Ingin Kukatakan Sesuatu

Louis, Bastian, dan Jacob!



Louis, Bastian, dan Jacob!

0Sean berpikir dengan hati-hati. Dia menyadari mungkin sesuatu telah terjadi pada Maureen di Churchill Bar, jadi dia bertanya, "Maureen, apa terjadi sesuatu di bar? Katakan yang sejujurnya padaku. Tidak masalah. Aku juga pemegang saham utama grup bar. Aku juga berhak tahu."     
0

Maureen sendiri merasa Churchill Bar benar-benar milik keluarga Yuwono, jadi dia perlu melaporkan masalah ini pada Sean.     

"Aku sudah mengungkapkan identitasku kepada pelayan di sini. Aku juga sudah mengatakan bahwa aku pemilik Green King Bar Group, tapi mereka tidak mengenalku atau perusahaan grup bar kita."     

Ketika mendengarnya, Sean langsung bingung.     

"Apa? Ternyata terjadi masalah semacam itu? Kamu tunggu sebentar." Sean meletakkan telepon, menutup gagang telepon dengan tangannya, dan bertanya pada Pengurus Fairus di kursi penumpang bagian depan, "Pengurus Fairus, apa Churchill Bar milik keluarga Yuwono kita?"     

Pengurus Fang mengangguk. "Tentu saja, Tuan Muda."     

Sean mengangkat telepon lagi dan berkata pada Maureen, "Biar aku yang mengurus masalah ini. Kamu tunggu aku di bar. Aku ke sana sekarang juga."     

Ketika Sean menutup telepon dan melihat ekspresinya tidak baik, Martin segera bertanya dengan khawatir, "Ada apa, Sean? Apakah sesuatu terjadi pada Maureen di bar?"     

Sean tersenyum. Dia tahu Martin mengkhawatirkan putrinya. Bagaimanapun juga, sangat tidak aman bagi seorang anak gadis pergi ke bar di luar negeri.     

"Tidak apa-apa, Ayah. Pelayan di sana tidak mengenali Maureen, jadi saya akan langsung ke sana," kata Sean, "Sopir, hentikan mobinya. Aku akan turun di sini."     

Pengurus Fairus bertanya, "Tuan Muda, Anda ingin saya membantu Anda menangani masalah ini?"     

"Tidak perlu. Antar saja ayah mertua dan putriku bertemu Kakek. Aku akan mencari Louis," jawab Sean.     

Ketika mendengar nama 'Louis', Pengurus Fairus tersenyum. "Benar juga. Anda sudah kembali ke Inggris, jadi Anda bisa menyuruh Louis untuk membantu Anda."     

Louis seorang yang gagah berani dan diutus keluarga Yuwono untuk Sean. Meski hanya seorang diri, dia juga bisa menghadapi sekelompok pasukan.     

Agar ketiga cucunya yakni Tian, Juan, dan Sean berhasil mewarisi bisnis besar keluarga Yuwono, Charles menugaskan tiga pria gagah berani masing-masing untuk ketiga cucunya. Mereka adalah Louis, Bastian, dan Jacob. Louis mengikuti Sean, Bastian mengikuti Tian, dan Jacob mengikuti Juan.     

Keluarga Yuwono tidak hanya membiarkan Tian, Juan, dan Sean menjalani berbagai pelatihan pengalaman, tetapi juga melakukan berbagai pelatihan pengalaman kejam pada Louis, Bastian, dan Jacob, sejak kecil.     

Pada awalnya Louis, Bastian, dan Jacob tidak langsung ditunjuk. Untuk menemukan bakat yang mampu membantu tiga tuan muda ini, Charles memilih dan melatih dari ratusan orang. Setelah lebih dari sepuluh tahun pelatihan dan pengalaman, pilihan akhirnya jatuh pada Louis, Bastian dan Jacob.     

Sean dan kedua kakaknya sudah menjalani pelatihan medan perang. Louis, Bastian, dan Jacob sudah mengalami lebih banyak pelatihan pengalaman medan perang. Sean dan kedua kakaknya sudah menjalani pelatihan pengalaman bisnis. Sedangkan Louis, Bastian, dan Jacob sudah lebih dulu menjalani pelatihan pengalaman bisnis serta berkutat di dunia bisnis selama bertahun-tahun!     

Pada kenyataannya, jika hanya berdasarkan kemampuan pribadi, koneksi, dan lain sebagainya, Sean dan kakak-kakaknya tidak lebih hebat dari ketiga orang yang membantu mereka ini. Namun, tidak peduli seberapa hebat ketiga orang ini, mereka tetaplah pelayan Sean dan kakak-kakaknya.     

Ketika teringat akan Louis, Sean tersenyum. Orang ini benar-benar baik. Dialah yang paling hebat dari tiga orang yang membantu ketiga tuan muda keluarga Yuwono. Dia bahkan lebih dari Bastian dan Jacob.     

