Menantu Pungut

Mengibarkan Bendera Perang



Mengibarkan Bendera Perang

0Pagi harinya ... Aaron Liu kini tengah bersiap-siap, menyiapkan barang-barang yang harus dia bawa, untuk berangkat ke pulau Chyou. Sebuah lokasi yang sangat jauh dari tempatnya berada. Bahkan untuk sampai di sana, ia harus naik pesawat lalu naik kapal dalam prosesnya, itupun memerlukan banyak waktu.     
0

Tak lama dari itu, Aaron Liu sudah mempersiapkan segalanya, dari mulai pakaian, peralatan mandi, serta tiket naik pesawat yang harus ia bawa. Ia sengaja tak membangunkan istrinya pagi itu.     

Kemudian Aaron Liu menaiki sebuah mobil mewah yang di dalamnya terdapat seorang supir pribadi Keluarga Jiang.     

"Ke bendara kota." Hanya tiga kata singkat yang teeucap dari mulut Aaron Liu, akan tetapi perkataan tersebut berisi sebuah perintah yang jelas bagi sang supir.     

Alhasil si supir itu lekas menyalakan dan menginjak gas mobilnya, melaju ke bandara kota, mengantar Aaron Liu.     

Puluhan menit kemudian, di sebuah bandara kota yang lagi ramainya. Banyak orang berlalu-lalang ke sana ke mari. Ada yang baru datang, ada juga yang pergi.     

Di saat itu, Aaron Liu telah tiba di bandara tersebut. Dia bergegas cepat keluar dari mobil sembari mengatakan kepada sang supir, "Terima kasih, sekarang kamu boleh kembali."     

Sang supir mengerti, dia lalu menuruti keinginan dari Aaron Liu tanpa membantah sedikitpun, guna kembali pulang.     

Semenjak perginya si supir, Aaron Liu lekas bergerak masuk ke dalam bandara. Seseorang langsung datang menghampiri dan menyambut kedatangan Presiden Direktur JL Fashion.     

"Selamat datang, Tuan Aaron. Nyonya Jiang meminta saya untuk menemani Anda selama beberapa jam perjalanan. Beliau terlalu khawatir jika Anda terlalu bosan sendirian di dalam pesawat," sapa seorang pria yang diberikan tugas untuk memastikan keselamatan Aaron Liu sepanjang perjalanan.     

"Terima kasih atas sambutannya. Lebih baik kita berangkat sekarang," ajak Aaron Liu agar mereka berdua bergegas masuk ke sebuah pesawat pribadi yang sengaja disiapkan oleh Nenek Jiang untuk suami dari cucunya.     

"Mari silahkan, Tuan." Si pria tadi bermaksud untuk memimpin jalan menuju ke sebuah pesawat yang sudah menunggu sejak tadi.     

Tak lama setelahnya, Aaron Liu sudah duduk di dalam pesawat. Ia sudah sangat siap untuk meninggalkan sebuah kota menuju ke pulau kecil di mana keluarganya berada     

Meskipun ia tampak baik-baik saja, Aaron Liu sangat berharap jika bisa membawa Jiang Lily menemui kedua orang tuanya. Sayangnya, perempuan itu tak ingin pergi bersamanya. Hal itu memunculkan kekecewaan di dasar hati yang terdalam.     

Setelah duduk beberapa menit, pesawat tak kunjung berangkat. Aaron Liu menjadi begitu cemas dan juga tak tenang. Dia yakin jika ada yang tak beres di sana. Ia pun memutuskan untuk menemui seorang pria yang tadi menjemputnya.     

"Mengapa kita tak segera berangkat? Apakah ada masalah dengan pesawatnya?" tanya Aaron Liu pada seorang pria yang dikirimkan oleh Nenek Jiang untuk menemani perjalanannya.     

"Tidak ada masalah dengan pesawatnya, Tuan. Kami baru saja mendapatkan kabar jika Nona Jiang sedang dalam perjalanan ke sini. Sebentar lagi, beliau akan sampai di pesawat," jelas seseorang yang telah dipercaya oleh Nenek Jiang untuk mengatur perjalanan mereka.     

Mendengar penjelasan itu, hati Aaron Liu seolah ingin bersorak bahagia. Namun, ia mencoba untuk menahan dirinya. Pria itu hanya tersenyum tipis dalam perasaan berbunga karena Jiang Lily akhirnya mau menemani untuk bertemu keluarganya.     

