Menantu Pungut

Siapa Yang Mengawasi?



Siapa Yang Mengawasi?

0Kala itu ... Aaron Liu memutuskan untuk tak kembali ke kantor. Dia merasa tak baik-baik saja setelah mengetahui kebenaran pahit yang harus diterimanya.     
0

Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika pria yang selama ini dinantikan oleh Jiang Lily adalah sahabatnya sendiri. Sebuah kejutan besar yang seolah langsung melemaskan seluruh otot-ototnya.     

Tak ada lagi harapan baginya untuk memperjuangkan seorang perempuan yang dicintainya. Aaron Liu harus kembali patah hati untuk yang kedua kalinya.     

"Biar saya menemani Anda hari ini, Presdir," ucap Lee Hana yang sejak tadi terus berusaha untuk mendekati atasannya. Seakan ia sama sekali tak peduli dengan segala penolakan yang didapatnya.     

"Sebaiknya Anda pulang saja, Nona Lee. Aku hanya ingin sendirian di sini," usir Aaron Liu yang kebetulan duduk sendirian di sebuah taman kota.     

Pria itu benar-benar begitu kalut dan sangat terluka atas segalanya. Langsung kembali ke rumah justru akan membuat Nenek Jiang menjadi begitu cemas.     

Tak jauh dari mereka berdua, kedua bodyguard masih saja berjaga cukup ketat. Mereka harus memastikan jika Aaron Liu akan kembali dengan selamat. Kejadian beberapa waktu lalu, membuat dua bodyguard itu selalu berhati-hati dalam bertindak.     

"Tak baik jika Anda hanya sendirian di sini. Bagaimana jika klien kita melihat Anda dalam kondisi seperti sekarang?" Itu hanya akal-akalan Lee Hana saja untuk tetap bisa bersama Aaron Liu.     

"Tak perlu cemas, Nona Lee. Sebentar lagi aku juga bukan Presdir JL Fashion. Semua akan kembali pada pemiliknya." Aaron Liu cukup sadar diri jika dirinya sama sekali tak berhak atas semuanya. Cepat atau lambat, ia harus melepaskan segalanya.     

Lee Hana semakin yakin jika kondisi Aaron Liu benar-benar tak cukup baik. Ia sangat prihatin akan hal itu. Tak seharusnya Jiang Lily mencampakkan dirinya begitu saja.     

Andai saja Aaron Liu memberikan kesempatan baginya, Lee Hana pasti akan menjadi seorang pasangan terbaik bagi pria itu. Tak peduli dengan segala jabatan yang akan dilepaskannya, ia hanya ingin mencintai seorang pria yang sudah menjerat hatinya.     

"Hari sudah akan gelap, Tuan. Sebaiknya kita segera kembali." Si bodyguard mendatangi Aaron Liu yang sejak tadi hanya terdiam. Tak jauh darinya, Lee Hana dengan setia menemani pria itu.     

"Baiklah! Sebaiknya kita mengantarkan Nona Lee ke rumahnya dulu," ucap Aaron Liu sebelum ia bangkit dari tempat duduknya lalu beranjak menuju ke mobil yang sejak tadi telah menunggu.     

"Tak perlu, Presdir. Saya bisa naik taksi saja. Lagipula ... saya harus kembali ke hotel untuk mengambil mobil," ujar Lee Hana dengan begitu sungkan. Dia tak mau merepotkan mereka semua.     

Tak ingin memaksakan apapun, Aaron Liu akhirnya masuk ke dalam mobil. Sebenarnya bukan masalah besar jika mereka akan mengantar perempuan itu sebelum pulang. Namun, Lee Hana seolah tak nyaman akan hal itu.     

"Berhati-hatilah, Nona Lee. Sampai jumpa lagi," pamit Aaron Liu dari dalam mobil yang sudah bersiap untuk pergi dari sana     

"Terima kasih, Presdir." Lee Hana merasa sedikit senang dengan segala kebaikan Aaron Liu padanya. Dia bukan tak senang dengan tawaran untuk diantar sampai ke rumahnya, ada sesuatu yang membuatnya tak nyaman sejak mereka berada di taman kota.     

Dalam perjalanan pulang, Aaron Liu sudah begitu lelah. Berada di luar kantor justru sangat menguras tenaga dan juga pikirannya.     

"Apakah Tuan menyadari jika ada beberapa orang yang mengawasi kita sejak tadi?" celetuk si bodyguard pada tuannya.     

