Ingin Kukatakan Sesuatu

Giana: Aku Bersedia Menjadi Istri Kedua!



Giana: Aku Bersedia Menjadi Istri Kedua!

0Pertanyaan Giana membuat Sean merasa sangat sensitif!     
0

Sialan! Giana si jalang ini, bisa-bisanya mengatakan kata-kata ambigu seperti itu untuk membuatku kesal, bahkan di depan istriku!     

Bahkan tadi Giana memanggil Sean dengan sebutan Tuan. Sebelumnya dia juga pernah memanggil Sean seperti itu. Pada saat itu, keduanya memainkan permainan tuan dan pelayan di rumah Sean di Jakarta setelah mereka menikah kembali. Giana mengatakan ini untuk mengingatkan Sean saat-saat indah ketika mereka berdua bersama.     

Maureen memang cantik, tapi dia mungkin tidak memiliki selera permainan yang sama dengan Giana. Wanita dengan karakter yang baik lebih pantas dicintai dari wanita jahat. Tapi, ada beberapa hal dan beberapa pesona yang dimiliki wanita jahat lebih baik daripada wanita baik. Mereka tahu bagaimana menyenangkan pria.     

Sean merasa sangat canggung, tetapi juga tidak bisa menyalahkan Giana yang sudah membuatnya tergoda karena tidak ada yang salah dengan kalimat itu sendiri. Karena Giana adalah pelayan keluarga Yuwono, maka Sean adalah tuannya. Begitu banyak pelayan yang memanggilnya demikian, jadi tidak ada yang salah dengannya. Terlebih lagi, bahkan Maureen dan yang lainnya tidak mendengarnya. Tidak ada yang salah dengan kata ini.     

Sean menjawab dengan canggung, "Ya… Lumayan."     

Giana menyatukan kakinya dan membungkuk dengan hormat di depan Sean, lalu kembali bertanya dengan lembut seperti seorang pelayan, "Tuan, apa ada hal lain yang perlu saya lakukan untuk Anda?"     

Sean tidak tahan dengan Giana yang memanggilnya dengan sebutan tuan sepanjang waktu. Itu terlalu membuatnya berpikiran ke mana-mana. Bukannya pengendalian diri Sean tidak cukup kuat dan bukannya Sean sudah memaafkannya, hanya saja ingatan masa lalu itu terlalu dalam.     

"Tidak ada. Giana, jangan tetap di sini. Kembalilah ke kamarmu dan jaga Birama," kata Sean.     

Giana berkata dengan hormat, "Terima kasih, Tuan."     

Melihat Giana pergi, Maureen bertanya sambil berbisik, "Sayang, apa kamu merasa kasihan melihat mantan istrimu menyajikan hidangan sehingga kamu menyuruhnya pergi?"     

Tampaknya Maureen benar-benar tidak memiliki kemampuan untuk mendeteksi jalang. Dari sudut mana Sean merasa kasihan pada Giana?!     

Melihat Giana yang selalu bersikap arogan kini melayani sebagai pelayan dengan menyajikan hidangan, Sean merasa sangat puas!     

Sean tidak bisa memberi tahu Maureen situasi sebenarnya, agar jangan sampai istrinya itu cemburu, jadi dia berkata, "Ya, bagaimanapun juga kami pernah menjadi suami istri."     

Tidak lama kemudian, Maureen selesai makan. Kali ini dia tidak meminum alkohol setetes pun. Kemarin di hari pertama kedatangannya, dia langsung mabuk, bahkan menyanyi untuk pertama kalinya. Itu membuatnya memutuskan untuk berhenti minum alkohol mulai sekarang. Namun, Sean dan keluarganya, serta Martin, terus-menerus minum.     

Maureen bangkit dan pergi setelah makan. Dia ingin bertemu putra Sean dan Giana. Karena anak ini milik Sean, Maureen juga harus bertanggung jawab sebagai ibu tiri.     

Maureen datang ke kamar pembantu di mana Giana berada. Kamar pembantu sangat kecil, tapi memiliki interior yang bagus.     

Tok. Tok.     

Ketika Maureen tiba di depan pintu, meski pintu dalam keadaan terbuka, dia tetap mengetuknya dua kali.     

Giana yang sedang menghibur anaknya pun melihat Maureen dan segera berkata, "No… Nona Muda Ketiga…."     

Giana tidak ingin memanggil Maureen seperti itu. Dia ingin sejajar dengan Maureen. Namun, sekarang dia hanya seorang pelayan dan Maureen adalah majikannya.     

Maureen buru-buru berkata, "Nona Giana, kamu tidak perlu memanggil saya seperti itu. Panggil saja nama saya."     

Giana bertanya, "Nona Maureen, apa ada sesuatu sampai Anda datang mencariku kemari?"     

Maureen menunjuk ke anak yang berbaring di tempat tidur. "Saya ingin melihat anakmu dan Sean."     

