Ingin Kukatakan Sesuatu

Giana Datang ke Inggris!



Giana Datang ke Inggris!

0Terakhir kali Tian datang untuk menghadiri pernikahan Sean, dia menyelidiki Maureen dan mengatakan bahwa Maureen adalah wanita yang jahat dan sudah berselingkuh dengan pria lain. Kejadian ini hampir menyebabkan Sean dan Maureen bercerai. Jelas, setelah mengalami pengkhianatan yang dilakukan oleh Giana, Sean sangat sensitif terhadap hal-hal seperti itu!     
0

Sean tersenyum dan membalas, "Bagaimana mungkin? Kak, Kakak begitu juga demi aku."     

Sean tahu Tian sama-sama sudah tertipu oleh Juan, seperti dirinya.     

Tian bersulang dengan Sean, lalu menunjuk Maureen yang sedang bernyanyi, dan berkata pada Sean, "Maureen gadis yang baik, cantik, pandai bernyanyi, dan yang terpenting, dia begitu mencintaimu dengan sepenuh hati. Kamu harus menghargainya baik-baik. Paham?"     

Sean mengangguk. "Ya, pasti."     

Maureen menyanyikan dua lagu berturut-turut, tetapi tidak lama kemudian, dia merasa tidak enak badan dan ingin muntah. Akhirnya Sean membawanya ke kamar mandi, lalu menggendongnya kembali ke kamar dan membiarkannya beristirahat.     

Di ruang makan, Charles turut bangkit dan pergi. Sementara, Tian dan Yumi juga kembali ke kamar mereka untuk beristirahat. Tepat ketika bibi Sean juga berdiri dan hendak pergi, Martin berinisiatif mengejarnya. Dia gugup dan wajahnya memerah, seperti anak laki-laki berusia tujuh delapan belas tahun.     

"Nona…"     

"Tuan Martin, ada perlu apa?"     

"Nona, sudah lebih dari 20 tahun saya tidak bertemu dengan Anda. Anda masih sangat cantik. Bo… Bolehkah saya mengobrol empat mata dengan Anda?"     

———     

Setelah melihat Maureen tertidur, Sean pergi ke kamar kakeknya.     

"Kakek."     

Pada saat ini, Charles sama sekali belum tidur karena dia sudah menebak Sean akan datang mencarinya di kamarnya.     

Sean bertanya, "Kakek, apa pendapat Kakek tentang Maureen?"     

Charles tersenyum dan menjawab, "Gadis yang sangat baik. Hanya saja, Kakek tahu bahwa di hatimu, wanita yang paling kamu cintai bukanlah dia, melainkan Chintia Yandra, kan?"     

Sean menghela napas dan berkata, "Benar. Kakek, sekarang aku ingin segera menyelesaikan tugas pelatihan pengalaman keluarga agar aku bisa segera mencari tahu kenapa dulu keluarga kita menangkap ayah Chintia. Aku ingin segera bertemu Chintia. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Dulu aku menikah dengan Maureen karena ingin mencari tahu keberadaan Chintia!"     

Sean mengakui bahwa dia sendiri sudah jatuh cinta pada Maureen, tetapi yang paling berkesan di hatinya tetaplah Chintia. Chintia sudah menemani Sean melalui hari-hari tersulit dalam hidupnya.     

"Kakek, sekarang aku sudah menyelesaikan pelatihan bisnisku. Apa ada pelatihan lainnya lagi?" tanya Sean.     

Charles berkata, "Nak, kamu baru saja pulang. Beberapa hari lagi, Kakek akan memberitahu tugasmu yang selanjutnya. Dalam beberapa hari ini, kamu bawa Maureen untuk jalan-jalan di sini dulu saja dan temani ibumu. Kakek takut kalau memberimu tugas sekarang, besok kamu akan langsung pergi."     

Sean mengangguk. "Baiklah. Kalau begitu, Kakek segera istirahat. Aku kembali ke kamar dulu."     

———     

Keesokan paginya, Maureen bangun dengan pandangan yang kabur.     

Sean sudah bangun sejak tadi. Dia tersenyum sambil menatap Maureen dan bertanya, "Kakak Yang Mulia Ratu, sudah bangun?"     

Maureen mengusap-usap matanya dan tampak bingung. "Hah? Siapa Kakak Yang Mulia Ratu?"     

"Tentu saja kamu!" jawab Sean, "Suaramu nyanyianmu begitu bagus."     

Maureen terkejut. "Tadi malam aku menyanyi?"     

Maureen jelas sudah mabuk dan lupa apa yang terjadi tadi malam.     

Sean tersenyum dan menjawab lagi, "Ya. Kamu bahkan menyanyikan lagu Korea sambil menari. Kamu bahkan menarik kakekku untuk ikut menari. Entah itu menari telanjang atau menari tiang, aku tidak bisa menghentikanmu. Sayang, aku tidak menyangka kamu memiliki sisi yang begitu bergairah!"     

