Menantu Pungut

Bukti Nyata



Bukti Nyata

0'Sial! Bagaimana ada begitu banyak tanda merah di sana? Benarkah aku pelakunya?' batin Jiang Lily saat menyaksikan sebuah pemandangan yang sangat memalukan baginya.     
0

Ingin rasanya dia menenggelamkan diri dalam lautan lepas. Wajah Jiang Lily berubah merah padam dia benar-benar tak tahan berada dalam situasi itu.     

"Apakah kamu pikir aku sengaja membuat tanda merah sebanyak ini di tubuhku sendiri?" ledek Aaron Liu pada seorang perempuan yang sejak tadi menatapnya tanpa mengatakan apapun.     

"Jangan menyindir! Apakah kamu merasa sangat hebat bisa meledek aku seperti itu?" balas Jiang Lily tak terima.     

Perempuan itu masih terus berpikir dalam ketidakpercayaan di dalam dirinya. Jiang Lily merasa tak pernah melakukan sesuatu yang berlebihan pada suaminya. Namun, kenyataan tak sejalan dengan pikirannya. Bukti terlalu nyata dan tak mampu terelakkan lagi.     

Sedangkan Aaron Liu, merasa sedang berada di atas awan. Dia terlalu yakin jika istrinya tak bisa lagi mengelak. Segalanya terpampang begitu jelas dan juga sangat nyata.     

"Untuk apa aku menyindir istriku sendiri? Aku lebih memilih untuk mulai mencintai kamu dengan segenap hatiku," ucap Aaron Liu dalam kesungguhan di dalam setiap kata yang terucap.     

"Omong kosong! Jangan pikir aku akan percaya dengan trik licik yang sedang kamu mainkan!" ketus Jiang Lily menanggapi perkataan suaminya.     

Perempuan itu tak percaya jika Aaron Liu benar-benar mencintainya. Dia cukup menyakini jika Miranda Choi masih menjadi penguasa hatinya. Mengingat sudah banyak hal yang telah dilakukan oleh seorang pria yang seharusnya menikahi pemilik Mi Su Fashion Store.     

Apalagi ... hubungan mereka telah terjalin cukup lama. Bahkan Aaron Liu dan juga Miranda sudah bertunangan dan hampir menikah. Sayangnya, sebuah pengkhianatan justru mewarnai hubungan mereka. Ditambahkan dengan kebangkrutan Keluarga Liu, menjadikan sebuah alasan yang sempurna untuk membuang seorang pria yang seharusnya dinikahinya.     

Bukan Jiang Lily tak ingin mempercayai suaminya, dia harus mencoba berpikir realistis. Segalanya tentu tak mudah bagi pasangan suami istri yang menikah tanpa perasaan cinta sedikit pun.     

"Aku sendiri juga tak percaya jika ternyata aku jatuh hati padamu, Lily. Kamu boleh percaya atau justru berpikir sebaliknya, tak mungkin aku memaksakan apapun padamu," terang Aaron Liu mengenai sebuah perasaan di dalam sudut hatinya.     

Jiang Lily justru mengulum senyuman sinis lalu mendekati suaminya, "Kamu pikir aku akan percaya dengan bualan ini!" sahutnya tanpa perasaan.     

"Itu tergantung dengan dirimu. Jika kamu mau jujur dengan dirimu sendiri, pasti akan menerima aku," respon Aaron Liu atas ucapan istrinya yang terdengar tak menyenangkan. Pria itu memang sudah menyiapkan hati untuk segala kemungkinan terburuk, termasuk penolakan Jiang Lily atas dirinya.     

Rasanya seperti sedang terdesak dan juga terpojok. Aaron Liu telah berhasil membuat istrinya tak berkutik. Pria itu terlalu lihai memainkan ucapannya. Membuat Jiang Lily kehilangan akal untuk mengelabuhi suaminya.     

Berbohong jika Jiang Lily mengatakan tak memiliki perasaan apapun terhadap suaminya. Entah dia sedang menipu dirinya sendiri atau justru tak menyadari perasaannya ... hanya perempuan itu yang mengetahuinya.     

"Hentikan pembicaraan bodoh ini!" ketus Jiang Lily setengah tak bisa lagi menjawab segala perkataan dari suaminya.     

Hingga tak berapa lama, terdengar suara ketukan pintu. Sudah sangat jelas jika itu adalah Jenny Liu yang sedang mencari mereka berdua.     

