Menantu Pungut

Sosok Familiar



Sosok Familiar

0Sebuah tembakan tiba-tiba melesat cepat mengenai kepala pria itu. Seketika tewas karena sebuah peluru yang berhasil melubangi kepalanya.     
0

Semakin jelas jika ada seorang penembak jitu yang telah mengawasi mereka semua dari kejauhan. Tentu saja hal itu untuk menghindari tindakan bodoh yang mungkin akan mereka lakukan.     

"Tinggalkan lokasi sekarang!" perintah salah satu dari orang bayaran itu.     

Mereka yang masih bisa berlari langsung masuk ke dalam mobil. Akan berbahaya jika identitas mereka terbongkar. Seseorang yang telah membayar mereka tak boleh diungkapkan. Sedikit lengah saja, nyawa sudah pasti menjadi taruhannya.     

"Brengsek! Jangan melarikan diri!" teriak si bodyguard saat menyaksikan mereka semua sudah masuk ke dalam mobi.     

Seketika, dua mobil itu bergegas pergi meninggalkan mereka begitu saja. Mereka semua masih memandang ke arah yang sama. Seorang manusia tanpa nyawa tergeletak di pinggir jalanan dengan kepala berlubang.     

Tak ada apapun yang bisa dilakukannya untuk menyelamatkan pria itu. Peluru itu telah bersarang di kepalanya.     

"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Tuan?" tanya si bodyguard pada Aaron Liu.     

"Tak ada yang bisa kita lakukan sekarang. Memanggil polisi justru akan sangat merepotkan kita saja. Bukankah di depan ada rest area? Kita langsung ke sana saja untuk mencari bantuan." Aaron Liu bisa saja memanggil polisi untuk menangani kasus itu. Hanya saja, prosesnya terlalu panjang dan justru akan membuang waktunya.     

"Bagaimana dengan pria ini, Tuan? Apakah kita langsung meninggalkannya begitu saja?" Seorang bodyguard merasa jiwa kemanusiaannya terketuk. Dia seolah tak tega melihat pria itu tewas di pinggir jalanan.     

Aaron Liu sangat mengenal lokasi itu. Ia sudah mempertimbangkan beberapa hal sebelum memutuskan untuk meninggalkan mayat seorang pria yang telah berniat mencelakai mereka semua.     

"Setiap beberapa jam sekali, polisi akan berpatroli di sekitar area ini. Mereka pasti akan menemukannya cepat atau lambat. Sebaiknya kita pergi sekarang," ujar Aaron Liu.     

"Baik, Tuan." Mereka bertiga akhirnya nekat melajukan mobil itu meski cukup pelan. Tak ada yang bisa membantunya dalam waktu dekat.     

Tak sampai satu kilometer dari lokasi tadi, ada sebuah rest area yang lengkap dengan segala fasilitas umum. Mereka langsung keluar dari mobil untuk mengurus ban yang kempes tadi.     

Aaron Liu juga ikut keluar dan langsung memperhatikan sekeliling area itu. Ada satu hal yang baru dipahami olehnya. Ia semakin yakin jika segala hal yang dilakukannya tengah diawasi oleh seseorang.     

'Mungkinkah mereka juga orang bayaran Keluarga Wen atau Miranda?' tanyanya dalam hati. Aaron Liu benar-benar sangat penasaran pada sosok yang sudah membayar orang-orang tadi untuk mencelakai mereka.     

"Apakah Tuan baik-baik saja?" Seorang bodyguard datang menghampiri Aaron Liu, ia terlalu mencemaskan tuannya itu.     

"Aku hanya terlalu penasaran dengan seseorang yang sudah membayar mereka. Apakah Keluarga Wen atau Miranda yang melakukan itu?" tanya Aaron Liu dalam segala kecemasan dan juga rasa ingin tahu yang begitu tinggi.     

"Aku tak yakin jika itu mereka, Tuan. Apalagi sampai membayar seorang penembak jitu, itu bukan gaya mereka," balas si bodyguard tak terlalu yakin.     

Hal itu membuat Aaron Liu mulai berspekulasi sendiri. Ada banyak kemungkinan yang mungkin saja akan terjadi. Segalanya terlalu abu-abu dan sulit untuk diprediksi. Hanya menambahkan beban di pundaknya.     