"Mengawasi? Apakah mereka mengikuti kita?" Aaron Liu langsung memperhatikan ke belakang mobilnya, ia tak mendapati siapapun yang cukup mencurigakan.     

"Sepertinya tidak, Tuan. Beberapa orang itu juga langsung pergi begitu kita meninggalkan taman kota," jelas si bodyguard setelah memperhatikan pergerakan orang-orang yang terlibat terus mengawasi Aaron Liu.     

Sejenak, Aaron Liu mencoba untuk memikirkan hal itu. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi pada dirinya. Namun, ia sendiri juga tak paham dengan alasan beberapa orang ingin mencelakainya.     

Setiap pergerakan yang dilakukannya, benar-benar sangat beresiko. Ada bahaya yang selalu siap untuk mengintainya.     

"Apa kalian yakin jika mereka bukanlah orang-orang Detektif Yang?" tebak Aaron Liu pada seseorang yang selama ini sengaja dikirimkan oleh Johhny Liu untuk mengawasi dirinya.     

"Tentu saja bukan, Tuan. Kami berdua tentunya cukup tahu dengan orang-orang yang bekerja pada Detektif Yang. Jika Anda menyadari, sebenarnya ada dua kubu yang terus mengawasi Anda sejak tadi," jelas si bodyguard dengan sedikit tak yakin. Rasanya segalanya penuh misteri dan juga sangat menegangkan bagi mereka.     

Aaron Liu menghela nafas panjang, ia sendiri juga tak paham alasan beberapa orang seolah begitu tak menyukainya. Ada beberapa hal yang tiba-tiba begitu mengusik hatinya.     

"Jika Detektif Yang selalu mengawasi aku, mengapa mereka sama sekali tak membantu kita jika berada dalam masalah?" tanya Aaron Liu pada dua bodyguard yang selalu bersamanya.     

"Karena mereka sudah cukup yakin dengan kemampuan Anda, Tuan. Bahkan ... Detektif Yang pernah mengatakan jika Anda seorang petarung hebat," jelasnya dengan begitu antusias.     

Entah apa hubungan Detektif Yang dengan ayahnya, Aaron Liu merasa jika mereka berdua memiliki hubungan yang sangat dekat. Sayangnya, Johnny Liu sama sekali tak pernah menjelaskan hubungan apapun yang terjalin di antara mereka.     

Namun, ada satu hal lagi yang terasa begitu mengganjal. Orang-orang yang mencoba mencelakainya setelah melakukan perjalanan bisnis .... Siapa semua? Tak ada seorang pun yang bisa menjelaskan hak ini pada Aaron Liu.     

Segalanya sarat misteri! Aaron Liu mencoba untuk menganalisa beberapa penyerangan yang dilakukan para orang-orang bayaran itu. Hanya satu saja yang sepertinya sangat berbahaya, hal itu adalah penyerangan yang terjadi saat dirinya baru kembali setelah mendapatkan kontrak sewa gedung.     

'Tiffany! Semoga saja dia bisa membantuku.' Aaron Liu mengeluarkan ponselnya. Ia langsung mengirimkan sebuah pesan pada seorang perempuan yang begitu sederhana namun sangat elegan.     

"Apa yang kalian pikirkan mengenai orang-orang bayaran yang mencoba menghentikan kita saat berada cukup dekat dengan rest area?" Tak ada salahnya bagi Aaron Liu untuk bertanya langsung pada mereka.     

"Soal itu ... kami berdua sempat membicarakannya. Kemungkinan besar, orang-orang itu bukanlah warga sini. Kami curiga jika mereka adalah orang-orang yang sengaja dikirimkan oleh seseorang untuk mencari masalah dengan kita. Terlebih ... keberadaan penembak jitu itu semakin menegaskan jika mereka dipekerjakan oleh seseorang yang memiliki kekuasaan," ujar si bodyguard panjang lebar.     

Aaron Liu memang sempat berpikir seperti itu. Hanya saja, ia terlalu tak yakin dengan dirinya sendiri. Namun, semua yang dikatakan oleh bodyguard itu cukup masuk akal.     

Setelah berpikir beberapa saat, Aaron Liu tiba-tiba nampak terkejut. Ia pun begitu cemas dan berpikir tidak-tidak.     

"Jangan-jangan mereka adalah .... " Belum juga menyelesaikan ucapannya, sebuah pesan balasan dari Tiffany Mo baru saja masuk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.