Seperti sebuah mimpi yang menjadi kenyataan, Aaron Liu tak menyangka jika Jiang Lily benar-benar akan menemani perjalanannya kali ini.     

"Bagaimana Nona Jiang bisa tiba-tiba mau ikut bersama kita?" tanya Aaron Liu dengan wajah berbinar namun masih tak percaya dengan yang didengarnya.     

"Kami tidak mengetahui alasan pastinya. Namun, kami hanya mendapatkan kabar itu melalui pesan singkat saja," jawab pria itu.     

Tak ingin bertanya-tanya lagi, Aaron Liu kembali duduk di kursinya. Ia menjadi tak sabar untuk menunggu istrinya. Sedetik saja terasa sangat lama dan terkesan begitu menyiksa. Pria itu benar-benar tak bisa menunggu lebih lama lagi.     

Kegelisahan mulai merasuki Aaron Liu. Dia kembali bangkit berdiri lalu berjalan ke sana kemari. Benar-benar tak sabar untuk segera menjumpai perempuan cantik yang selalu saja mengabaikannya.     

Tak berapa lama setelah itu, seseorang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Jiang Lily masuk ke dalam pesawat dengan sebuah koper yang dibawanya.     

"Lily! Mengapa tiba-tiba berubah pikiran?" tanya Aaron Liu begitu istrinya sudah berada di dalam pesawat.     

"Kamu saja yang tak peka padaku, Aaron. Sepertinya sengaja tak mengajak aku ke Pulau Chyou." Jiang Lily mengatakan hal itu dengan wajah cemberut. Ia sedikit kesal karen merasa telah diabaikan oleh suaminya.     

Lebih buruknya lagi, Aaron Liu sengaja tak membangunkan istrinya. Pria itu pergi tanpa mengatakan apapun pada Jiang Lily. Hal itu membuat perempuan itu langsung murka dan bergegas menyusul suaminya kala itu juga.     

Aaron Liu memang bersalah. Dia sadar akan hal itu. Pria itu tak memikirkan perasaan Jiang Lily jika benar-benar ditinggal sendirian.     

"Maaf. Jika aku tak terlalu memahami kamu, Lily. Namun sejujurnya, aku benar-benar ingin mengenalkan kamu dengan kedua orang tuaku," jelas Aaron Liu atas kesalahpahaman di antara mereka.     

"Bukankah kamu memang tak berniat membawa aku bertemu dengan keluargamu, Aaron?" tuduh Jiang Lily pada suaminya.     

Perempuan itu sempat mendengar pembicaraan panjang lebar antara Aaron Liu dan juga Lee Hana. Entah benar atau salah, manajer produksi itu seolah ingin menemani atasannya ke Pulau Chyou.     

Siapa yang tak curiga akan hal itu? Jiang Lily tentu saja sudah berpikir yang tidak-tidak mengenai hubungan Lee Hana dan suaminya. Dia sangat takut jika Aaron Liu benar-benar tergoda pada sosok cantik dan juga menarik seperti perempuan itu.     

Selain itu, Lee Hana seolah sudah mengibarkan bendera perang atas Jiang Lily. Dia sudah mengatakan dengan gamblang jika dirinya sangat tertarik pada Aaron Liu.     

Sayangnya, Jiang Lily sama sekali tak bersikap tegas pada perempuan itu. Seolah ia tak menolak ataupun menerima keputusan Lee Hana untuk mengejar sosok pria yang menjabat sebagai Presiden Direktur JL Fashion.     

"Bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu, Lily? Tentu saja aku sangat ingin pergi bersamamu. Walau bagaimanapun, kamu adalah istriku yang sah. Sangat wajar jika aku memperkenalkan kamu pada kedua orang tuaku," jelas Aaron Liu dalam penjelasan panjang lebar mengenai hal itu.     

"Bukankah Nona Lee sudah menawarkan diri padamu?" tebak Jiang Lily atas sebuah hubungan yang cukup mengancamnya.     

Aaron Liu menunjukkan respon begitu terkejut. Ia tak menyangka jika Jiang Lily sudah mengetahui hal itu.     

"Bagaimana kamu mengetahui hal itu, Lily?" tanya Aaron Liu sangat penasaran.     

"Apa! Jadi tebakan aku benar?" Seketika, Jiang Lily langsung naik darah. Tak menyangka jika Lee Hana akan begitu nekat untuk mendekati suaminya. Bendera perang telah berkibar di antara mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.