Menantu Pungut

Kisah Klasik



Kisah Klasik

0"Bagaimana kondisinya, Aaron?" Nenek Jiang datang dengan langkah terburu-buru, wajahnya begitu panik dan juga sangat takut.     
0

Jiang Lily adalah cucu kesayangannya. Mereka sudah hidup bersama selama beberapa tahun. Jika terjadi apa-apa dengan perempuan itu, Nenek Jiang pasti sangat terluka. Ia lebih memilih dirinya yang menderita daripada melihat cucunya terluka.     

Pria itu itu mendekati Nenek Jiang, ia bisa melihat dan juga merasakan jika wanita tua itu sangat mencemaskan cucunya. Aaron Liu mencoba untuk menenangkan hati seseorang yang sudah begitu baik padanya.     

"Kondisinya sudah cukup baik, Nek. Dokter sudah melakukan yang terbaik untuk Lily. Kita hanya tinggal menunggu dia sadar saja," terang Aaron Liu pada Nenek Jiang.     

"Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa dia sampai begitu mabuk dan membahayakan dirinya sendiri?" Antara kesal dan juga sangat cemas, Nenek Jiang benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan cucunya itu.     

Selama ini, Jiang Lily memang selalu bertindak semaunya. Namun, ia tak pernah ceroboh hingga sampai pergi ke sebuah kamar hotel bersama dengan pria asing.     

Hal ini benar-benar sangat membutuhkan Nenek Jiang menjadi kesal. Meskipun ia juga sangat mencemaskan kondisi dari cucu satu-satunya.     

Mereka berdua akhirnya duduk di sebelah kursi sembari memandang Jiang Lily yang terbaring lemah di atas ranjang pasien. Wajahnya sedikit pucat dan tak baik-baik saja. Sudah sangat jelas jika ia masih berjuang untuk membuka mata.     

"Bagaimana Nenek tahu jika Lily ada di bar itu?" Aaron Liu sangat penasaran dengan hal itu. Ia sendiri saja tak mengetahui keberadaan istrinya, wanita tua itu justru memiliki informasi yang sangat akurat.     

"Pemilik bar adalah teman Lily. Dia yang memberitahu jika Lily dibawa oleh seorang pria asing dalam kondisi sangat mabuk. Bartender di sana yang menghubungi teman istrimu itu. Kebetulan dia sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri, jadi jalan satu-satunya hanya menghubungiku," jelas Nenek Jiang mengenai alasan dirinya mengetahui informasi itu.     

"Untung saja Nenek menghubungi aku tepat waktu. Aku tak tahu apa yang terjadi jika terlambat sedikit saja." Aaron Liu tak bisa membayangkan jika dirinya tak nekat mendobrak pintu kamar hotel itu.     

Sudah bisa dipastikan, jika Jiang Lily pasti sudah dilecehkan oleh anak pemilik hotel itu. Keberuntungan juga masih sangat berpihak pada mereka. Selain manajer hotel, sang pemilik hotel juga sangat baik padanya.     

Aaron Liu kembali mencurigai sesuatu yang aneh di sana. Ia merasa sangat janggal dengan perlakuan pemilik hotel yang begitu hormat pada seorang pria miskin seperti dirinya.     

Pria itu terdiam dan memikirkan hal itu. Banyak kejadian aneh yang dialaminya akhir-akhir ini. Ia mulai mencari berbagai kemungkinan yang mungkin saja terjadi padanya.     

"Ada sesuatu yang ingin aku katakan pada Nenek." Aaron Liu terlihat sangat ragu untuk mengatakan hal itu pada Nenek Jiang. Ia takut jika wanita tua itu tak mengijinkannya untuk pergi.     

"Katakanlah! Mengapa kamu begitu takut untuk mengatakannya?" tanya Nenek Jiang pada seorang pria yang sangat dipercayainya untuk menjaga Jiang Lily.     

"Aku merasa ada yang salah dengan diriku, Nek. Bolehkah aku pergi ke Pulau Chyou untuk menemui kedua orang tuaku? Ada beberapa hal yang rasanya sangat mengganjal bagiku," jelas Aaron Liu mengenai kondisinya yang tak nyaman. Segalanya tampak abu-abu bagi suami Jiang Lily itu. Ia harus mencari jawaban atas keraguannya.     

