Menantu Pungut

Kabar Bahagia VS Kabar Duka



Kabar Bahagia VS Kabar Duka

0Jiang Lily telah dipindahkan ke ruangan VVIP di rumah sakit itu. Kondisinya sudah cukup membaik setelah dokter menanganinya. Meski pasien masih belum sadar, dokter mengatakan jika kondisinya cukup stabil.     
0

Walau begitu, Aaron Liu dan juga Nenek Jiang tetap sangat mencemaskan kondisi Jiang Lily. Mereka berdua tak ingin jika sampai terjadi sesuatu pada perempuan cantik yang terlihat sangat pucat dan lemah.     

"Kamu juga harus beristirahat, Aaron. Bukankah kamu juga mendengar jika dokter memintamu untuk tak terlalu lelah?" bujuk Nenek Jiang agar suami dari cucunya itu tak kelelahan karena terus berada di sisi Jiang Lily.     

"Bagaimana aku bisa meninggalkan Lily, Nek? Aku benar-benar sangat takut jika terjadi sesuatu dengannya." Begitulah jawaban menyedihkan Aaron Liu kala menyaksikan kondisi lemah dari istrinya.     

Nenek Jiang tak mungkin memaksa Aaron Liu untuk meninggalkan istrinya. Dia sangat tahu bagaimana rasanya dipisahkan dari seseorang yang dicintainya.     

Dengan beberapa pertimbangan, wanita tua itu akhirnya membiarkan Aaron Liu tetap di sana. Terlebih ... pasien yang terbaring tak sadarkan diri adalah istrinya sendiri.     

Hingga tak berapa lama, seorang dokter dan dua perawat masuk ke dalam ruangan itu. Mereka ingin melihat kondisi pasien setelah dipindahkan ke ruangan.     

"Hasil tes darah pasien telah keluar, Nyonya," ucap seorang dokter pada Nenek Jiang yang kebetulan berada di dekat pintu ruangan itu.     

"Bagaimana hasilnya, Sok?" sahut Nenek Jiang tidak sabar.     

Aaron Liu juga langsung bangkit dari sisi Jiang Lily. Ia pun langsung menghampiri seorang dokter yang kebetulan bertanggungjawab atas istrinya.     

Tak jauh berbeda dari Nenek Jiang, pria itu juga sangat penasaran atas kondisi sang istri. Aaron Liu juga ingin mengetahui hasil pemeriksaan tes darah pada Jiang Lily.     

"Apakah istri saya baik-baik saja, Dok?" tanya Aaron Liu sangat cemas.     

Sang dokter yang tadinya terlihat begitu serius, akhirnya melepaskan sentuhan hangat pada wali dari pasien. Sudah bisa ditebak jika kondisi Jiang Lily sama sekali tak buruk.     

"Selamat, Tuan. Istri Anda sedang mengandung. Kondisinya hanya terlalu lemah karena kurang asupan saja. Sebaiknya Anda lebih memperhatikan pola makannya mulai sekarang. Sangat disarankan jika Anda membawa pasien menemui dokter kandungan untuk memastikan kondisi janin," terang seorang dokter yang kebetulan sekali bertanggung jawab atas Jiang Lily.     

"Terima kasih, Dokter. Saya akan segera membawanya ke dokter kandungan." Aaron Liu tampak tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tanpa sadar, ia meneteskan air mata begitu mendengar kehamilan Jiang Lily.     

Keajaiban benar-benar terjadi di saat yang tepat. Aaron Liu menjadi memiliki sebuah alasan untuk mempertahankan Jiang Lily di sisi. Ia tak akan peduli lagi dengan Hu Xianxu yang ternyata hanya memanfaatkan istrinya saja.     

Begitu dokter keluar dari sana, Aaron Liu langsung memeluk Nenek Jiang. Pria itu menangis bahagia pada seorang wanita tua yang sudah menyelamatkan dirinya, menjadikan ia sebagai seorang pria yang berguna.     

"Nenek! Aku benar-benar sangat bahagia. Kuharap Jiang Lily akan mempertimbangkan perceraian kita begitu mengetahui kehamilannya," ucap seorang pria yang tak mampu membendung kebahagiaannya.     

"Akhirnya ... doa yang setiap malam kupanjatkan terkabul juga. Kamu harus bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk tetap bisa bersama Lily. Aku akan membantumu untuk mewujudkan hal itu, Aaron. Sudah saatnya kamu menunjukkan taring dan menendang pria bejat itu dari kehidupan kita." Nenek Jiang merasa sangat lega. Kehamilan Jiang Lily akan menjadi awal yang baik bagi Keluarga Jiang.     

