Ingin Kukatakan Sesuatu

Giana Menjadi Pembantu!



Giana Menjadi Pembantu!

0Lianny menutup telepon dengan marah.     
0

Sean merasa sangat frustrasi. Dia mengembalikan ponsel ke Maureen dan berkata dengan merasa bersalah, "Maaf, sayang. Aku bukannya memarahi ibumu, bukannya aku tidak mau mengiyakannya… Tapi itu benar-benar…"     

"Aku mengerti. Sayang, sejak awal permintaan Ibu memang sudah keterlaluan. Begitu kereta emas dikeluarkan, itu pasti akan menimbulkan sensasi dari banyak tingkatan," kata Maureen, "Aku tahu keluarga kalian selalu sangat rendah hati. Kemarin saja saat aku menaiki kereta emas, jalanan sampai harus ditutup dan harus dikawal pengawal. Itu membuatku merasa tidak enak."     

Sean mengangguk. Dia merasa sangat senang karena istrinya orang yang begitu pengertian. Jika wanita biasa, dia pasti akan ribut dengan suaminya dan bahkan mengatakan hal-hal buruk.     

"Sebenarnya kemarin pertama kalinya kereta emas keluarga kami dikendarai ke daerah perkotaan Inggris. Sebelumnya, kakekku dan yang lainnya tidak pernah mengendarai kereta itu," kata Sean.     

Maureen menutup mulutnya karena terkejut. "Apa Kakak Tertua dan Kakak Ipar juga belum pernah naik sebelumnya?"     

Sean menggelengkan kepalanya.     

Maureen tidak bisa memercayainya. "Kalau begitu, akankah Kakak Ipar menyalahkanku karena tidak tahu diri? Akankah Kakak Ipar akan tidak menyukaiku karena masalah ini?"     

Mereka sama-sama menantu keluarga Yuwono. Akan tetapi, ketika pertama kali tiba, Maureen langsung menggunakan kereta emas keluarga. Sementara Yumi, sebagai menantu dari putra tertua yang menikah dengan keluarga Yuwono selama beberapa tahun, bahkan belum pernah menggunakannya. Maureen merasa kemungkinan Yumi cemburu padanya karena ini. Maureen juga sangat peduli akan hubungannya dengan keluarga Yuwono.     

Sean tersenyum. "Tidak akan. Kakak dan kakak iparku, keduanya sangat baik padaku. Mereka tidak mungkin iri padamu. Tenang saja."     

———     

"Dasar menantu tidak berguna! Mengesalkan! Bagaimana bisa aku memiliki seorang menantu yang begitu pelit seperti ini?!"     

Setelah menutup telepon, Lianny yang berada di Bandara Heathrow, London masih memaki Sean.     

Seorang teman kerjanya bertanya, "Lianny, ada apa? Apakah Sean sedang tidak bisa menjemput kita? Kita naik taksi ke sana juga sama saja."     

Lianny tersenyum canggung dan berkata, "Maaf sekali, ya… Aku sudah membuat kalian melihat kekonyolan ini. Sean si menantuku itu benar-benar keterlaluan! Aku akan membawa kalian ke hotel. Kita pergi ke kasino untuk bermain kartu!"     

Lianny membawa keempat teman-temannya ke kasino Crockfords yang memiliki sejarah 192 tahun di Inggris untuk bermain Punto Banco.     

Menantu tidak berguna! Menantu pelit! Sean, malam ini aku akan kalah 10 juta pound dan membuatmu membayarnya untukku! batin Lianny dalam hatinya.     

Bagaimanapun, keluarga Sean sangat kuat di Inggris. Jadi, dengan keberadaan Lianny di sini, mau kalah seberapa banyak pun, dia tidak perlu khawatir sama sekali.     

Lianny memainkan permainan yang relatif besar dan kasual. Dia juga hanya fokus pada kehilangan uang. Namun, tidak ada yang mengira bahwa dia yang berpikir untuk kehilangan uang malah akan menghasilkan uang lagi dan lagi!     

"Astaga, Lianny. Hari ini kamu sungguh beruntung! Sudah dapat berapa banyak? Seharusnya sudah sampai satu juta pound, kan?"     

Lianny tertawa dan menjawab, "Sudah dua juta pound!"     

"Ya Tuhan! Malam ini kamu mau mendapatkan 100 juta dalam semalam? Ini benar-benar gila!"     

Kebetulan pada saat ini Maureen menelepon.     

"Halo, Bu? Ibu ada di mana? Aku dan Sean akan pergi menjemput Ibu. Ibu Sean tahu kalau Ibu datang, jadi beliau sangat ingin bertemu dengan Ibu. Nanti malam beliau menunggu Ibu untuk makan malam bersama," kata Maureen.     