Cukup mengejutkan bagi Nenek Jiang. Ia tak menyangka jika Aaron Liu berasal dari sebuah pulau kecil yang cukup jauh. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh Aaron Liu, wanita tua itu sangat yakin jika menantunya tak besar di pulau itu.     

Sedikit banyak, Nenek Jiang tahu jika hampir seluruh pulau itu adalah perkebunan anggur yang sangat besar. Bahkan di sana juga diproduksi anggur terbaik dengan harga tak murah.     

"Apa yang menurutmu salah, Aaron? Apakah kedua orang tuamu asli dari pulau itu?" Mendadak, Nenek Jiang sangat penasaran dengan latar belakang menantunya. Bukan apa-apa, ia hanya ingin mengetahui sedikit banyak soal Aaron Liu.     

"Entahlah, Nek. Aku sendiri juga bingung." Aaron Liu tak mungkin mengatakan jika semua orang masih memperlakukan dirinya dengan sangat baik meski ia telah jatuh miskin. Baginya, hal itu sedikit aneh dan sangat berlebihan. "Lebih tepatnya, orang tuaku bekerja di kebun anggur, Nek," jelasnya mengenai pekerjaan kedua orang tuanya.     

Mendadak Nenek Jiang terdiam, ia teringat dengan sebuah kisah yang telah begitu lama. Wanita tua itu pernah cukup dekat dengan seorang pria yang juga tinggal di Pulau Chyou. Sayangnya, mereka berdua harus terpisah karena banyak alasan.     

Wanita tua itu masih bisa merasakan kebahagiaan dan juga penderitaan saat berada di pulau kecil itu. Sebuah kisah klasik yang telah tergores di dalam hatinya.     

"Apakah Nenek baik-baik saja?" Aaron Liu mulai mencemaskan Nenek Jiang. Ia melihat perubahan ekspresi yang begitu jelas dari wanita tua itu.     

"Aku baik-baik saja, Aaron. Hanya teringat kepingan kejadian dari masa lalu. Aku pernah mendatangi Pulau Chyou beberapa tahun silam," balas Nenek Jiang sembari melemparkan senyuman penuh arti pada menantu kesayangannya.     

Mereka berdua tiba-tiba terdiam, Aaron Liu merasa ada sesuatu yang sangat besar. Ia yakin jika Nenek Jiang memiliki kenangan buruk mengenai pulau kecil itu. Namun, pria itu tak berani bertanya langsung padanya.     

Tak berapa lama, Jiang Lily mulai tersadar. Pengaruh obat tidur berangsur menghilang. Terlebih ... dokter juga telah memberikan penawar untuk perempuan ceroboh itu.     

"Nenek ... " panggil Jiang Lily pada seorang wanita yang sudah merawat dan membesarkan dirinya.     

"Lily!" Nenek Jiang bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri Jiang Lily. Ia merasa sangat lega melihat cucunya telah sadar.     

Nenek Jiang memeluk Jiang Lily penuh kasih sayang. Ia tak kuasa menahan air mata yang langsung mengalir begitu deras. Melihatnya kembali membuka mata, merupakan sebuah kebahagiaan terbesar bagi wanita tua itu.     

Sedangkan Aaron Liu, ia hanya menyaksikan momen mengharukan itu. Ia tak mungkin memeluk seorang perempuan yang sama sekali tak menginginkan dirinya.     

"Dokter menyarankan agar kamu beristirahat selama dua hari di sini. Setidaknya sampai kondisimu pulih, barulah bisa pulang ke rumah," jelas Aaron Liu mengenai kondisi istrinya.     

"Bagaimana dengan fashion show besok? Siapa yang akan mengurusnya?" cemas Jiang Lily mengenai peragaan busana yang akan digelar besok malam. Seharusnya ia sendiri yang bertanggung jawab akan hal itu.     

Meskipun kondisinya masih belum baik, Jiang Lily tetap memikirkan pekerjaan. Ia adalah sosok perempuan hebat dan sangat mengutamakan pekerjaannya.     

"Biar Aaron dan Nona Lee yang mengurus fashion show besok. Kamu fokus pada kesehatanmu saja," tegas Nenek Jiang pada cucunya.     

"Apa! Dengan Nona Lee lagi?" Jiang Lily terlihat tak senang dengan keputusan itu. Ia sama sekali tak suka jika Aaron Liu bekerja bersama Lee Hana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.