Menantu Pungut

Trauma Masa Lalu



Trauma Masa Lalu

0Aaron Liu sama sekali tak ingin mengatakan kebenaran itu pada Jiang Lily. Bukan masalah apa-apa, ia hanya tak ingin membebani istrinya. Menyimpannya sendiri adalah jalan terbaik baginya.     
0

"Mengapa kamu diam? Siapa yang sebenarnya kamu curigai, Aaron?" seru Jiang Lily pada suaminya. Ia bisa melihat jika pria itu sengaja tak mau mengatakannya.     

"Itu masih belum jelas, Lily. Hanya kecurigaan saja, bagaimana denganmu? Mengapa kamu bisa berada di kamar hotel dengan seorang pria asing?" Aaron Liu sengaja mengalihkan pembicaraan mereka. Ia sengaja menyinggung masalah istrinya itu.     

"Jangan mengalihkan pembicaraan!" ketus seorang perempuan yang tak berani memandang suaminya sendiri.     

Jiang Lily sangat sadar jika dirinya telah bersalah. Ia sangat malu jika harus mengetahui yang sebenarnya terjadi. Perempuan itu sama sekali tak berani memandang suaminya.     

Bahkan ... Jiang Lily lebih memilih untuk menyembunyikan dirinya di bawah bantal. Rasanya sangat memalukan jika Aaron Liu sampai mengetahui yang sebenarnya terjadi.     

"Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Lily? Jangan bilang kamu ingin melewatkan pergulatan panas dengan pria itu." Aaron Liu sengajal melontarkan kalimat godaan pada istrinya. Sedikit banyak, ia bisa tahu apa yang sebenarnya menjadi alasan istrinya.     

"Aku bukan perempuan seperti itu. Daripada aku harus melakukannya dengan pria asing, lebih baik aku melakukan dengan .... " Jiang Lily tak melanjutkan ucapannya. Ia merasa jika hal itu akan sangat memalukan baginya.     

"Dengan siapa, Lily?" lanjut Aaron Liu sangat penasaran. "Apakah dengan Li Xian?" tukasnya kecewa.     

Jiang Lily tampak sedikit terkejut. Ia tak mengerti dengan alasan Aaron Liu mengatakan hal itu. Sejujurnya ... bukan nama itu yang sebenarnya ada di pikirannya. Sebuah nama yang tiba-tiba hadir dan menggetarkan hatinya.     

Hanya saja ... perempuan itu sama sekali tak bisa melepaskan Li Xian begitu saja. Seseorang yang sudah cukup lama dicarinya itu adalah cinta pertama baginya. Dan hal itu, tak akan mudah untuk melupakan sebuah rasa cinta yang pertama muncul.     

"Sudahlah, Aaron! Tidak bisakah kamu meminta dokter agar mengijinkan aku pulang?" Jiang Lily merasa tak nyaman berada di rumah sakit. Perempuan itu benar-benar sangat membenci tempat di mana ia harus menyaksikan kedua orang tuanya merenggang nyawa setelah mengalami kecelakaan.     

"Kamu harus di sini setidaknya dua hari. Paling tidak sampai kondisimu benar-benar pulih," bujuk Aaron pada istrinya.     

Jiang Lily justru melepaskan selang infus dari tangannya, ia langsung bangkit dari sana. Tak peduli dengan hal apapun, perempuan itu harus segera pergi dari sana.     

Sebenarnya, ia juga merasa sangat takut berada di tempat yang sangat mengerikan baginya. Di sanalah, semua orang sedang berjuang antara hidup dan mati.     

"Aku bisa pulang sendiri, Aaron. Maaf sudah merepotkan kamu." Jiang Lily justru berjalan keluar dari ruangan itu. Ia benar-benar nekat meninggalkan rumah sakit malam itu juga.     

"Apakah kamu sudah gila? Kondisimu belum benar-benar baik!" ketus Aaron Liu sangat kesal. Pria itu sama sekali tak paham pada istrinya.     

"Jangan pedulikan perempuan gila ini! Minta saja pada nenek untuk membayar tagihan rumah sakit!" Jiang Lily meninggalkan ruangan itu. Ia tak bisa berada di sana lebih lama lagi.     

Aaron Liu sama sekali tak bisa menghentikan istrinya. Ia berusaha untuk mengejar Jiang Lily yang sudah berjalan lebih dulu. Namun, perempuan itu seolah telah memghilang begitu saja.     

