Menantu Pungut

Balas Budi



Balas Budi

0Aaron Liu masih sulit untuk percaya jika Keluarga Wen dan juga Miranda Choi membangun perusahaan baru. Sudah sangat jelas jika tujuan mereka adalah untuk menjegal JL Fashion agar tak semakin bersinar.     
0

Hal itu menjadi perhatian tersendiri bagi Aaron Liu. Dia harus melakukan sesuatu untuk mencegah segala kejahatan yang mungkin akan direncanakan oleh mereka semua.     

"Bagaimana dengan kontrak sewa gedung ini, Tuan?" tanya Aaron Liu pada si pemilik gedung.     

"Begini Tuan Aaron ... sebagai seorang pebisnis, tentu saja saya memilih penawaran WM Fashion. Mereka berani membayar dua kali lipat dari yang Anda bayarkan." Pria itu sama sekali tak munafik. Uang memang bagus menggiurkan dan mengubah keyakinan seseorang.     

"Bukankah sebelumnya Anda sudah melakukan negosiasi dengan Nenek Jiang?" desak Aaron Liu pada seorang pria yang terlihat seumuran dengan ayahnya.     

Seketika ... pria itu terlihat begitu bingung. Ia sendiri juga masih mengingat pembicaraan sebelumnya dengan pemilik JL Fashion. Hanya saja, penawaran dari WM Fashion terlalu menggiurkan baginya. Hal itu berhasil menggoyahkan segala keyakinan dan juga kepercayaannya sendiri.     

Aaron Liu cukup mencemaskan hal itu. Dia berpikir bisa menyelesaikan masalah kontrak sewa dengan mudah. Namun, semua harus hancur berantakan gara-gara campur tangan Keluarga Wen dan juga mantan tunangannya itu.     

"Anda bisa memikirkan hal ini, Tuan. Saya akan kembali besok pagi untuk mendengar keputusan Anda. Saya menunggu kabar baik dari Anda. Permisi." Aaron Liu bangkit dari tempat duduknya lalu bergegas keluar dari gedung beberapa lantai itu.     

Terlalu sulit untuk membujuk seorang pria yang mulai goyah atas penawaran dari lawannya. Bagaimanapun juga, Aaron Liu tak ingin kalah dari WM Fashion. Ia akan berusaha sekeras mungkin untuk mendapatkan hasil yang diinginkannya.     

Dengan wajah yang mulai sedikit lelah, Aaron Liu berjalan keluar melewati pintu utama. Tak sengaja ia berpapasan dengan seorang perempuan yang ditemuinya semalam.     

"Aaron! Untuk apa kamu di gedung kosong ini?" tanya Tiffany Mo pada sosok pria yang sudah menolongnya.     

"Benarkah ini kamu, Tiffany?" Rasanya Aaron Liu tak percaya bisa bertemu dengan perempuan itu di sana. Seolah mereka telah ditakdirkan untuk kembali bertemu dalam waktu yang cukup dekat.     

"Aku ada sedikit urusan dengan pemilik gedung ini. Bagaimana denganmu? Mengapa kamu di sini?" Pria itu cukup penasaran dengan alasan kedatangan Tiffany di sana.     

Mendengar pertanyaan itu, Tiffany sedikit panik. Dia mulai memperlihatkan sebuah senyuman untuk menutupi kecemasannya. Rasanya terlalu mendadak untuk sebuah pertanyaan yang terlalu pribadi.     

Aaron Liu mengerutkan kening, saat tak kunjung mendapatkan jawaban. Ia juga tak akan memaksa perempuan itu untuk mengatakan urusannya.     

"Aku juga ada sedikit urusan dengan pemilik gedung ini. Berhati-hatilah, Aaron! Aku masuk dulu," pamit Tiffany sebelum beranjak pergi meninggalkan pria itu.     

"Kupikir ada yang aneh," gumam Aaron Liu pelan. Ia pun beranjak menuju ke mobilnya untuk kembali ke hotel sebelum esok hari kembali lagi.     

Di sisi lain, Tiffany baru saja menerobos masuk ke dalam sebuah ruangan di mana sang pemilik gedung berada. Sekilas, hal itu terkesan tak sopan dan juga sedikit berlebihan.     

Si pemilik gedung langsung menunjukkan wajah muram. Kedatangan perempuan itu terlalu tak sopan dan sangat mengagagumya.     

"Tidak bisakah kamu mengetuk pintu, Tiffany?" kesal seorang pria yang menatap perempuan itu begitu tajam.     

