Ingin Kukatakan Sesuatu

Bertemu Tetua!



Bertemu Tetua!

0Sean membawa Maureen ke ruang makan Kastil Cinta keluarga Yuwono.     
0

Ruang makan ini sangat besar dan sangat terbuka, terlebih dengan pencahayaannya yang sangat istimewa. Dari kejauhan, ruang makan ini tampak seperti layar film yang berfilter. Lampu di ruang makan ini juga sangat unik. Gayanya terlihat seperti lampu kastil zaman dulu. Setelah melihat lebih dekat, ternyata itu adalah lampu yang sangat canggih. Meja makannya juga sangat besar.     

Kakek, ibu, kakak tertua, kakak ipar perempuan, dan bibi Sean serta Martin dan Sisi duduk di meja makan. Sementara, makanan yang ada di atas meja juga memesona. Semuanya penuh warna dan rasa. Di era ini, meskipun orang-orang yang bisa tinggal di kastil ini bukan pangeran dan putri, mereka pasti menikmati perlakuan seperti pangeran dan putri.     

Begitu melihat Sean, Charles bangkit dari tempat duduknya dengan gembira dan menghampiri Sean dengan penuh semangat. Charles menepuk tubuh Sean dengan kedua tangannya tanpa henti dan bertanya dengan khawatir, "Sean, matamu baik-baik saja?"     

"Tidak apa-apa, Kakek," jawab Sean.     

Charles menghela napas. "Nak, kamu belum pulang selama lebih dari tiga tahun. Selama tiga tahun ini, kamu sudah menderita di luar sana. Tapi, Kakek percaya, kamu pasti juga jadi dewasa."     

Sean tersenyum dan mengangguk, lalu berjalan ke ibunya dan memeluknya. "Bu."     

Ibu Sean adalah wanita yang sangat anggun dan mengenakan pakaian yang elegan. Dia menepuk bahu Sean dan berkata, "Ibu begitu merindukanmu."     

Menurut aturan keluarga Yuwono, orang tua tidak diizinkan untuk bertemu putra mereka secara diam-diam selama pelatihan putranya di luar negeri. Jadi, ibu Sean juga sudah tidak bertemu dengannya selama tiga tahun lebih.     

Setelah memeluk ibunya sebentar, Sean menyapa Tian dan Yumi juga, "Kakak, Kakak Ipar."     

Tian memandang Sean dan tersenyum bahagia. "Adikku, selamat datang kembali di rumah. Kamu sudah menyelesaikan pelatihan pengalaman bisnismu dengan sangat indah!"     

"Terima kasih."     

Sean menatap bibinya, "Bibi, Bibi juga di sini rupanya!"     

Bibi Sean adalah wanita yang merawat dirinya dengan baik dan mengenakan barang-barang mahal. Dia tersenyum dan berkata, "Hari ini kamu pulang, di hari yang begitu penting seperti ini. Tentu saja Bibi harus datang untuk bertemu denganmu!"     

Sean tersenyum dan memperkenalkan Maureen pada keluarganya, "Kakek, Bu, Bibi, izinkan aku memperkenalkan pada kalian. Ini Maureen Susetia, istriku."     

Pada saat ini, Maureen begitu gugup. Dia tiba di ruang makan mewah dan klasik ini, juga melihat keluarga Sean yang semuanya anggun dan mewah. Cara berpakaian mereka yang terlihat sangat mewah membuat Maureen semakin gugup.     

Maureen buru-buru membungkuk hormat pada keluarga Sean dan menyapa, "Halo, Kakek. Halo, Ibu. Halo, Bibi, Kakak, Kakak Ipar."     

Ketika melihat Maureen yang gugup, Charles tersenyum dan berkata, "Maureen, kita semua keluarga. Tidak perlu kaku begitu. Ayo duduk dan makan."     

"Iya, Maureen. Kakek dan Ibu sangat santai. Paman bilang tadi di Bar, kalian juga sudah minum alkohol? Ayo kita minum bersama," kata Tian.     

Martin merasa canggung dan segera mengomeli Maureen, "Maureen! Kamu sangat keterlaluan! Hari ini pertama kalinya kamu datang untuk bertemu keluarga suamimu, tapi bisa-bisanya kamu keluar bersama teman kuliahmu untuk minum-minum! Tidak mengerti prioritas! Sebenarnya mana yang lebih penting? Teman-teman kuliahmu atau kakekmu?! Anak perempuan datang dengan tubuh berbau alkohol, sangat keterlaluan! Cepat minta maaf!"     

Ketika ibu Sean melihat ini, dia bergegas menghampiri Maureen dan memegang tangannya dengan lembut, lalu berkata, "Nak, tidak perlu minta maaf. Kita keluarga sendiri. Kalau kamu meminta maaf, bukankah terlalu seperti orang luar? Kita satu keluarga. Mana perlu memedulikan hal seperti ini, kan?"     