Setelah berkeliling sekitar rumah sakit, Aaron Liu sama sekali tak menemukan istrinya. Ia justru bertemu Nenek Jiang yang baru saja kembali setelah membeli makan malam.     

Wanita tua itu memandang ke arah menantunya. Nenek Jiang sudah sangat yakin jika ada yang salah dengan mereka berdua. Ia pun mempercepat langkahnya ke tempat di mana Aaron Liu berada.     

"Mengapa kamu di sini sendirian, Aaron? Apakah Lily telah kabur?" tanya Nenek Jiang cukup yakin. Ia sudah terbiasa melakukan kelakuan tak bisa diatur dari cucunya. Hal itu sudah terjadi berulang kali.     

"Benar, Nek. Lily pergi begitu saja. Seolah ia benar-benar tak ingin berada di rumah sakit," ujar Aaron Liu mengenai kondisi istrinya. Bukan sedang mengeluh, pria itu justru terlalu mencemaskan Jiang Lily.     

"Kejarlah istrimu! Biar nenek yang mengurus administrasi kepulangannya. Lily tak akan kembali ke sini lagi. Dia akan memilih tinggal di jalanan daripada di rumah sakit," terang Nenek Jiang mengenai kondisi cucunya yang cukup mengkhawatirkan. Selalu saja melarikan diri setiap kali mendapatkan perawatan di sana.     

Nenek Jiang langsung masuk ke dalam gedung rumah sakit, sedangkan Aaron Liu langsung berlari keluar dari sana. Ia sangat panik dan juga takut jika terjadi sesuatu pada istrinya. Beberapa jauh ia berjalan, tetap saja tak menemukan istrinya.     

Memperhatikan sekeliling jalanan, tak ada jejak Jiang Lily di sana. Aaron Liu kembali melangkahkan kaki untuk mencari keberadaan istrinya. Ia harus bisa menemukan perempuan cantik sebelum malam semakin larut.     

"Lily! Jiang Lily!" panggil Aaron Liu sembari terus melangkahkan kaki. Ia sudah semakin panik karena masih tak menemukan istrinya.     

Mencari beberapa lama, masih belum menemukan istrinya. Padahal Aaron Liu juga sudah bertanya pada beberapa orang yang kebetulan melintas di sana. Namun, tak ada apapun yang didapatkannya.     

"Apakah Anda melihat seorang perempuan bertubuh kurus dengan wajah pucat berjalan di sekitar sini?" tanya Aaron Liu pada seorang penjual bunga keliling di sekitar sana.     

"Saya tak melihatnya, Tuan," jawab si penjual bunga sangat sopan.     

Aaron Liu kembali mencari keberadaan istrinya. Tanpa kenal lelah, pria terus saja mencari ke berbagai sudut. Sayangnya, ia masih saja tak bisa menemukan Jiang Lily.     

Dengan rasa lelah yang mulai menyerang, Aaron Liu duduk di sebuah kursi yang berada di taman kota. Bukan karena menyerah, ia sedang berpikir untuk mencari keberadaan istrinya.     

Setelah beberapa lama, Aaron Liu kembali menyusuri jalanan. Ia memperhatikan beberapa orang yang sedang duduk di sekitar taman kota. Pria itu sangat berharap jika Jiang Lily berada di sana. Hingga tak berapa lama ....     

"Lepaskan! Jangan ganggu aku!" teriak seorang perempuan berada tak jauh dari Aaron Liu.     

Mendengar teriakkan itu, Aaron Liu sudah sangat panik. Ia takut jika perempuan itu adalah istrinya. Dalam kondisi malam seperti itu, kejahatan bisa muncul di mana saja.     

Semakin mendekat ke titik di mana teriakan berasal, Aaron Liu melihat beberapa orang pria sedang menganggu seorang perempuan. Rasanya sangat kejam jika ia sama sekali tak peduli pada perempuan itu.     

"Lepaskan perempuan itu!" seru Aaron Liu tak jauh dari beberapa pria yang terlihat sedang menganggu seorang perempuan.     

"Brengsek! Apa urusannya denganmu? Cari mati ya!" gertak seorang pria bertubuh tinggi besar dengan wajah sangat seram.     

Beberapa pria langsung mengepung Aaron Liu. Mereka sudah sangat geram karena merasa terganggu saat mereka akan bersenang-senang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.