Bukan hanya karena lahirnya seorang penerus Keluarga Jiang, itu lebih pada hubungan Aaron Liu dan juga Jiang Lily. Mereka berdua memang telah diciptakan untuk bersama. Tak peduli betapa beratnya rintangan itu.     

Akan ada sebuah revolusi besar dalam diri Aaron Liu. Dia tak akan lagi mengalah untuk kebahagiaan Jiang Lily lagi. Kebahagiaan yang sebenarnya adalah seorang anak di dalam perut istrinya itu.     

"Terima kasih, Nek. Aku tak akan membiarkan siapapun merebut Lily dariku," tegas Aaron Liu dengan segala keyakinan yang dimilikinya. Ia akan berani melawan siapapun yang ingin merusak kehidupan rumah tangga mereka.     

"Sepertinya kamu harus memberikan balasan setimpal untuk Hu Xianxu. Bukankah dia yang sengaja mengirimkan orang bayaran itu?" Itu bukan sebuah pertanyaan. Nenek Jiang hanya ingin mendengar tanggapan dari Aaron Liu saja.     

"Apakah mereka berdua sudah melaporkan hal itu pada Nenek?" tanya Aaron Liu.     

Nenek Jiang tersenyum tipis sebelum ia memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. Ada hal penting yang harus dia lakukan. "Jagalah Lily dengan baik! Aku pergi dulu," pamitnya.     

Begitu Nenek Jiang meninggalkan ruangan itu. Jiang Lily langsung membuka mata. Perempuan itu langsung duduk di sisi ranjang dengan air mata berlinang membasahi wajahnya.     

Terlalu sulit bagi Jiang Lily untuk menerima kehamilan itu. Dia masih berpikir jika hanya Hu Xianxu yang dicintainya. Meski pada kenyataannya ....     

"Apakah aku benar-benar sedang hamil, Aaron?" seru Jiang Lily sangat emosional.     

"Lily!" Aaron Liu baru sadar jika istri sudah terbangun. Ia langsung mendekati Jiang Lily dan memastikan jika perempuan itu baik-baik saja. "Apakah kamu menginginkan sesuatu?" tanyanya.     

"Apakah aku sedang hamil?" teriak Jiang Lily karena suaminya tak kunjung memberikan jawaban.     

Jiang Lily terlalu syok dan tak bisa menerima kehamilan. Rasanya sangat menyakitkan memiliki seorang anak yang akan terlahir dari sebuah hubungan tanpa cinta.     

Ya! Jiang Lily masih merasa jika Aaron Liu sama sekali tak mencintai dirinya. Begitu sulit mempercayai perasaan cinta dari suaminya itu. Ditambah lagi ... dia merasa jika hanya Hu Xianxu yang dicintainya.     

"Benar, Lily! Kita akan menjadi orang tua untuk anak kita kelak. Aku akan mencoba menjadi seorang suami yang baik untuk keluarga kita," ujar Aaron Liu cukup menyakinkan. Dia sudah sangat siap untuk menjadi seorang ayah dari anak yang akan dilahirkan oleh Jiang Lily.     

"Tidak, Aaron! Aku tak ingin anak ini lahir tanpa cinta. Bagaimana jika kita menggugurkan janin ini, Aaron? Bukankah kita sama-sama tak saling mencintai?" Jiang Lily terlihat gemetar saat mengatakan hal itu. Dia sangat emosional membayangkan seorang anak hidup menderita tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya.     

"Apa!" Aaron Liu tak percaya jika istrinya akan mengatakan hal itu. Ia langsung meneteskan air mata mendengar Jiang Lily ingin membunuh anaknya sendiri.     

Sampai kapanpun, Aaron Liu tak akan setuju untuk membunuh anaknya sendiri. Sekalipun Jiang Lily benar-benar tak mencintaimu, ia tetap akan membesar anak itu seorang diri.     

Seorang anak adalah sebuah anugerah, bagaimana Jiang Lily dengan begitu mudahnya mengatakan hal itu. Rasanya ribuan pedang seolah baru saja tertancap di relung hati Aaron Liu.     

Apapun resikonya, Aaron Liu akan mempertahankan ibu dan juga anaknya tetap di sisinya. Tak peduli ia harus menjemput maut untuk melakukannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.