"Mohon maafkan saya, Tuan Mo. Saya hanya terlalu bersemangat ingin bertemu dengan Anda. Tidakkah Anda merindukan saya?" goda Tiffany pada seorang pria yang dipanggilnya 'Tuan Mo'.     

Pria itu bangkit dari tempat duduknya lalu mendekati Tiffany. Dengan gerakan pelan, ia membelai lembut kepala perempuan cantik yang susah diatur itu.     

Feng Mo adalah ayah dari Tiffany Mo. Hubungan mereka cukup baik. Selama ini, pria itu selalu memanjakan anak perempuannya. Sayangnya, ia tak pernah tahu jika anaknya justru memilih untuk menjadi seorang perempuan biasa dengan kehidupan yang sulit.     

"Tidak biasanya kamu datang menemui Papa. Apa yang membawamu ke sini, Nona Mo?" Pria itu tersenyum tipis pada anaknya sendiri. Mereka selalu saja memanggil dengan sebutan seperti itu.     

"Mengapa Aaron datang menemui Papa? Apakah kalian sedang melakukan kerjasama bisnis?" Tiffany terlalu penasaran dengan hubungan Aaron Liu dan juga ayahnya.     

"Dia datang untuk membahas kontrak perjanjian sewa gedung. Namun, papa sudah memiliki penyewa lainnya yang berani membayar dua kali lipat. Bagaimana kamu bisa mengenal Aaron Liu?" tanya Feng Mo mengenai hubungan anaknya dan juga Presdir JL Fashion.     

Tiffany akhirnya paham dengan alasan Aaron Liu yang keluar dengan wajah tak senang. Ia berpikir harus melakukan sesuatu untuk membantu pria itu. Terlebih, Aaron sudah memperlakukan dirinya dengan sangat baik.     

Hanya saja, ayahnya tak mungkin mau menyetujui permintaan itu dengan mudah. Feng Mo pasti akan mengajukan beberapa syarat jika Tiffany berniat untuk membantu Aaron Liu.     

"Semalam ada dua penjahat yang ingin mengganggu aku, Pa. Aaron datang untuk menolong aku. Bagaimana jika Papa sewakan gedung ini padanya? Aku sendiri tak tahu bagaimana harus membayar kebaikannya," rayu Tiffany pada ayahnya. Dia hanya ingin membantu Aaron Liu agar mendapatkan gedung itu.     

"Jika papa menyewakan gedung ini padanya, tentu sangat rugi. Apalagi penyewa lain mau membayar dua kali lipat," sahut Feng Mo atas permintaan tak terduga dari anak perempuannya. "Mengapa kamu bisa terlibat dengan dua penjahat itu?" tanyanya lagi.     

"Sebenarnya ... tapi papa jangan marah ya!" desak Tiffany pada pria itu.     

Feng Mo menggeleng pelan tanpa mengatakan apapun. Dia juga sangat penasaran dengan kehidupan yang dijalani oleh anaknya di luar sana.     

Tiffany selalu saja pindah rumah tanpa memberitahu ayahnya. Perempuan itu ingin hidup bebas tanpa campur tangan keluarganya.     

"Aku kalah taruhan saat balapan. Jadi aku menjual mobilku dan juga meminjam beberapa uang pada mereka." Tiffany tampak sangat ragu mengatakan hal itu. Ayahnya pasti akan murka jika mengetahui dirinya masih saja mengikuti balapan liar.     

"Apa! Balapan lagi? Mulai sekarang kamu harus tinggal bersama papa!" tegas Feng Mo pada anak perempuan kesayangannya.     

"Kalau Papa mau membantu Aaron, aku akan tinggal bersama Papa. Jika tidak aku akan .... " Tiffany masih memikirkan lanjutan dari ucapan itu. Ia hanya ingin mendesak ayahnya saja.     

Perempuan itu selalu saja menolak jika harus tinggal bersama ayahnya. Tiffany hanya ingin hidup bebas tanpa ada tekanan dari siapapun, termasuk keluarganya sendiri.     

Hanya berharap jika dirinya bisa membalas segala kebaikan Aaron Liu kepadanya. Tiffany bukanlah seseorang yang tak tahu balas budi atas kebaikan orang lain.     

"Apakah sekarang kamu mulai berani mengancam papa?" Feng Mo bisa melihat jika anaknya itu semakin berani melakukan banyak hal yang tak terduga. Hal itu menciptakan ketakutan di dalam hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.