Menantu Pungut

Sampai Jumpa



Sampai Jumpa

0"Menolak? Apa yang sedang kamu bicarakan, Tiffany?" Aaron Liu sudah terlalu curiga dengan segala hal yang dilakukan oleh perempuan itu. Ia merasa jika semua terlalu berlebihan baginya.     
0

Tiffany kembali mengulum senyuman penuh arti pada pria itu. Dia sangat yakin jika Aaron Liu telah salah paham atas segalanya.     

Terlalu jelas wajah kesal dan juga tak senang yang diperlihatkan oleh Aaron Liu. Sepertinya, pria itu sama sekali tak bisa menutupi perasaannya sendiri.     

"Bukankah ini soal kontrak sewa gedung ini? Apa yang sebenarnya kamu pikirkan, Aaron?" sindir seorang perempuan yang masih berdiri tak jauh dari pria itu. "Sebentar lagi, tim legal akan datang untuk mengurus perjanjian sewa," lanjut Tiffany.     

"Maaf. Aku sudah salah memahami kata-katamu," sesal Aaron Liu karena begitu bodoh dan sudah sangat memalukan dengan mengatakan sesuatu yang kurang pantas.     

"Tak masalah, Aaron. Duduklah dan nikmati hidangan ini. Sebentar lagi, mereka pasti akan segera datang." Tiffany tentu tak akan mempermasalahkan hal sekecil itu.     

Namun, berbeda jika hal itu dilakukan oleh orang lain. Tiffany bukanlah sosok perempuan pemaaf apalagi pemurah. Dia hampir tak pernah peduli dengan kesusahan orang lain.     

Saat dengan Aaron Liu, segalanya terasa sangat berbeda bagi Tiffany. Ia merasa sudah berhutang budi dan juga hutang nyawa pada pria itu. Bagaimanapun caranya, perempuan itu pasti akan membalas segala kebaikan dan pengorbanan seseorang yang sudah menyelamatkan dirinya.     

Aaron Liu merasa aneh dengan segala perlakuan Tiffany padanya. Sebagai pemilik gedung, sikapnya itu sedikit berlebihan dan juga tak wajar. Sayangnya, ia tak bisa menolak ataupun mengelak.     

"Mereka sudah datang." Tiffany melihat beberapa orang sudah datang untuk mengurus perjanjian sewa gedung.     

Aaron Liu langsung bangkit dari tempat duduknya dan ikut menyambut kedatangan mereka. Terjadi sebuah pembicaraan singkat mengenai beberapa hal menyangkut perjanjian sewa.     

Setelah kedua belah pihak tak memiliki masalah yang beberapa pasal dalam surat perjanjian itu, penandatanganan kontrak itu akhirnya dilakukan. Aaron Liu telah sah menjadi pihak kedua yang menyewa gedung beberapa lantai milik Keluarga Mo.     

"Selamat bergabung, Nona Mo. Saya sedikit terkejut saat Tuan Mo mengatakan jika Anda akan bergabung dengan perusahaan," ujar seorang pria yang cukup mengetahui segala hal mengenai Keluarga Mo. "Siapakah sosok orang yang telah berhasil membujuk Anda?" tanyanya penasaran.     

"Tak perlu berlebihan! Sudah cukup lama aku hanya bermain-main saja. Sekarang saatnya aku membantu papa untuk mengurus perusahaan," terang Tiffany mengenai sebuah alasan yang membuatnya mau bergabung dengan perusahaan.     

"Apakah sebelumnya Tuan Mo bekerja seorang diri mengurus perusahaan?" celetuk Aaron Liu karena ingin mengetahui sedikit informasi mengenai perusahaan pemilik gedung.     

Beberapa orang tadi langsung tersenyum sembari memandang Tiffany. Mereka juga sangat penasaran dengan alasan perempuan yang tiba-tiba mau mendengarkan ucapan ayahnya.     

Feng Mo sudah berjuang keras untuk membujuk anak kesayangannya itu. Namun, tak pernah sekalipun ia berhasil. Kali ini sangatlah berbeda, mereka mendengar jika Tiffany sendiri yang menawarkan diri untuk bergabung dengan perusahaan.     

"Coba Anda bertanya langsung pada Nona Mo. Kami tak berani menjelaskan apapun." Pria itu segera bangkit dari tempat duduknya dan bersiap untuk pergi. "Kami permisi, Tuan Aaron," pamitnya sebelum meninggalkan mereka berdua.     