Lianny mendengus dingin. "Memang mereka bisa bertemu dengan Ibu hanya karena mereka ingin? Kalau mereka begitu ingin bertemu dengan Ibu, lalu kenapa mereka tidak datang saat hari pernikahan? Ibu tidak ada waktu. Sekarang Ibu sedang berjudi. Malam ini Ibu tidak ke sana. Lihat besok saja!"     

Ketika Maureen mendengar Lianny sedang berjudi, dia tahu ibunya kecanduan bermain kartu, jadi dia mendesak, "Bu, mainkan permainan yang kecil sebagai hiburan saja. Jangan sampai kalah terlalu banyak, ya?"     

Lianny berkata, "Apa yang kamu bicarakan? Apa kamu tahu berapa banyak uang yang sudah Ibu dapatkan dalam beberapa jam ini? Sudah hampir 40 miliar! Aku, ibumu ini, malam ini akan kaya raya! Hahahaha…"     

Maureen jarang melihat Lianny begitu bahagia. Dia tahu ibunya berjudi dengan gembira, meski tidak bisa naik kereta emas.     

"Baiklah. Karena Ibu sudah mendapatkan uang, mainlah baik-baik. Besok pagi aku akan mencari Ibu."     

Setelah menutup telepon, Maureen berkata pada Sean, "Ibu tidak akan datang untuk makan malam malam. Dia sedang bermain kartu di kasino."     

Sean mengangguk. "Kasino mana? Entah mau kalah berapa banyak, biar aku yang membayarnya. Aku akan menyuruh orang membayar untuknya."     

Maureen tersenyum dan berkata, "Tidak perlu. Hari ini dia sedang beruntung dan sudah mendapatkan 40 miliar."     

Sean terkejut. Apa jangan-jangan ibu mertuanya masih merupakan penerus Dewa Judi?     

Sebentar lagi waktunya makan malam.     

Keluarga Yuwono tidak memiliki persyaratan tinggi untuk sarapan dan makan siang. Makan malam adalah yang terpenting dan yang paling bergizi. Setiap orang di keluarga harus datang untuk makan. Meja makan penuh dengan makanan, termasuk makanan Barat, makanan Indonesia, dan makanan Jepang.     

Hari ini, selain para pelayan, ada satu orang lagi yang bertugas menyajikan hidangan, yaitu Giana Wangsa. Giana mengenakan pakaian pelayan keluarga Yuwono. Karena keluarga Yuwono memiliki hubungan yang baik dengan Chanel, pakaian pelayan juga dirancang dan dibuat oleh desainer Chanel terkenal.     

Awalnya ini hanyalah pakaian pelayan biasa. Namun, setelah Giana memakainya, dua pria dewasa, Tian dan Sean, tercengang ketika melihatnya.     

Ya Tuhan. Pakaian pelayan keluarga Yuwono ternyata begitu menggoda!     

Giana mengenakan celemek putih kecil di bagian atas tubuhnya dan pita putih tipis yang diikatkan di pinggangnya, membuat orang ingin melepaskannya. Bagian bawah tubuhnya mengenakan rok hitam. Roknya tidak panjang atau pendek, tapi dapat dengan sempurna menunjukkan kaki putih dan lembut Giana. Selain itu, Giana memiliki aura yang polos dan elegan. Ketika mengenakan pakaian pelayan ini, benar-benar mematikan!     

Glek…     

Tian tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan air liurnya.     

Sean menghadapi mantan istrinya tanpa menelan air liurnya, tetapi ingat beberapa adegan menyenangkan mereka sebelumnya. Ketika mereka masih suami-istri, setelah menikah kembali, Giana pernah mengenakan pakaian pelayan yang serupa…     

Mata Giana seperti sutra. Dia melihat Sean sambil mengerutkan bibirnya dari waktu ke waktu, seolah-olah ingin mengingatkan Sean pada kenangan indah mereka berdua di masa lalu.     

Wanita ini benar-benar mematikan…     

Sean menjadi emosional ketika memandang Giana, wanita yang sudah berselingkuh dan mengkhianatinya. Awalnya Sean mengira dirinya akan muntah jika melihat Giana lagi, tetapi tidak disangka-sangka pesona wanita ini sudah mencapai tingkatan ini.     

Giana sangat cantik! Dasar Kakak Kedua bajingan!     

Ketika merasa masih tidak ada cara untuk sepenuhnya melupakan dan membenci Giana, Sean sekali lagi menyalahkan Juan yang menyatukan hubungan naas ini.     

"Tuan Muda Ketiga, Nona Muda Ketiga, ini sepasang ikan osmanthus tim yang disiapkan khusus untuk kalian, yang artinya adalah saling mendukung di masa sulit."     

Giana, yang mengenakan pakaian pelayan, membawa piring ke depan Sean. Sean pun mencium parfum yang sudah dikenalnya, yang sudah diciumnya selama tiga tahun.     

"Ya." Sean mengangguk datar.     

Giana berdiri di tempatnya dan bertanya pada Sean sambil mengedipkan mata, "Tuan, apa Anda puas dengan pelayanan saya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.