Maureen datang dan melihat bayi itu sambil tersenyum. Dia tidak memiliki rasa permusuhan terhadap Birama, hanya karena dia anak dari wanita lain. Maureen bahkan terus menghibur Birama.     

Melihat Maureen bermain dengan anaknya, Giana berkata pada dirinya sendiri, Tidak disangka-sangka, ternyata si Maureen ini begitu murah hati. Dia begitu baik dan sopan. Seharusnya aku tidak memperlakukannya sebagai musuh…     

Sejak bertemu Maureen, Giana selalu menganggap Maureen sebagai saingannya dan membandingkan dirinya dengan Maureen dari segala sisi. Tapi, sekarang hubungan dan pernikahan Maureen dan Sean sangat stabil. Hampir tidak mungkin bagi Giana, seorang wanita yang sudah berselingkuh, untuk mencuri Sean dari Maureen.     

Tiba-tiba, Giana memandang Maureen dengan tatapan memohon, lalu berkata, "Kak Maureen, bolehkah aku menanyakan satu hal padamu?"     

Maureen sedikit terkejut. "Ada apa? Katakan saja."     

Giana berkata, "Kak Maureen, kamu juga tahu kalau aku dan Sean sudah menikah selama tiga tahun. Semasa kuliah, aku sudah menikah dengannya. Dia laki-laki yang aku cintai seumur hidupku! Tanpanya, aku bisa mati!"     

"Aku tidak berani memohon padamu untuk menyerahkan Sean padaku. Aku seperti malaikat yang melakukan kesalahan, yang tidak pantas memonopoli Sean lagi. Aku harap kamu setuju untuk membiarkanku menjadi istri kedua Sean!"     

Maureen tertegun. Giana yang begitu angkuh bahkan bersedia menjadi istri kedua!     

Asal tahu saja, bahkan seorang pria dari latar belakang keluarga seperti Marvin yang meminta Giana untuk menjadi istri kedua, bahkan dianggapnya sebagai penghinaan. Dengan persyaratan yang dimiliki Giana, sangat mudah baginya untuk menemukan pria tampan dan kaya sebagai suaminya. Bisa dilihat bahwa untuk mendapatkan Sean lagi, dia memang telah melakukan banyak pengorbanan.     

Maureen menolak, "Maaf, Nona Giana. Saya tidak setuju!"     

"Apa?"     

Giana tidak menyangka Maureen menolaknya secepat ini! Dia mengamuk, "Maureen, apa kamu ingin menguasai Sean sendirian? Dengan latar belakang keluarga Sean dan persyaratannya, dia tidak bisa hanya memiliki satu istri dalam hidupnya!"     

"Ayah Sean memiliki lebih dari satu istri. Bukankah ayahmu juga memiliki dua istri? Kenapa kamu tidak bisa terima jika kita melayaninya bersama? Aku jamin, aku pasti akan menghormatimu sebagai istri pertama dan menganggapmu sebagai kakakku," kata Giana.     

"Dalam seminggu, dia akan menemanimu empat hari dan menemaniku tiga hari. Boleh, kan?" Giana bersikeras, "Kalau masih tidak bisa, kamu lima hari, aku dua hari, juga boleh!"     

Giana bahkan sudah memikirkannya baik-baik bagaimana kedua istri ini membagi waktu Sean dalam seminggu!     

Maureen tetap berkata, "Aku memang sangat ingin berdua bersama Sean selama sisa hidupku tanpa diganggu wanita lain. Karena dalam hidupku, satu-satunya laki-laki yang aku cintai hanyalah Sean."     

Giana segera bangkit dengan marah. "Kamu terlalu egois! Bagaimana bisa kamu memonopoli laki-laki yang begitu hebat seperti Sean? Jika aku masih istri Sean dan dia ingin kamu menjadi istri kedua, atau bahkan ingin memiliki istri ketiga, aku akan menyetujuinya, asalkan dia bahagia!"     

Maureen terdiam sejenak, kemudian melanjutkan. "Tapi, aku juga tahu kalau Sean tidak begitu bisa seperti diriku, hanya mencintai seorang wanita. Jadi, sebenarnya aku bisa menerima jika dia memiliki istri kedua."     

Giana langsung sangat gembira dan segera meraih tangan Maureen. Dia mencium wajah cantik Maureen dengan gembira. Wajah dua wanita cantik tiada tara di Indonesia itu menempel satu sama lain dan bisa disebut sebagai sepasang kecantikan yang tak terkalahkan.     

"Terima kasih, Kak Maureen!" Giana sangat senang. Dia bahkan mengira Maureen menyetujuinya sebagai istri kedua.     

Maureen ternyata berkata lagi, "Nona Giana, kamu sudah salah paham. Saya setuju Sean untuk menikahi istri kedua, tapi saya tidak setuju dia menikahimu."      

"Siapa lagi yang bisa dinikahinya jika bukan aku?" tanya Giana heran.     

Maureen perlahan mengucapkan sebuah nama, "Chintia!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.