Menantu Pungut

Dialah Mantanku!



Dialah Mantanku!

0Aaron Liu dan juga dua orang perempuan yang bersamanya menjadi sangat terkejut. Mereka tak menyangka jika akan diperlakukan seperti seorang pencuri yang tertangkap basah.     
0

"Apa-apaan ini! Bukankah Anda sendiri yang menghubungi kami agar segera membereskan kekacauan ini?" sahut Aaron Liu dengan sedikit emosional. Ia seolah tak terima dengan tuduhan tersebut.     

"Mana ada kami menghubungi Anda, Tuan? Sepertinya Anda sangat berniat untuk melakukan kecurangan di pameran ini. Saya akan langsung melaporkan hal ini pada atasan dulu," ucap seorang pria yang kebetulan datang bersama rekannya untuk memastikan keamanan.     

"Sepertinya ada seseorang yang sengaja menjebak kita semua. Apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang?" Jiang Lily mulai cemas dan juga gelisah. Ada ketakutan sendiri merasuk ke dalam relung hati.     

Lee Hana masih merapikan area itu. Di sendiri tak menyangka jika ada seseorang yang begitu tega menghancurkan hasil kerja kerasnya. Setiap kecurangan, pasti akan ditindak tegas oleh pihak penyelenggara.     

Tentu mereka semua sangat paham akan sebuah konsekuensi yang harus dihadapi. Mereka semua saling memandang satu sama lain dalam ketidakberdayaan. Rasa sangat menyakitkan jika segala kerja kerasnya tak membuahkan hasil.     

"Aku yang begitu bodoh hingga tak berpikir jika mereka sedang menjebak kita," sesal Aaron Liu atas kecerobohan yang telah terjadi.     

"Seharusnya memang kita baru bisa masuk setelah pihak penyelenggara telah tiba. Namun ... bukankah sangat aneh jika kita sudah bisa masuk tanpa kesulitan sedikit pun. Sudah sangat jelas jika ada seseorang yang menargetkan kita," ujar Lee Hana pada mereka berdua. Ia sendiri juga tak menyangka jika segalanya justru mendapat hal seburuk itu.     

"Kita bereskan semua dan segera keluar dari sini. Nanti, kita bisa menemui pihak penyelenggara pameran untuk mendapatkan kompensasi." Jiang Lily cukup khawatir akan situasi yang telah dihadapinya.     

Lee Hana tampak sangat kecewa dan juga begitu sedih. Apalagi ... Jiang Lily sudah bekerja keras untuk mengerjakan proyek itu sendirian.     

Meski begitu, mereka bertiga harus bersiap untuk segala kemungkinan terburuk. Apapun hasilnya, mereka sudah mengusapkan yang terbaik bagi JL Fashion.     

"Kemungkinan terburuk kita akan didiskualifikasi dari pameran ini. Segala promosi dan juga kerja sama dengan pihak penyelenggara akan dibatalkan secara sepihak," terang Lee Hana atas sebuah kondisi yang tengah dihadapinya.     

"Kita bisa menemui pihak penyelenggara nanti. Lebih baik kita keluar dan juga mencari makanan untuk sarapan dulu," bujuk Jiang Lily pada mereka berdua. Tak ada gunanya mereka tetap tinggal di sana.     

Dengan berat hati, mereka bertiga keluar dari lokasi pameran. Berjalan pelan menuju ke restoran hotel. Jiang Lily langsung memesan beberapa makanan untuk mereka semua.     

Rasanya sangat buruk mendapatkan masalah di pagi-pagi seperti itu. Andai saja itu bukan jebakan, mereka pasti sudah bersorak kegirangan akan hasil kerja kerasnya.     

"Ini buka apa-apa! Kalian berdua tak perlu terlalu cemas. Tak masalah jika kita tak mendapatkan promosi ataupun dilarang melakukan jual beli," ujar Lee Hana pada pasangan suami istri yang terlalu mencemaskan jalannya pameran.     

"Sebaiknya kita sarapan dulu. Setelah itu, kita bisa memikirkan rencana terbaik untuk menangani kekacauan ini." Aaron Liu tak ingin mereka sampai menahan lapar hanya karena sebuah persolan yang cukup mengganggu.     

Tak berapa lama, tanpa sengaja Lee Hana melihat seorang perempuan yang cukup dikenalnya. Ia merasa jika perempuan itu yang sengaja mengacaukan segalanya.     

