Menantu Pungut

Pisah Ranjang



Pisah Ranjang

0Begitu melihat suaminya keluar dari kamar, Jiang Lily menjadi begitu gelisah. Rasanya tak tenang dan juga begitu menyiksa. Terlebih mereka baru saja bersitegang tanpa penyelesaian apapun.     
0

Sebenarnya, Jiang Lily juga sedikit menyesal telah mengatakan kata-kata yang sepertinya telah melukai harga diri sang suami. Hal itu justru sangat mengganggu ketenangan batin.     

Tak berapa lama, perempuan itu memutuskan untuk menyusul Aaron Liu yang baru saja keluar dari kamar. Jiang Lily mencari ke sekeliling rumah, hingga tanpa sengaja dia melihat suaminya dan Nenek Jiang sedang duduk bersebelahan. Dia pun berjalan tanpa suara untuk bisa mendengar pembicaraan mereka berdua.     

"Tapi kamulah suaminya, Aaron!" Nenek Jiang mengatakan hal itu dengan begitu tegas. Seolah ada sesuatu yang serius yang sedang mereka bicarakan.     

Jiang Lily yang berada tak jauh dari sana menjadi sangat penasaran. Dia pun memberanikan diri untuk menghampiri mereka berdua.     

Namun ... belum juga dia sampai di sana, Jiang Lily harus mendengar sesuatu yang membuat langkahnya terhenti seketika.     

"Bolehkah aku tidur di kamar terpisah dengan Lily, Nek?" tanya Aaron Liu pada wanita tua disebelahnya. Pria itu masih belum menyadari keberadaan dari istrinya di sana.     

"Apa alasanmu, Aaron? Apakah kamu sudah menyerah atas pernikahan kalian?" tanya Nenek Jiang.     

Mendengar pembicaraan itu, tubuh Jiang Lily langsung gemetar dan menjadi sangat lemas. Dia merasa baru saja dicampakkan setelah malam pertama. Hanya bisa mencoba tetap tenang, meski hati telah hancur berantakan.     

Berulang kali memikirkan sebuah jawaban, Jiang Lily masih tak paham alasan suaminya memutuskan untuk pisah ranjang. Tak seharusnya Aaron Liu melakukan hal itu setelah dia berhasil mendapatkan segalanya. Bahkan kehormatannya juga telah direnggut oleh suaminya itu.     

"Tak ada alasan yang spesifik, Nek. Aku ingin berpikir sebentar. Lagipula, Jiang Lily juga sama sekali tak menginginkan aku," terang Aaron Liu tanpa menjelaskan apapun lagi. Pria itu masih saja tak menyadari keberadaan seorang perempuan yang sedang menahan air mata.     

"Jika itu keputusanmu, aku tak bisa melarangnya. Kamu berhak membuat pilihan." Nenek Jiang bisa melihat penderitaan Aaron Liu atas sebuah cinta yang tak bisa diungkapkannya. Dia sangat paham jika pria itu ingin mengungkapkan cinta di saat istrinya juga memiliki perasaan yang sama.     

Sebelum Aaron Liu menyadari keberadaannya, Jiang Lily sudah meninggal tempat itu. Dia tak ingin jika suaminya sampai menangkap basah dirinya.     

Jiang Lily berlari masuk ke dalam kamarnya. Dia harus bisa mengendalikan diri untuk tak menjatuhkan air matanya. Rasanya sangat menyakitkan baginya.     

Tak berapa lama setelah masuk ke dalam kamar, Aaron Liu juga masuk ke sana. Pria itu hanya memandangnya sebentar sebelum membereskan beberapa barang-barangnya.     

"Apa yang kamu lakukan, Aaron?" ketus Jiang Lily pada seorang pria yang sedang memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper.     

"Aku sudah meminta ijin pada nenek untuk pindah di kamar sebelah. Sekarang kamu sudah tak perlu berbagi ranjang denganku," jelas Aaron Liu pada istrinya. Dia pun bergegas keluar dari kamar itu.     

"Brengsek! Setelah kamu menikmati tubuhku, kamu pergi begitu saja!" teriak Jiang Lily sembari melempar barang-barang ke arah pintu.     

Perempuan itu seperti telah kehilangan akal sehatnya. Dia merasa baru saja dicampakkan oleh suaminya sendiri. Hal itu benar-benar sangat melukai harga dirinya sebagai seorang perempuan.     

