Ingin Kukatakan Sesuatu

Kastil Cinta Keluarga Yuwono!



Kastil Cinta Keluarga Yuwono!

0Selama ini, Giana sangat rendah hati di depan Marvin dan selalu berusaha mendapatkan hati Marvin. Namun, sekarang justru Giana memarahi Marvin seperti ini.     
0

Marvin jadi ikut marah, "Giana, kamu gila?! Beraninya kamu berbicara padaku dengan sikap seperti itu! Bahkan kamu melemparkan barang padaku! Sebenarnya kamu masih ingin jadi istriku atau tidak? Hah?!"     

"Aku tidak ingin menjadi istri keduamu! Aku ingin menjadi menantu keluarga Yuwono! Aku ingin menaiki kereta emas! Aku ingin menjadi Ratu Bar Inggris!" Giana bersikeras.     

Marvin meraih pakaian dalam yang dilemparkan Giana, lalu mengamuk, "Memang kamu layak naik kereta emas Ratu Inggris? Berkacalah! Lihat apa kamu layak atau tidak!"     

Giana berkata dengan percaya diri, "Setiap hari aku berkaca! Aku sangat cantik! Aku tidak lebih buruk sedikit pun dari Maureen! Selain itu, aku sudah melahirkan seorang putra untuk Sean, sedangkan Maureen hanya melahirkan seorang putri! Aku harus pergi ke Inggris untuk bertemu kakek Sean dan mendiskusikannya!"     

Giana menutup koper dan berkata, "Besok pagi aku akan membawa putra Sean ke Inggris, jadi kamu saja yang merawat putri kita dulu!"     

Setelah mengatakannya, Giana meninggalkan kamar Marvin begitu saja.     

"Kamu…! Dasar jalang! Kembali! Kamu tidak diizinkan pergi ke Inggris mencari Sean! Kamu milikku!"     

Marvin selalu menganggap Giana sebagai wanita murahan, tetapi ketika dia hendak pergi, Marvin sangat tidak rela. Bisa dilihat bahwa Giana memang sangat menarik dan bisa membuat pria manapun tergoda.     

———     

Pada saat ini, Sean dan Maureen masih berada di dalam kereta emas dan menerima pemujaan semua orang di jalanan London, Inggris.     

Setelah berpisah dari teman-teman sekelasnya, Maureen bertanya, "Sayang, sekarang kita mau ke mana? Kita akan pergi ke hotel?"     

Sean menatap malam yang semakin indah di depannya dan menjawab, "Tentu saja kita tidak pergi ke hotel. Kita pergi ke rumah kita untuk bertemu Kakek. Sekarang Ayahmu juga masih makan dengan Kakek."     

Maureen sontak gugup. "Aduh. Malam ini langsung bertemu Kakek? Jangan…! Aku sudah minum banyak. Jika bertemu Kakek seperti ini, Kakek pasti akan merasa aku bukan anak perempuan yang baik. Sayang, aku gugup dan takut. Kita ke sana besok pagi saja, ya?"     

Sean tersenyum. "Cucu menantu yang jelek saja tetap harus bertemu dengan kakek mertuanya, apalagi kamu yang begitu cantik seperti ini! Apa yang kamu takutkan? Kakekku sangat baik dan berpikiran terbuka. Tidak masalah sedikit minum. Adik-adik perempuanku juga bisa minum."     

Budaya minum anggur di Indonesia dan di luar negeri tidak sama. Anak perempuan yang minum alkohol di Indonesia kemungkinan besar bukan anak perempuan baik-baik. Tapi, di luar negeri, ini hal yang sangat umum.     

Maureen menjadi semakin gugup, meski malam yang ada di depan matanya menjadi semakin indah.     

Suara dengus kuda kereta emas melengking dan mereka pun tiba di area dengan perumahan orang kaya dengan privasi yang sangat ketat. Di sini tidak ada begitu banyak orang yang lewat.     

Keduanya tiba di taman hijau dengan pemandangan alam yang sangat indah. Maureen pun melihat sekeliling dengan gembira dan berkata, "Sayang, apa kakekmu tinggal di sini? Lingkungannya sangat indah!"     

"Kita belum sampai. Kita masih harus melewati bukit Primrose, lalu di depan sana ada sebuah kastil. Kakekku tinggal di dalam kastil itu," kata Sean.     

"Kastil?" Maureen tak sabar melihat kastil seperti apa yang ditinggali suaminya.     