"Apakah kamu terlalu menakutkan bagi mereka? Mengapa mereka semua tak berani menjawab pertanyaan tadi?" Aaron Liu mulai menduga jika Tiffany adalah seorang nona muda yang begitu kejam. Seolah tak ada seorang pun yang berani melawannya.     

"Kamu terlalu berpikir berlebihan, Aaron! Semua proses telah selesai. JL Fashion sudah bisa memakai gedung ini mulai sekarang. Kalau boleh tahu, untuk apa kamu menyewa gedung ini?" tanya Tiffany dengan segala perasaan ingin tahu mengenai bisnis dari pria itu.     

Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tak terlalu sulit. Hanya saja, ada banyak hal yang harus mereka siapkan untuk membangun bisnis di sana. Aaron Liu pun masih belum terlalu yakin mengenai hal itu.     

Nenek Jiang yang sebenarnya memiliki ide untuk menyewa gedung beberapa lantai itu. Menurutnya, posisi gedung cukup baik untuk melakukan bisnis dan juga usaha apapun.     

"Aku juga tak terlalu yakin. Nenek Jiang yang sebenarnya merencanakan semuanya. Aku datang hanya untuk membantunya untuk mengurus sewa gedung ini. Ada apa, Tiffany? Apakah kamu tertarik untuk menjadi bagian dari JL Fashion?" tanya Aaron Liu penuh arti. Ia bisa melihat jika perempuan itu seolah begitu tertarik dengan segala hal yang dilakukannya.     

"Nenek Jiang adalah pemilik tunggal JL Fashion. Dan kamu adalah menantu di Keluarga Jiang. Betulkah begitu?" Tiffany hanya ingin memastikan jika apa yang diketahuinya tak salah.     

"Sepertinya kamu sangat tahu soal itu." Aaron Liu hanya memandang sekilas Tiffany. Ia pun bangkit dari tempat duduknya dan ingin segera kembali ke hotel. Sudah berhari-hari dia tak bertemu dengan istrinya. Ada perasaan rindu yang menggebu di dalam hati.     

Tiffany menjadi salah tingkah karena Aaron Liu seolah mengetahui hal itu. Dia memang sengaja mencari tahu latar belakang dari pria itu. Rasanya tak nyaman jika harus menahan rasa ingin tahu yang terus mendesaknya.     

Tak berapa lama, Tiffany ikut bangkit dan juga berdiri tak jauh dari Aaron Liu. Ia merasa sedikit canggung berhadapan langsung dengan pria itu.     

"Jika kamu membutuhkan bantuan apapun, aku akan membantumu, Aaron. Semoga kita bisa bertemu lagi lain kali," ucap Tiffany begitu tulus pada seorang pria tampan yang berdiri tak jauh darinya.     

"Semuanya sudah lebih dari cukup, Tiffany. Aku sangat berterima kasih karena kamu telah membujuk Tuan Mo mengenai sewa gedung ini. Semoga kamu bisa menjadi seseorang yang bisa membanggakan Tuan Mo." Tiba-tiba saja, Aaron Liu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan perempuan itu.     

Tiffany merasa bingung dan juga canggung membalas sebuah jabat tangan dari Aaron Liu. Meskipun cukup formal, hal itu sangat berarti baginya. Seakan tak rela jika pertemuan itu adalah yang terakhir bagi mereka.     

Sayangnya, Aaron Liu sama sekali tak menanggapi perasaannya. Pria itu terlalu fokus dan juga tak memikirkan hal lain selain istrinya.     

"Sampai jumpa, Tiffany. Saya akan langsung kembali siang ini juga." Begitulah kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Aaron Liu pada anak perempuan dari sang pemilik gedung.     

"Sampai jumpa, Aaron," sahut Tiffany.     

Meskipun pertemuan mereka cukup singkat, hal itu begitu istimewa bagi seorang Tiffany Mo. Namun, ia cukup tahu jika pria itu telah beristri. Rasanya tak mungkin jika dia mengharapkan sebuah hubungan yang lebih dari itu.     

Tiffany hanya bisa menyaksikan pria itu menghilang dari pandangannya. Sebuah perasaan yang tak pernah dirasakannya selama bertahun-tahun.     

"Semoga kita bisa bertemu dengan kondisi yang lebih baik, Aaron," gumam Tiffany tanpa mengedipkan mata sedikit pun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.