Sebenarnya, Aaron Liu mendengar teriakkan istrinya. Dia berpura-pura tak mendengar dan langsung keluar dari sana. Ada banyak alasan yang memaksa pria itu sampai seperti sekarang. Bukan karena ego di dalam dirinya, dia justru memikirkan sosok perempuan yang sangat dikasihinya itu.     

Sebelum masuk ke dalam kamar, Aaron Liu berpapasan dengan Nenek Jiang. Dia bisa melihat jika neneknya sedang terburu-buru pergi.     

"Tunggu, Nek! Mengapa Nenek begitu terburu-buru?" tanya Aaron Liu pada Nenek Jiang.     

"Ada sedikit masalah di kantor cabang luar kota yang baru saja di buka. Aku harus segera ke sana untuk membereskan kekacauan itu," jelas Nenek Jiang dengan begitu cemas.     

Aaron Liu tak mungkin membiarkan Nenek Jiang harus melakukan perjalanan sejauh itu. Tentu tak baik baginya. Dia pun berpikir untuk mencari solusi terbaik bagi mereka semua. Hingga akhirnya ....     

"Biar aku saja yang berangkat, Nek. Sebaiknya Nenek dan juga Lily mengurus perusahaan yang di sini saja," bujuk Aaron Liu pada mertuanya. Dia berharap bisa melakukan perjalanan bisnis sembari memikirkan hubungannya yang memburuk.     

"Apakah kamu yakin? Bukankah kamu dan Lily juga sedang bermasalah?" Nenek Jiang sebenarnya tak tega jika pasangan itu harus terpisah. Namun, tak bisa dipungkiri jika kondisinya tak sekuat dulu.     

"Aku baik-baik saja, Nek. Akan lebih baik jika aku yang berangkat ke luar kota. Kebetulan sekali koper juga telah siap." Aaron Liu sudah sangat yakin jika akan berangkat saat itu juga. Dia akan segera menyelesaikan masalah di kantor cabang dan segera kembali ke rumah.     

Akhirnya, Aaron Liu benar-benar berangkat ke luar kota. Dia akan membereskan segala masalah yang sedang terjadi di kantor cabang. Seharusnya tak membutuhkan waktu lama untuknya mengurus kekacauan itu.     

Saat itu juga, Aaron Liu berangkat bersama dua bodyguard yang bekerja untuk Keluarga Jiang. Mereka berdua bertugas untuk menjaga dan memastikan keselamatan suami dari Jiang Lily itu.     

Tak berapa lama setelah Aaron Liu meninggalkan mansion mewah Keluarga Jiang, Jiang Lily baru saja keluar dari kamar dengan wajah sangat muram. Dia pun masuk ke dapur untuk mengambil beberapa minuman dingin.     

Entah apa yang ingin dilakukannya, Jiang Lily duduk di sebuah kursi yang ada di ruang tengah. Dia terus saja memperhatikan sebuah kamar di mana kemungkinan besar suaminya berada.     

"Apa yang kamu lakukan di sini, Lily? Mengapa kamu tampak begitu muram?" Nenek Jiang bertanya lalu duduk di sebelah cucunya. Dia melihat jika perempuan muda itu sedang sangat kesal.     

"Mengapa Nenek mengijinkan Aaron pindah kamar? Bukankah itu sedikit keterlaluan?" tanya Jiang Lily dengan nada ketus. Seolah dia tak terima atas persetujuan dari neneknya sendiri.     

"Bukankah kamu sendiri pernah meminta itu pada nenek?" balas Nenek Jiang. Dia masih tak menjelaskan apapun mengenai kepergian menantunya.     

Jiang Lily tentu tak melupakan hal itu. Bahkan dia sendiri sempat mengendap-endap ingin keluar dari kamar pengantin.     

Namun, kondisinya sangat berbeda sekarang. Perempuan itu merasa jika tak pantas kalau Aaron Liu tidur di kamar terpisah.     

"Panggil saja Aaron, Nek! Batalkan persetujuan nenek tadi. Mana ada seorang suami tidur di kamar yang berbeda dengan istrinya?" desak Jiang Lily pada neneknya.     

"Aaron sudah pergi," ucap Nenek Jiang tanpa mengatakan alasan ataupun tujuan Aaron Liu meninggalkan rumah itu.     

"Apa! Pria brengsek itu justru lari dari tanggung jawab? Aku akan mengejarnya!" Seperti tidak waras, Jiang Lily bergegas keluar menuju ke garasi. Dia langsung melaju kencang untuk menyusul suaminya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.