Setelah menunggu beberapa lama, mobil pun tengah siap pakai. Mereka bertiga bergegas masuk ke dalam mobil dan langsung melesat cepat untuk kembali ke kota asal. Tak sabar untuk segera membagi kabar baik itu dengan Nenek Jiang dan juga perempuan yang dicintainya.     

Meski begitu, Aaron Liu merasa begitu ragu jika Jiang Lily akan bersikap lebih baik dari sebelumnya. Perempuan itu kerap kali bersikap sangat aneh dan juga berlebihan. Ia sendiri tak bisa melakukan apapun untuk membujuk istrinya sendiri.     

Melewati perjalanan panjang yang cukup melelahkan, akhirnya mereka telah memasuki pusat kota. Kebetulan sekali hari mulai gelap. Hampir seharian mereka berada di jalanan.     

"Sudah waktunya makan malam, sebaiknya kita mampir ke restoran dulu sebelum pulang," ucap Aaron Liu begitu membuka mata dan terbangun saat hari telah gelap.     

"Baik, Tuan. Kebetulan di depan ada restoran kesukaan Nona Jiang." Sebuah kebetulan yang sangat pas bagi Aaron Liu.     

Pria itu sama sekali tak mengetahui tempat-tempat yang sering di datangi oleh istrinya. Perkenalan antara Aaron Liu dan juga Jiang Lily cukup singkat. Mereka berdua masih belum terlalu mengenal satu sama lain.     

Begitu mobil berhenti di depan restoran mewah itu, Aaron Liu bergegas masuk bersama kedua bodyguard. Mereka sengaja susuk tak jauh dari pintu tak terlalu membuang waktu.     

"Pesan saja makanan apapun, mumpung aku bisa mentraktir kalian berdua," ujar Aaron Liu sembari tersenyum tipis pada dua pria yang duduk bersamanya.     

"Terima kasih, Tuan. Anda benar-benar sangat baik. Beruntung Nona Jiang mendapatkan seorang suami seperti Anda," puji si bodyguard begitu tulus pada tuannya.     

Apa yang dikatakan itu memang benar. Aaron Liu adalah sosok pria yang begitu baik terhadap siapapun. Termasuk bawahannya sendiri, ia tak membedakan orang lain berdasarkan status dan juga jabatannya.     

Begitu makanan telah dihidangkan, ketiga pria itu langsung menyantap hidangan. Sebuah momen yang sangat jarang terjadi di dalam kehidupan Aaron Liu. Biasanya para bodyguard akan duduk di tempat yang berbeda dari tuannya.     

Dalam sekejap saja, mereka telah menyelesaikan makan malamnya. Aaron Liu langsung membayar tagihan sebelum pulang ke mansion milik Keluarga Jiang.     

Saat akan berjalan ke mobilnya, Aaron Liu seolah melihat seseorang yang dikenal. Wajahnya mereka begitu familiar dan seperti seseorang yang sangat dikenalnya.     

'Apakah perempuan itu Jiang Lily? Lalu ... pria itu .... ' batin Aaron Liu tak terlalu yakin.     

Kondisi malam yang cukup gelap dan juga minim penerangan, membuatnya tak bisa melihat jelas sosok pria dan wanita yang baru saja masuk ke dalam mobil.     

"Lily!" Entah sadar atau tidak, Aaron Liu baru saja meneriakkan nama dari istrinya. Ada dorongan kuat di dalam hatinya untuk menyerukan nama seorang perempuan yang dicintainya itu.     

Sayangnya, mobil itu langsung meninggalkan restoran. Seolah dua orang di dalam mobil itu tak menyadari panggilan Aaron Liu.     

"Apakah Nona Jiang ada di sini juga, Tuan?" tanya si bodyguard begitu mendengar Aaron Liu memanggil nama istrinya.     

"Entahlah. Aku juga tak yakin jika itu istriku. Hanya saja .... " Tak menyelesaikan ucapannya, Aaron Liu memilih diam lalu masuk ke dalam mobil. Perasaannya menjadi tak tenang dan juga tak karuan.     

Pria itu takut jika yang baru saja dilihatnya benar-benar Jiang Lily. Jika hal itu memang benar, itu berarti jika istrinya sedang bersama pria lain.     

"Benarkah itu Jiang Lily?" gumamnya pelan dalam kegelisahan yang terlalu besar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.