"Jika Kakek mengizinkanku memanggil Louis ke Indonesia, aku tidak akan menderita sampai seperti ini!"     

Charles menetapkan bahwa selama pelatihan pengalaman Sean di Indonesia, dia tidak boleh menghubungi dan meminta bantuan Louis karena Louis terlalu kuat, baik dari segi kekuatan pribadi maupun kekuasaan yang dimilikinya. Pada dasarnya, hal-hal kecil yang Sean temui, dapat diselesaikannya dalam hitungan menit.     

Sekarang Sean berada di Inggris, jadi dia bisa menghubungi Louis. Dia pun langsung menghubungi Louis.     

"Louis, apa keadaanmu baik-baik saja?"     

Sean menanyakan keadaan si pria tua ini dengan senang hati. Sebenarnya Louis tidak terlalu tua. Dia baru berusia 32 tahun.     

"Your honor! (Yang Mulia!)"     

Suara pria yang ada di telepon itu terdengar gagah. Itu Louis Jinarto!     

"Panggil Kakak!" kata Sean.     

Louis menyahut, "Tuan!"     

"Sial. Kamu masih saja menolak memanggilku Kakak!" protes Sean.     

Sudah bertahun-tahun Sean ingin Louis memanggilnya Kakak. Sayangnya, dia tidak pernah berhasil.     

"Tuan, apakah Anda sudah kembali?" tanya Louis.     

Sean tersenyum dan menjawab, "Benar! Kalau belum kembali, apa aku bisa menghubungimu?"     

"Tuan, ada perintah apa?" tanya Louis lagi.     

"Sebenarnya bukan masalah besar. Tolong temukan orang yang bertanggung jawab atas Churchill Bar. Suruh dia pergi ke Churchill Bar untuk segera menemuiku."     

"Baik!" jawab Louis, "Apa ada instruksi lain?"     

"Sementara ini belum ada. Bersiaplah kapan saja!"     

"Baik!" sahut Louis.     

Sean menutup telepon dan segera memanggil taksi, lalu bergegas ke Churchill Bar.     

Ketika tiba di bar, Sean melihat Maureen dan teman-temannya sedang duduk dan minum di bar. Begitu melihat Sean datang, Jingga segera tersenyum munafik.     

"Wow! Suami sayangku! Silakan duduk. Kak Sean yang tampan, kamu ingin menemani kami minum? Tadi kami memesan empat botol minuman paling mahal di sini. Jangan sampai disia-siakan."     

Ketika Jingga bertemu Sean lagi, dia sama antusiasnya seperti sebelumnya, seperti tuan rumah yang menjamu tamu. Sementara ketika Mega dan Belinda bertemu Sean lagi, mereka justru tampak meremehkan, menghina, dan mengabaikannya sama sekali.     

Setelah Jingga menyapa Sean dan menyuruhnya duduk, dia bahkan berinisiatif menuangkan segelas anggur untuk Sean sambil merokok, lalu berkata sambil tersenyum, "Aduh, Presdir Sean, suasana di bar milikmu dan Maureen ini benar-benar bagus. Berkatmu, kami bisa minum anggur gratis hari ini. Ayo kita bersulang untuk Presdir Sean, ya?"     

Mega dan Belinda tertawa mencibir dan tidak bermaksud mengangkat gelas mereka.     

Sean berpengalaman dalam hal ini. Dia sudah bisa melihat bahwa Jingga tampaknya sangat baik di permukaan, tetapi sebenarnya orang ini sangat munafik.     

Jingga bermuka dua dan bicaranya sarkastis. Di permukaan, dia memuji Sean sebagai Presdir Sean. Padahal, sebenarnya dia sedang menghinanya. Karena bukan Sean yang membayar anggur ini, melainkan Jingga. Tapi, Jingga tidak mengungkapkannya di depan teman-teman kuliahnya. Dia jelas-jelas terlihat mendominasi sehingga Maureen tidak bisa berbicara sama sekali. Namun, perasaan Maureen terasa sangat sedih.     

Sean bukan orang bodoh, jadi tentu saja dia tidak akan bersulang dengan Jingga. Dia berkata dengan serius, "Nona Jingga, tanpa Anda perlu berbicara seperti itu, saya sudah mendengarnya. Maureen mengalami sedikit masalah di sini. Pelayan di sini tidak mengenal Maureen."     

Ketika Jingga melihat tidak ada orang yang bersulang dengannya, Jingga pun menegak minumannya dan berbicara pada dirinya sendiri, "Kalau ingin seseorang mengenalmu, kamu sendiri harus punya kemampuan dulu."     

Sean merasa kata-kata Jingga sangat kejam. Setiap kata yang keluar dari mulutnya seolah berduri. Kemungkinan besar, kata-kata Jingga lah yang sudah membuat Maureen menangis barusan.     

Wanita sialan! Berani-beraninya membuat istriku menangis!     

Sekarang Sean sangat kesal melihat Jingga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.