Ingin Kukatakan Sesuatu

Ibu Mertua Tiba!



Ibu Mertua Tiba!

0"Membiarkan Giana bersama Sean lagi?" Charles mengerutkan keningnya. "Giana memang yang paling cocok untuk Sean mengasah mentalnya. Pelatihan pengalaman mental Sean memang tidak terlalu berhasil. Namun, Giana sudah sangat menyakiti Sean. Bukankah terlalu kejam baginya untuk membiarkan mereka bersama lagi?"     
0

"Kakek, hanya dengan melalui pelatihan pengalaman yang tidak dapat ditanggung orang biasa seperti ini kita dapat mengasah mental yang tidak dapat dimiliki orang biasa. Dari kecil hingga dewasa, Kakek selalu mengajari kami untuk berani menghadapi hal-hal yang tidak berani dihadapi orang biasa," jawab Tian.     

Tian menjelaskan, "Aku, Juan, dan Sean sejak kecil sudah melalui berbagai pelatihan. Ketika sudah dewasa, kami pergi berlatih ke berbagai penjuru dunia dan bahkan tidak memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua kami. Awalnya aku iri dengan anak-anak orang biasa. Aku iri setiap hari mereka bisa bersama orang tuanya. Tetapi, setelah kemudian mengetahui rahasia keluarga, aku baru sadar kalau Kakek memiliki niat yang baik."     

"Kakek, untuk membuat Sean menjadi pewaris yang lebih baik dan lebih dewasa, kita perlu sedikit lebih keras padanya. Dengan begitu, dia dapat mengambil tanggung jawab besar di masa depan!" tegas Tian.     

Charles menghela napas dan sepertinya tidak menemukan alasan untuk membantah Tian.     

"Mari kita tunda masalah ini sebentar dan biarkan Kakek memikirkannya baik-baik."     

"Baik, Kakek."     

———     

Pada saat ini, Sean dan Maureen kembali ke area hutan buah di luar kastil lagi sambil bergandengan tangan untuk menikmati buah-buahan yang tidak biasa. Begitu berjalan di antara pepohonan hijau dan hutan buah, Sean bertanya, "Sayang, Giana juga tinggal di kastil. Akankah kamu tidak senang?"     

Maureen menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku tahu kamu tidak mencintainya lagi, jadi aku tidak khawatir kamu diam-diam bertemu dengannya di belakangku. Hehe."     

Sean tersenyum. "Aku tidak akan melakukan hal seperti itu dengannya. Sayang, kelak kalau kamu memiliki pakaian kotor atau apapun yang ingin kamu lakukan, perintahkan saja padanya. Dia selalu tidak terima padamu dan merasa lebih cantik darimu. Menurut pengenalanku tentangnya, kalau kamu sengaja membuatnya marah, kamu pasti bisa membuatnya pergi dengan sendirinya."     

Maureen mengibaskan rambutnya, menundukkan kepalanya untuk menghindari cabang yang terkulai, dan berkata sambil tersenyum, "Aku bukan wanita seperti itu. Selain itu, aku rasa dia masih sangat mencintaimu. Sejak awal dia ingin mengejar Marvin dan ibuku juga sangat menyukainya. Aku yakin, tidak lama lagi dia akan mendapatkan pengakuan dari keluargaku dan menjadi istri Marvin."     

"Sejujurnya, bagi Giana, kekayaan dan status keluarga Susetia sudah cukup. Jika dia hanya mengejar uang dan hal-hal materi, dia sama sekali tidak perlu meninggalkan Marvin dan mengambil risiko untuk datang ke sini menemuimu. Dia masih sangat menyukaimu," lanjut Maureen.     

Sean lagi-lagi teringat apa yang dikatakan Giana ketika berlari mengejarnya di konser Dewa Musik.     

"Dia sangat mencintai uang dan memang sangat menyukaiku. Alasan mengapa dia tidak bisa menahan diri untuk datang ke Inggris adalah karena apa yang kamu miliki sekarang seharusnya dimiliki olehnya. Dia tidak terima," kata Sean.     

Maureen mengangguk. Pada saat ini, tiba-tiba ponselnya berdering. Dia mengeluarkan ponselnya dan ternyata itu adalah ibunya, Lianny.     

"Halo, Bu."     

Lianny bertanya, "Putriku, kamu di mana? Kamu sedang bersama Sean?"     

Maureen menjawab, "Iya, Sean dan aku sedang berjalan di hutan buahnya."     

"Oh, oke, oke. Begini, kamu bilang pada Sean, suruh dia mengirim kereta emas keluarganya untuk menjemput Ibu dan bibi-bibimu," kata Lianny.     