Charles menimpali, "Ya, Martin. Semua wanita di keluarga Yuwono kami minum alkohol. Ini bukan masalah besar. Ayo, Maureen, duduklah. Beri tahu Kakek, kamu ingin makan apa? Kakek akan memberi tahu orang di dapur untuk masak lagi."     

Sean membawa Maureen untuk duduk. Ketika melihat makanan mewah di meja makan, dia berkata, "Tidak perlu repot-repot. Di sini ada begitu banyak hidangan. Saya saja tidak tahu harus makan yang mana."     

Ketika melihat Maureen duduk, Martin segera berkata lagi, "Maureen, kamu masih saja berpikir untuk makan? Tidak sopan! Cepat tuangkan anggur untuk kakek, ibu, bibi, kakak, dan kakak iparmu!"     

"Oh."     

Maureen segera bangkit dan menghampiri Charles untuk menuangkan anggur.     

Sean berkata pada Martin, "Ayah, Ayah tidak perlu begitu. Keluarga saya sangat santai. Kami tidak memiliki begitu banyak aturan seperti itu."     

Sean tahu bahwa Martin tidak pernah memarahi Maureen seperti ini di rumah dan jarang berbicara. Hal-hal seperti ini kebanyakan diucapkan oleh Lianny. Bisa dilihat bahwa ayah mertuanya ini juga agak gugup ketika datang ke rumah Sean.     

Maureen sangat patuh dan menuangkan anggur untuk kakek, ibu, bibi, kakak dan kakak iparnya.     

Bibi Sean terus menatap Maureen dan memujinya, "Namamu Maureen, kan? Benar-benar bagus. Wajahnya cantik dan perilakunya juga anggun. Tuan Martin, Anda sudah membesarkan putri Anda dengan baik."     

Ketika Martin mendengar pujian bibi Sean, wajahnya menjadi sedikit memerah. Dia mengangkat gelasnya dan berkata dengan penuh semangat, "Anda terlalu memuji. Mana pantas saya mendapatkan pujian Anda ini? Saya… saya akan bersulang untuk Anda. Terima kasih, terima kasih."     

Setelah itu, Martin langsung meneguk habis anggurnya. Ketika melihat ini, Sean sontak terkejut.     

Sinting! Ada apa dengan ayah mertuaku hari ini? Apapun yang dilakukannya begitu menggebu-gebu. Dia bahkan langsung menghabiskan segelas anggurnya.     

Sean mengamati pandangan Martin dengan saksama pada nibinya. Dia mendapati bahwa ketika Martin melihat bibinya, ekspresinya jelas berbeda dari yang lain. Sean pun tersenyum dan akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi.     

Pantas saja Martin memohon padaku untuk membawanya. Ternyata dia ingin bertemu bibiku.     

Sean bisa melihat bahwa Martin tertarik pada bibi Sean.     

Dulu keluarga Susetia bermaksud menjodohkan Martin dan bibi Sean. Untung saja hubungan keduanya tidak berhasil. Jika tidak, tidak akan ada Maureen.     

Ketika Maureen melihat ayahnya meneguk seluruh anggurnya, dia mengira ayahnya sedang memberikan contoh agar dirinya juga berbuat seperti itu. Jadi, Maureen juga berdiri dengan segelas alkohol dan berkata, "Kakek, Ibu, Bibi, Kakak, Kakak Ipar, maaf atas hari ini. Saya sudah tidak sopan dengan datang terlambat. Saya akan meminum segelas alkohol ini sebagai hukumannya."     

Maureen meminum segelas anggur putih sekaligus. Tian tertawa dan bertepuk tangan.     

"Seperti yang diharapkan, wanita kota! Boleh juga, boleh juga."     

Setelah Maureen duduk, Sean menarik tangan Maureen dan berbisik, "Sayang, hari ini kamu benar-benar garang, ya? Tadi kamu sudah minum anggur, lalu sekarang minum anggur lagi. Pelan-pelan saja. Malam ini aku masih berencana untuk berhubungan seks denganmu!"     

Maureen benar-benar agak pusing. "Sayang, kalau nanti aku mabuk, kamu harus menjagaku. Jangan sampai aku mempermalukan diriku sendiri."     

Sean sangat penasaran. Itu karena dia belum pernah melihat Maureen mabuk sebelumnya. Setelah minum dengannya beberapa kali, dia mendapati bahwa toleransi alkohol Maureen termasuk cukup baik.     

Sean bertanya penasaran, "Sayang, kalau kamu mabuk, biasanya apa yang suka kamu lakukan?"     

Maureen menjawab, "Bernyanyi…"     

Sean terkejut. Dia segera menjentikkan jarinya dan menyuruh seorang pelayan untuk datang, dan berkata, "Siapkan mikrofon."     

"...???" Maureen bertanya-tanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.