Menantu Pungut

Janji Lily



Janji Lily

0"Ada apa, Aaron?" tanya Nenek Jiang pada suami dari cucunya itu.     
0

Sudah bisa dipastikan jika ada sesuatu yang telah terjadi. Tentu saja hal itu bukanlah sesuatu yang tak penting.     

Jiang Lily juga sedang menunggu jawaban itu. Ia sangat penasaran dengan alasan Lee Hana menghubungkan tiba-tiba.     

"Ada seseorang yang telah mencuri beberapa desain kita. Lee Hana sedang menyelidiki seseorang yang telah masuk ke dalam ruangannya untuk mengambil beberapa desain yang siap produksi," jelas Aaron Liu mengenai sebuah masalah yang baru saja diberitahukan oleh manajer produksi.     

"Bagaimana itu bisa terjadi? Kita harus menemukan pelakunya secepat mungkin!" Nenek Jiang langsung bangkit dari tempat duduknya lalu menuju ke kamar.     

Dalam beberapa menit, Nenek Jiang sudah berpakaian rapi dan bersiap untuk pergi. Dia harus mengetahui situasi di pabrik saat itu juga. Selama ini, Lee Hana selalu saja melakukan pengamanan ketat di area produksi.     

Namun, kejadian kali ini benar-benar sangat fatal dan tentunya membuat kerugian tak sedikit. Apalagi setiap desain itu telah dibeli dengan harga yang tak murah.     

"Aku akan menemui Lee Hana sekarang juga," ucap Nenek Jiang begitu terburu-buru.     

"Aku akan pergi bersama Nenek!" sahut Aaron Liu sembari mengejar sosok wanita hebat di dalam hidupnya.     

Tanpa mengatakan apapun, Jiang Lily bergegas mengikuti suaminya. Dia benar-benar ikut cemas dengan kondisi perusahaan. Apapun yang baru saja didengarnya, bukan sesuatu yang baik bagi perusahaan.     

Menyadari mereka berdua berniat untuk ikut, Nenek Jiang langsung berhenti sebentar dan memalingkan wajahnya ke arah mereka berdua. Ia tak membiarkan Jiang Lily ikut dan hanya akan membuatnya kelelahan.     

"Sebaiknya kamu di rumah saja, Lily!" perintah Nenek Jiang pada cucunya.     

"Tidak, Nek! Jika Aaron pergi, aku juga akan pergi. Rasanya tak rela membiarkan suamiku menemui Nona Lee. Bagaimanapun juga, Nona Lee sudah jatuh hati pada suamiku!" ungkap Jiang Lily dengan segala kecemasan dalam hatinya.     

Perempuan itu tak akan membiarkan suaminya bertemu Lee Hana tanpa dirinya. Manajer produksi itu bisa saja melakukan apapun untuk merebut Aaron Liu dari Jiang Lily.     

Meski kecemasan Jiang Lily sangat berlebihan, hal itu memang yang dirasakannya saat membiarkan Aaron Liu bertemu dengan Lee Hana.     

Jiang Lily selalu berpikir jika Lee Hana jauh lebih cantik dan juga lebih hebat darinya. Seakan ia sudah merasa kalah sebelum mereka berdua bertarung.     

"Lebih baik kamu temani istrimu saja, Aaron! Biar aku yang menemui Nona Hana," seru Nenek Jiang pada pasangan suami istri yang seolah tak rela menerima keputusan itu.     

"Baiklah, Nek. Hubungi aku jika terjadi apa-apa, Nek." Aaron Liu menjadi tak tenang membiarkan Nenek Jiang berangkat sendirian. Meski ada beberapa pengawal, tetap saja saja wanita tua itu harus bertemu Lee Hana.     

Pasangan itu hanya bisa memandang saat sebuah mobil membawa Nenek Jiang meninggalkan halaman depan. Rasanya tak rela dan tentu saja sangat mencemaskan keselamatan dari wanita tua yang sudah begitu baik padanya.     

Meski tubuh Aaron Liu berada di samping istrinya, hati pria itu sedang tak tenang memikirkan keselamatan Nenek Jiang. Ia takut jika sampai terjadi sesuatu padanya.     

"Apakah kamu benar-benar ingin menemani nenek, Aaron? Kamu semakin gelisah sejak Nenek meninggalkan rumah," ujar Jiang Lily pada suaminya. Ia bisa melihat dan juga merasakan kegelisahan sang suami.     