Tak ingin melanjutkan perdebatan itu, Jiang Lily memilih langsung membuka pintu kamar. Terlihat sang ibu mertua berdiri dengan begitu cemas.     

"Apakah kalian berdua baik-baik saja?" Jenny Liu bertanya sembari memandang pasangan suami istri yang baru saja terlibat ketegangan.     

"Kami baik-baik saja, Ma. Apakah Mama memanggil kami untuk sarapan?" tanya seorang perempuan yang telah menjadi menantu di Keluarga Liu.     

Jenny Liu memperhatikan sekeliling kamar. Dia melihat anak laki-lakinya sedang berdiri dengan ekspresi tak senang. Ada keyakinan jika mereka berdua baru saja bertengkar.     

Terlepas dari itu, ada satu hal penting yang cukup mengejutkan bagi Jenny Liu. Dia harus memastikan sebuah kebenaran atas hubungan mereka berdua. Apalagi, hal itu adalah untuk kebahagiaan anaknya sendiri.     

"Cepatlah berpakaian, Aaron! Papa sudah menunggu di ruang makan," ucap Jenny Liu pada anaknya. "Sebaiknya kita menunggu di ruang makan saja, Lily," ajaknya pada sang menantu.     

"Baik, Ma." Jiang Lily melirik suaminya sekilas sebelum meninggalkan kamar. Menolak ajakan ibu mertuanya bukankah sesuatu yang cukup baik.     

Sampai di ruang makan, Johnny Liu sudah menunggu mereka semua. Pria itu seolah sudah tak sabar untuk menantikan anak dan juga menantunya.     

Kedua wanita itu langsung duduk di kursi masing-masing. Jiang Lily terlihat tak tenang berada di dekat ayah mertuanya. Dia takut jika pria tua itu melontarkan sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawabnya.     

"Kapan kalian akan kembali ke kota?" celetuk Johnny Liu sembari melemparkan tatapan pada menantunya.     

"Rencana awal ... kami akan kembali besok lusa. Tapi ... aku mengajak Aaron untuk kembali hari ini, Pa," jelas Jiang Lily dalam sebuah perasaan berdebar karena terlalu takut jika sampai salah berkata.     

Johnny Liu menatap menantunya penuh arti. Entah apa yang sebenarnya dipikirkan oleh pria itu. Tak ada seorang pun yang memahaminya.     

Pria itu masih menatap Jiang Lily. Ada sesuatu yang ingin dikatakannya pada istri dari anak semata wayangnya.     

"Tinggallah di sini dua hari lagi! Untuk apa kalian terburu-buru pulang?" lontar seorang pria yang selama ini hanya menginginkan kebahagiaan keluarganya.     

"Tapi, Pa .... " Lidah Jiang Lily seolah kelu. Dia tak bisa melanjutkan ucapannya. Perasaan takut dan juga gelisah telah membuat dirinya tak mampu berkata-kata.     

"Apakah kamu takut denganku? Apa yang sebenarnya kamu takutkan, Nona Jiang?" Johnny Liu ingin mendengar sendiri sebuah alasan yang seorang cucu di Keluarga Jiang.     

Ibarat pencuri yang tertangkap basah, perasaan itulah yang telah dirasakan Jiang Lily kala itu. Dia tak mampu menutupi rasa takut dan juga kegelisahannya pada sang ayah mertua.     

Jika dengan Jenny Liu dia bisa begitu dekat, hal itu tak berlaku saat dengan Johnny Liu. Ada sebuah tekanan tersendiri di dalam hatinya. Sebuah keyakinan jika pria tua itu tak menyetujui pernikahan mereka berdua.     

"Hentikan, Pa! Pertanyaan macam apa yang Papa berikan pada istriku?" lontar Aaron Liu yang kebetulan mendengar sekilas pembicaraan mereka. Dia bisa melihat jika Jiang Lily sangat tertekan berada dalam situasi seperti itu.     

"Jangan berlebihan, Aaron! Papa hanya ingin memastikan jika istrimu cukup nyaman berada di sini," jelas Johnny Liu atas kesalahpahaman di antara mereka.     

Jiang Lily masih terdiam sembari menahan perasaannya. Dia benar-benar sangat takut jika mengatakan hal yang berlebihan.     

"Maaf, Pa. Aku sempat berpikir jika Papa tak menyetujui pernikahan kami," terang Jiang Lily dalam segala perasaan yang bercampur aduk menjadi satu. Dia takut jika ayah mertuanya akan sangat murka begitu mendengar semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.