Maureen benar-benar tercengang. Dia tidak tahu entah perkataan Sean sungguh-sungguh atau hanya bercanda. Dia buru-buru naik ke tempat tidur dan tidak berani bertemu siapa pun.     

"Ahhh! Aku malu sekali! Aku mau mengakhiri hidupku saja! Aku tidak ingin hidup lagi! Aku tidak punya muka untuk bertemu keluargamu lagi!"     

Selama ini Maureen selalu menjadi wanita yang bermartabat dan sopan. Ini pertama kalinya dia datang ke rumah keluarga suaminya, tapi dia malah melakukan hal seperti itu. Dia benar-benar memiliki pikiran untuk mengakhiri hidupnya.     

Sean tersenyum dan menghibur, "Bodoh, aku berbohong padamu. Kamu hanya menyanyikan dua lagu saja dan tidak menari. Suaramu sangat merdu. Aku bahkan merekamnya. Kamu mau lihat, tidak?"     

"Tidak, tidak!" teriak Maureen sambil bersembunyi di balik selimut.     

Sean menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tahu Maureen tidak akan berani bertemu orang untuk sementara waktu.     

Sampai saat makan siang, barulah Maureen muncul. Dia benar-benar bersikap anggun dan tidak meminum setetes pun alkohol.     

Di sore hari, Sean membawa Maureen berkeliling kastil. Ketika keduanya keluar dari kastil dan sedang mengagumi kebun yang indah, telepon Sean berdering.     

"Giana?"     

Begitu melihat layar ponsel, Sean mendapati itu telepon dari Giana. Dia tidak ingin suasana hatinya rusak karena Giana, jadi dia tidak mengangkatnya. Namun, Giana terus menelepon lagi dan lagi. Sean pun akhirnya tidak punya pilihan selain menjawab telepon.     

"Ada apa?" ​​tanya Sean dengan nada yang dingin.     

Giana langsung bertanya, "Sean, di mana rumahmu?"     

"Untuk apa kamu menanyakan hal ini?" balas Sean.     

"Aku sudah tiba di Inggris. Sekarang aku ada di Trafalgar Square. Aku mau pergi ke rumahmu, jadi jemput aku, ya?" pinta Giana.     

Sean terdiam beberapa saat. Dia tidak menyangka Giana bahkan mengikutinya sampai ke Inggris. Dia menggerutu dalam hati, Sekarang dia sudah bukan istrku, jadi untuk apa dia kemari?!     

Sean menjawab dengan terang-terangan, "Kamu mau apa, Giana? Kenapa aku harus menjemputmu dan membawamu ke rumahku? Sadarlah! Sekarang kamu bukan istriku! Kita sudah bercerai!"     

Sean memang berjanji pada Giana bahwa ketika pergi ke Inggris, dia akan membawanya ke kastil untuk bertemu dengan kakek Sean. Namun, itu karena waktu itu Sean masih mencintai Giana. Sekarang Sean sudah memiliki pengalaman bersama Chintia dan Maureen, jadi cintanya untuk Giana telah lama menghilang.     

"Pokoknya aku tetap mau ke sana! Kalau kamu tidak datang, aku akan terus menunggumu di Town Square dan tidak akan ke mana-mana!" Giana memaksa.     

Sean terkekeh. "Terserah padamu. Tunggu saja sesuka hatimu."     

"Aku tidak datang sendiri! Aku datang bersama anak kita. Sekarang anak kita ada di sebelahku. Meski kamu tidak mengkhawatirkanku, harusnya setidaknya kamu peduli pada darah dagingmu, kan?" Giana bersikeras.     

Sean sangat marah, "Giana, Birama masih begitu kecil. Bukannya menjaga anak baik-baik di rumah, kamu malah membawanya ke luar negeri!"     

"Pokoknya aku sudah datang membawa anak kita. Aku ingin bertemu dengan kakekmu, jadi cepat jemput aku," tukas Giana.     

Pada saat ini, Maureen yang mengenakan gaun bunga dan melihat Sean marah pun bertanya dengan suara pelan, "Sayang, ada apa?"     

Sean menyalakan mode diam pada ponselnya dan memberi tahu Maureen, "Giana. Dia datang membawa Birama ke Inggris."     

"Hah?" Maureen sontak terkejut.     

"Begini juga bagus. Awalnya keluarga Yuwono berencana untuk mengambil Birama," kata Sean, "Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan Giana datang mengganggu kita."     

Setelah berbicara dengan Maureen, Sean mengangkat telepon lagi dan berkata pada Giana, "Oke, tunggu di Town Square. Aku akan mengirim seseorang ke sana."     

Giana sangat gembira. "Sean, aku ingin kamu mengirim kereta emas yang kamu dan Maureen naiki kemarin untuk menjemputku. Aku ingin naik kereta emas!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.