"Meski aku mencemaskan Nenek, aku jauh lebih mencemaskan kamu, Lily. Rasanya tak mungkin Jika aku membiarkan kamu sendirian di rumah. Lebih baik kita masuk dan menunggu di dalam saja," bujuk Aaron Liu pada sang istri.     

Pasangan itu akhirnya masuk ke dalam. Mereka akhirnya kembali ke kamar untuk beristirahat sejenak. Apalagi ... dengan kondisi kehamilan yang masih sangat muda.     

Aaron Liu memeluk lembut istrinya dan membisikkan beberapa kata cinta pada Jiang Lily. Ia hanya berusaha untuk menenangkan istrinya agar tak terlalu terbebani oleh masalah perusahaan.     

"Apakah kamu semakin mencintai aku, Istriku?" tanya Aaron Liu setengah berbisik pada Jiang Lily.     

"Masihkah aku menjelaskan semuanya, Aaron? Tidakkah kamu merasakan cintaku padamu?" balas Jiang Lily tak terlalu senang. Ia berpikir jika pertanyaan itu sedikit berlebihan.     

"Jelaskan sana dengan tubuhmu, Lily! Aku sudah tak bisa menahan diri untuk tak menyentuh kamu." Aaron Liu mulai meraba-raba punggung istrinya. Merasakan betapa lembut dan juga mulus kulit Jiang Lily.     

Tubuh perempuan itu bergetar hebat, tak pernah ada pria lain yang menyentuhnya. Hanya Aaron Liu yang pertama dan akan menjadi yw terakhir bagi dirinya. Hal itu tak akan pernah terjadi bersama orang lain.     

Dalam sekejap saja, Jiang Lily mulai memejamkan mata. Ia sangat menikmati setiap sentuhan seorang pria yang begitu mencintainya. Sebuah perasaan melambungkan angan dan juga kesadarannya. Perempuan itu telah terbuai dalam sebuah sensasi aneh yang telah menjalar di sekujur tubuhnya.     

"Hentikan, Aaron! Sepertinya ini tak tepat," erang Jiang Lily dalam mata terpejam karena sentuhan pria itu di sudut dirinya.     

"Kapan waktu yang tepat, Lily? Aku sudah tak sabar ingin memiliki kamu secara utuh, Istriku." Pria itu seolah sudah tak tahan ingin memulai pergulatan panas di antara mereka. Rasanya terlalu menyiksa untuk terus menahan diri lebih lama.     

"Aku berjanji jika aku hanya milikmu, Aaron. Kita harus menunggu sampai Nenek kembali," jawab Jiang Lily atas Peeta tadi.     

Aaron Liu langsung menjauhkan dirinya dari Jiang Lily. Ia baru ingat jika ada masalah di perusahaan. Dengan bodohnya, ia justru ingin melampiaskan segala gairah dan juga perasaan cinta yang tak terbendung.     

Rasanya seperti seorang yang bodoh. Aaron Liu merasa sangat malu akan dirinya sendiri. Hal itu tentu menyisakan sebuah sesak di dada.     

"Astaga! Mengapa aku terlalu bodoh dan berpikir hanya untuk melampiaskan nafsu saja?" maki Aaron Liu pada dirinya sendiri.     

"Tak masalah, Aaron. Aku juga merasakan hal yang sama. Hanya saja, aku masih mengingat jika perusahaan sedang bermasalah," terang Jiang Lily untuk membuat suaminya merasa jauh lebih baik.     

Perempuan itu memeluk lembut suaminya. Merasakan setiap debaran jantung dari seorang pria yang dicintainya. Jiang Lily merasa sangat tenang berada di dalam pelukan suaminya.     

Tak jauh beda dari istrinya, Aaron Liu juga merasa jauh lebih tenang bersama sang istri. Meski begitu, ia tetap harus menemukan sebuah solusi terbaik untuk mengatasi krisis di perusahaan.     

"Apakah kamu mengenal seseorang yang bisa mendesain dengan sangat baik dan juga unik? Yang jelas memiliki nilai jual yang tinggi," tanya Aaron Liu pada istrinya.     

"Aku mengenal seorang perempuan yang sangat hebat dan tentu sangat berbakat. Sayangnya, perempuan itu sudah sangat lama tak membuat desain apapun," jawab Jiang Lily atas pertanyaan suaminya.     

"Siapa perempuan itu, Lily?" tanya Aaron Liu tak sabar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.