Awalnya, Lee Hana berniat untuk menutupi hal itu. Namun, lama kelamaan ia tak tahan menyaksikan keberadaan perempuan itu. Dadanya seolah akan meledak menyaksikan perempuan itu tengah bersama seseorang yang menjadi panitia penyelenggara pameran itu.     

"Apakah kalian tak melihat Miranda Choi di sana?" celetuk Lee Hana setelah beberapa lama menahan diri untuk tak mengatakan keberadaan perempuan yang seharusnya menjadi istri dari Aaron Liu.     

"Miranda?" Jiang Lily menoleh ke sebuah titik di mana perempuan hamil itu berada. Percaya dan tak percaya, ia berpikir jika mantan tunangan suaminya itulah yang merencanakan semuanya.     

"Jadi perempuan itu yang sudah menjebak aku?" Aaron Liu sangat murka. Ia terlalu geram hingga tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya. "Aku akan memberikannya pelajaran!" ketusnya dengan tak sabar.     

Sebelum Aaron Liu melangkahkan lebih jauh, Lee Hana menarik tangannya dan memaksa pria itu untuk bisa mengendalikan dirinya. Tak baik jika mereka membuat masalah baru yang justru akan menyulitkan JL Fashion.     

Dengan sangat terpaksa, Aaron Liu tatap menahan dirinya. Ia benar-benar sangat frustrasi berada dalam situasi yang sama sekali tak menguntungkan baginya.     

"Tahan dirimu, Aaron! Kamu bisa saja memperburuk keadaan," peringat Lee Hana sangat serius. Perempuan itu hanya mencoba untuk melakukan yang terbaik bagi JL Fashion.     

"Siapa pria yang bersama dengan Miranda, Nona Lee? Apakah kamu juga mengenalnya?" tanya Jiang Lily sangat penasaran.     

Lee Hana memang tak terlalu mengenal pria itu. Namun, ia sempat mendengar beberapa kali mengenai seseorang yang memiliki pengaruh hebat di dunia bisnis fashion.     

Akan semakin sulit bagi JL Fashion jika mereka sampai terlibat masalah dengan pria paruh baya itu. Lee Hana sedang memikirkan sebuah cara untuk mencari jalan keluar.     

"Pria itu yang menguasai bisnis fashion di Eropa. Koneksinya cukup besar dan juga sangat memilukan jaringan bisnis terkuat di sana. Kita harus benar-benar berhati-hati kaki ini. Aku hanya penasaran, apa hubungan pria itu dengan Miranda Choi?" ujar Lee Hana dengan begitu penasaran.     

"Kita hanya bisa menunggu sampai badai ini berhenti. Segalanya telah terjadi, kita tak mungkin bisa mengelak lagi." Aaron Liu bangkit dari kursinya, ia pun berjalan ke arah Miranda Choi yang kebetulan sedang menikmati sarapan bersama pria itu.     

Sosok pria yang lebih pantas menjadi ayahnya. Namun, Aaron Liu sama sekali tak pernah berjumpa dengan pria yang bersama mantan tunangannya itu. Jika dengan kedua orang tua Miranda, ia tak siang lagi.     

Setelah berpikir cukup lama, Aaron Liu memberanikan diri untuk menyapa mereka berdua. Ia tak peduli dengan segala resiko yang sedang dihadapinya.     

"Pagi, Miranda. Kebetulan sekali kamu sedang berada di sini. Apakah kamu ingin bergabung dengan kami?" tawar Aaron Liu pada seorang perempuan dan juga pria paruh baya di sebelahnya.     

"Apakah kamu baik-baik saja, Aaron? Tak biasanya kamu bersikap sangat baik padaku. Jangan bersandiwara seperti itu, Aaron! Rasanya aku tak nyaman jika harus berpura-pura peduli padamu," sahut Miranda Choi dalam balutan senyuman sinis dan tak suka dengan sapaan mantan tunangannya.     

"Mohon maaf jika mengganggu kalian berdua. Aku hanya ingin menyapa saja." Aaron Liu kembali ke tempat duduknya. Ia sudah bisa melihat sosok pria itu dengan cukup jelas.     

Begitu Aaron Liu pergi, Miranda Choi mendekatkan wajahku telinga pria itu. Kemudian di berbisik pelan, "Dialah mantan tunanganku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.