Maureen tercengang. "Bu, Ibu datang ke Inggris? Bukannya Sean tidak membiarkan Ibu datang? Kenapa tiba-tiba…"     

Lianny membentak, "Anak durhaka! Begitu menikah, kamu lupa pada Ibumu! Apa setelah menikah dengan Sean, kamu sudah bukan putri Ibu lagi? Hah?! Kenapa kamu membelanya? Kalau dia tidak membiarkan Ibu datang, lalu Ibu tidak boleh datang? Sebagai ibumu, apa salahnya bertemu besan?!"     

Sean memandang Maureen dan bertanya, "Ibumu?"     

Maureen mengangguk malu. "Maaf, ya… Ibu datang ke Inggris."     

Sean tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa. Bagaimanapun juga, dia ibumu dan juga ibu mertuaku. Sebelumnya aku tidak membiarkannya datang hanya karena aku marah dia ingin memilih suami baru untukmu. Sekarang karena dia sudah datang, biarkan saja dia kemari. Sini, berikan teleponnya padaku."     

Sean masih cukup sopan. Meskipun dia tidak rukun dengan ibu mertuanya ini, dia juga tidak bisa terlalu kejam padanya.     

Sean menjawab telepon dan menyapa, "Bu."     

Lianny berkata dengan terkejut, "Hah? Ini Sean? Ibu sudah tiba di Inggris untuk menemuimu. Sekarang Ibu sudah ada di bandara. Kirimkan orang untuk menjemput Ibu, ya?"     

"Oke, saya akan mengendarai mobil ke bandara untuk menjemput Ibu secara langsung," kata Sean.     

"Ah, Sean, tidak usah mengendarai mobil. Ibu ingin menaiki kereta emas keluarga Yuwono. Bisa, tidak?" pinta Lianny.     

Sean merasa serba salah, "Bisa, ya bisa saja. Akan tetapi, kereta kuda lebih lambat. Dari sini jauh dari bandara, jadi harus menunggu sangat lama."     

Lianny tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa. Kebetulan kami sedang bermain kartu di sini. Satu atau dua jam lagi juga tidak masalah. Haha."     

"Kalian?" Sean kebingungan.     

Apa jangan-jangan Lianny tidak datang sendirian? Atau, apakah Marvin juga ikut?     

"Oh, ini bibi-bibimu. Mereka semua gemuk. Berapa banyak orang yang bisa naik ke kereta emasmu? Ibu rasa satu tidak cukup. Bagaimana kalau kamu temui lagi Ratu Inggris dan pinjam miliknya juga? Kalau kami mengendarai dua kereta emas, pasti akan lebih agung!"     

Sean mulai marah, "Bu, kecuali keluarga kerajaan Inggris, yang bisa menaiki kereta emas Ratu Inggris hanya bos dari negara-negara besar yang memenuhi syarat untuk naik. Bahkan saya saja tidak memenuhi syarat untuk naik kereta itu. Sementara, kereta emas keluarga Yuwono kami juga sama. Saya memaksakan diri untuk menganggap Ibu sebagai keluarga Yuwono, itu sebabnya saya setuju Ibu menaiki kereta emas."     

Kedua kereta emas yang sama-sama diproduksi di Australia ini memiliki sifat dan makna yang hampir sama. Hanya orang-orang paling berkuasa di dunia yang memenuhi syarat untuk menaikinya.     

Lianny tetap tidak bisa mengerti. Dia merasa karena kereta itu milik keluarga Yuwono, siapapun bisa menaikinya. Dia bahkan merasa Sean pelit,     

"Sean, bukannya kereta itu milik keluargamu? Bibi-bibi ini juga orang-orang berduit di Indonesia, jadi kenapa mereka tidak memenuhi syarat untuk menaikinya?" Lianny bersikeras.     

Sean menjawab, "Bu, Ibu sama sekali tidak mengerti arti di balik kereta emas. Apa Ibu tahu berapa banyak polisi atau bahkan perlindungan militer yang akan dikirim setelah kereta emas keluar? Teman-teman bermain kartu Ibu hanyalah warga sipil biasa. Sementara, mengirim tentara Inggris hanya karena mereka, bagaimana Ibu ingin saya menjelaskannya pada Perdana Menteri Inggris dan keluarga kerajaan? Pokoknya teman-teman Ibu tidak boleh menaiki kereta kuda ini. Kalau Ibu bersedia, saya akan menjemput Ibu dengan mengendarai Bentley."     

Lianny mengamuk, "Siapa yang peduli pada Bentley-mu?! Memang keluargaku tidak punya Bentley?! Dasar menantu tidak berguna! Di Bogor, kamu makan dan minum di rumahku, tinggal di rumah putriku, mengendarai mobil putriku, tapi aku bahkan tidak berkata apa-apa. Sesudah tiba di rumahmu, aku bahkan tidak bisa menyentuh kereta kudamu sebentar? Bagaimana aku menjelaskan pada bibi-bibi ini?!"     

"Bocah nakal! Ibu tidak jadi ke rumahmu! Tidak usah jemput!" bentak Lianny kesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.