Karena ini pertama kalinya Maureen datang ke sini, dan juga menggunakan kereta kuda, Sean pun menyuruh pendamping kuda untuk memelankan kecepatan selama perjalanan sehingga Maureen bisa melihat pemandangan. Pemandangan di sepanjang jalan begitu indah sehingga Maureen selalu terpukau dan terus memotret dengan ponselnya.     

Tak lama kemudian, mereka tiba di suatu tempat. Tiba-tiba Maureen berkata, "Tidak ada sinyal."     

Sean berkata, "Kita sudah sampai. Lihat kastil yang ada di depanmu. Itu kastil tercinta keluarga Yuwono kami."     

Maureen melihat ke depan dan memang benar, ada kastil berwarna terang yang megah!     

"Wow! Kastil yang sangat indah! Apakah ini yang disebut Kastil Cinta keluarga Yuwono?" tanya Maureen.     

Sean tersenyum dan balik bertanya, "Kalau tidak, kamu kira yang mana?"     

Maureen segera merasa malu. "Menyebalkan!"     

Sean memegang tangan Maureen dan berkata, "Ayo turun. Kita jalan ke sana."     

"Hm. Hm."     

Sean dan Maureen berpegangan tangan dan berjalan berdampingan dengan gembira di bawah langit berbintang, menginjak bayangan mereka sendiri.     

Kastil di depan Sean adalah rumah yang sangat dikenalnya. Namun, saat ini dia justru tiba-tiba memikirkan seseorang. Chintia Yandra! Wajah cantik Chintia tiba-tiba terlintas di benak Sean.     

Aku kira wanita yang aku bawa kemari adalah Chintia…     

Sebenarnya Sean sudah pernah membayangkan membawa seorang wanita ke rumahnya. Awalnya dia mengira akan membawa Giana, kemudian dia mengira akan membawa Chintia. Namun, mau bagaimanapun juga, Sean tidak pernah membayangkan bahwa wanita yang pertama kali dibawanya ke rumah ternyata adalah Maureen.     

Tak perlu dikatakan lagi. Giana sudah mengecewakan Sean, jadi dia tidak layak memasuki Kastil Cinta keluarga Yuwono! Namun, Chintia…     

Chintia, kamu tahu, tidak, seberapa inginnya aku membawamu kemari dan melihat rumahku?     

Sean memegang tangan Maureen dengan perasaan yang sangat sedih.     

Tiba-tiba, Maureen berteriak, "Ah! Di sana ada orang!"     

Ada seseorang di pinggir taman.     

Sean menyapa wanita itu sambil tersenyum, "Hai."     

Wanita itu tersenyum hormat dan membungkuk pada Sean dan Maureen.     

Sean memperkenalkan, "Itu tukang kebun keluarga Yuwono kami. Di luar kastil, ada taman dan hutan buah."     

Melihat bunga berwarna merah dan kuning, Maureen sontak melangkah maju untuk melihat lebih dekat.     

"Wow! Bunga yang begitu indah! Aku belum pernah melihatnya. Apa namanya? Aku juga belum pernah melihat hutan buah. Apa semuanya bisa dimakan?"     

Sean tersenyum. "Tidak perlu terburu-buru. Kita masih punya banyak waktu. Besok pagi aku akan menjelaskannya lagi padamu."     

Akhirnya setelah melewati kebun dan hutan buah, keduanya memasuki kastil. Ada dua tentara kerajaan yang menjaga gerbang kastil.     

"Hormat!"     

Begitu Sean dan Maureen datang, mereka memberi hormat. Maureen mengangguk sambil tersenyum, lalu berjalan dengan gugup.     

"Sayang, bagaimana ini? Aku sangat gugup. Kenapa di rumahmu juga ada tentara kerajaan? Ratu Inggris tidak mungkin ada di dalam kastil, kan?"     

Sean memegang tangan Maureen dengan erat dan mempercepat langkahnya. Dia harus lebih cepat mempertemukan Maureen dengan keluarganya. Jika tidak, Maureen akan membuat dirinya gugup setengah mati.     

Begitu memasuki kastil, Maureen semakin tercengang dengan suasana yang begitu megah. Dia belum pernah melihat kastil yang begitu megah dan mewah seperti ini.     

Maureen sontak keheranan. "Ternyata di Inggris ada kastil yang begitu mewah seperti ini? Kenapa aku tidak pernah mendengarnya?"     

Sean menjelaskan, "Kastil Cinta keluarga Yuwono tidak bisa ditemukan di internet dan tidak bisa dicari dengan Google Maps. Hanya beberapa orang saja yang tahu keberadaan kastil ini."     

Sean menarik Maureen ke ruang makan yang sebesar rumahnya.     

"Kakek, aku membawa istriku kembali!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.