga tak berani ikut campur kali ini. Mereka bisa melihat jika ada sesuatu yang tampak tak sejalan antara ibunya sendiri dan juga Miranda Choi.     

Jika semakin diteruskan, hubungan kedua wanita itu pasti tak akan semakin baik. Wen Ziyi sendiri juga tak menyangka jika segalanya menjadi begitu rumit. Perbincangan itu berakhir dengan perdebatan kecil sebelum Miranda Choi meninggalkan hotel bersama pria yang mungkin saja seumuran dengan ayahnya.     

Di sisi lain, Nenek Jiang dan juga Lee Hana masih berada di dalam mobil. Macetnya jalanan siang itu, membuat mereka berdua harus berlama-lama di dalam mobil. Benar-benar sangat membosankan dan menguji kesabaran.     

"Apakah kamu berminat untuk bergabung dengan WM Fashion, Nona Lee? Apalagi dengan kondisi perusahaan yang tak stabil, sepertinya sangat wajar jika kamu pindah haluan," tanya Nenek Jiang memecahkan keheningan di antara mereka.     

"Mana mungkin aku meninggalkan JL Fashion dengan begitu mudah. Sudah sangat lama aku bekerja untuk Anda, Nyonya. Jika sampai terjadi hal terburuk sekalipun, aku tak akan mengkhianati JL Fashion," terang Lee Hana mengenai perasaannya jika sampai terjadi hal buruk.     

"Kamu masih sangat muda. Akan sangat baik jika melanjutkan karir di tempat lain," ujar Nenek Jiang pada seorang perempuan yang dulunya adalah seorang model profesional.     

Mereka berdua bertemu di sebuah fashion show. Nenek Jiang melihat beberapa rancangan Lee Hana cukup menarik. Kala itu, kedua wanita itu berbicara panjang lebar hingga akhirnya Nenek Jiang mengundangnya untuk bergabung dengan JL Fashion.     

Itulah awal kisah pertemuan antara Nenek Jiang dan juga Lee Hana. Dan sekarang, mereka berdua memiliki hubungan sangat erat sudah seperti keluarga sendiri.     

"Tidak, Nyonya. Saya tak akan bekerja di tempat lain jika dengan pekerjaan yang sama," tegas Lee Hana sangat menyakinkan. Ia tak bisa bekerja di tempat lain.     

"Semoga kamu menyesali keputusan ini, Nona Lee." Nenek Jiang sudah memiliki sebuah firasat jika perusahaan sudah tak mungkin bertahan lagi.     

Jika yang dikatakan oleh Miranda Choi memang benar, itu berarti sudah tak ada harapan bagi mereka. Rasanya sangat menyesakkan berada dalam situasi seperti itu.     

Hingga tak lama kemudian, mereka berdua sudah tiba di depan perusahaan. Setiap pasang mata memandang mereka berdua dengan tatapan aneh. Hal itu tentu saja membuat Nenek Jiang sangat penasaran.     

"Adakan rapat darurat dengan setiap divisi. Aku tunggu di ruang rapat!" perintah Nenek Jiang pada seorang perempuan yang menjadi sekretaris dari sang presdir.     

"Baik, Nyonya." Si sekretaris langsung menghubungi beberapa orang sekaligus untuk datang ke ruang rapat. Situasi yang mereka hadapi benar sangat genting dan mendesak.     

Lee Hana bisa merasakan ketegangan di antara mereka semua. Ia menyesal telah menyebabkan kekacauan itu. Secara tak langsung, ia sudah sangat ceroboh dan masuk ke dalam jebakan Miranda Choi.     

Tak lama setelah masuk ke dalam ruang meeting, satu persatu mereka mulai berdatangan. Sudah sangat jelas jika telah terjadi sesuatu pada perusahaan.     

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan perusahaan? Apakah kalian bisa menjelaskan semuanya?" Begitulah kalimat pertama yang dilontarkan Nenek Jiang pada seluruh kepala bagian.     

"Beberapa toko tiba-tiba membatalkan pesanan. Bahkan ada yang langsung membatalkan kerja sama di antara kita. Saya sendiri tak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi," terang salah seorang dari mereka mengenai pembatalan sepihak dari rekan bisnis.     

"Surat ijin ekspor kita juga telah dicabut, Nyonya. Untuk beberapa bulan ke depan, kita tak bisa melakukan pengiriman ke luar negeri," lapor salah seorang yang lainnya.     

Nenek Jiang benar-benar tak menyangka jika dampak dari diskualifikasi itu benar-benar sangat fatal. Namun demikian, ia sangat yakin jika ada seseorang yang sengaja ingin menjatuhkan JL Fashion.     

Bertahan atau menyerah, tetap akan membuat kerugian besar. Akan ada penumpukan produk di gudang. Hal itu membuat modal tak bisa berputar dan menghasilkan.     

"Bagaimana dengan toko-toko di pusat kota?" Sebenarnya Nenek Jiang sudah bisa menebak. Namun, ia ingin mendengar secara langsung dari semua staf kepala bagian yang bekerja untuk perusahaan.     

"Hampir semua toko mengembalikan produk JL Fashion. Lebih buruknya lagi, mereka mengajukan pengembalian dana dalam waktu dekat," jelas salah satu orang yang kebetulan juga ikut rapat bersama pemilik perusahaan.     

Rasanya seperti baru saja terlempar ke dasar jurang. Seolah tak ada lagi jalan keluar untuk bisa bertahan. Nenek Jiang tak memiliki pilihan lain selain menyatakan jika JL Fashion telah pailit. Masih banyak hal yang harus dibayarkan.     

Dengan sangat terpaksa, Nenek Jiang harus menggunakan harta pribadi untuk menutupi semuanya. Tak mungkin jika dia tak membayar gaji seluruh staf perusahaan maupun produksi yang memang harus dibayarkan.     

"Hentikan produksi mulai sekarang! Rumahkan beberapa staf yang tak terlalu produktif di perusahaan. Kita harus benar-benar melakukan penghematan energi dan juga sumber daya untuk sementara. Jika segalanya telah stabil, mereka bisa kembali bekerja," putus Nenek Jiang setelah berpikir beberapa lama.     

"Apakah JL Fashion benar-benar bangkrut, Nyonya?" celetuk salah seorang dari mereka.     

"Anggap saja seperti itu. Tapi kita masih harus berupa untuk bangkit dari masalah ini. Lakukan apa yang bisa kalian kerjakan hari ini! Jika ada informasi terbaru, kami akan langsung menghubungi kalian. Rapat selesai!" Nenek Jiang keluar dari ruang rapat dengan wajah pucat dan juga sangat sedih.     

Sangat menyakitkan kala harus menyatakan bisnis yang sudah dibangunnya sekian lama telah pailit. Hal itu menjadi sebuah pukulan terbesar baginya.     

JL Fashion bukan bangkrut karena terlalu banyak hutang. Melainkan modal yang seharusnya berputar berhenti di gudang karena tak bisa keluar seperti biasanya. Jika itu berlangsung lebih lama, Keluarga Jiang benar-benar akan kehilangan JL Fashion.     

"Apakah kita perlu memberitahu hal ini pada Presdir dan Nona Jiang, Nyonya?" tanya Lee Hana pada atasannya.     

"Tak perlu, Nona Lee. Mereka berdua juga sedang dilanda masalah yang lebih besar dari ini. Aku tak mau menambahkan beban pada mereka berdua," jawab Nenek Jiang penuh kesedihan.     

"Bagaimana jika kita menerima tawaran Nona Choi, Nyonya?" Lee Hana terlalu frustrasi dan tak bisa memikirkan jalan keluar apapun. Ia juga merasa sangat bersalah atas kekacauan itu.     

Di saat kondisi perusahaan yang semakin kacau, Jiang Lily dan juga Aaron Liu masih bisa hidup tenang. Mereka berdua sama sekali tak mengetahui keterpurukan JL Fashion. Hal itu yang membuat Lee Hana begitu ingin untuk membagikan kepahitan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.