Ingin Kukatakan Sesuatu

Maureen Dipermalukan!



Maureen Dipermalukan!

0Jingga duduk di bar, menyilangkan kaki, dan mengeluarkan sekotak rokok. Mengetahui bahwa Maureen, Mega, dan Belinda tidak merokok, dia pun mulai merokok sendiri.     
0

Jingga cantik. Bahkan dia tampak lebih menawan ketika sedang merokok dan juga sangat memiliki aura seorang bos.     

Jingga menhembuskan kepulan asap dan berkata, "Maureen, jangan salahkan kami karena berkata seperti ini padamu. Apa jangan-jangan kamu sudah dibutakan oleh cinta?"     

"Secara logika, mana mungkin gadis dengan latar belakang keluarga sepertimu bisa percaya omong kosong yang dikatakan Sean? Bahkan dia bilang semua bar yang ada di Inggris adalah milik keluarganya? Cih! Untung saja aku tidak menghadiri pernikahan kalian. Kalau aku hadir, saat dia mengatakan ini, aku akan langsung menampar wajahnya!" cibir Jingga.     

Jingga berkata lagi, "Suamiku berasal dari keluarga ternama di Inggris dan memiliki hubungan dekat dengan keluarga papan atas di Inggris, baik itu keluarga kerajaan, bahkan tokoh politik. Tapi, kami bahkan tidak berani mengatakan kalau kami mampu membeli semua bar yang ada di Inggris."     

Maureen bukan wanita yang lemah. Dia juga sangat marah ketika seseorang berbicara seperti ini tentang pria yang dicintainya!     

Maureen membalas, "Jingga, kamu tidak mengenal suamiku, jadi tolong jangan bicara omong kosong. Suamiku tidak punya alasan untuk membohongiku karena aku bukan wanita yang rakus akan kekuasaan dan uang. Bahkan jika dia tidak punya uang, aku tetap menyukainya!"     

Jingga mengambil gelas alkoholnya dan berkata, "Sayang, kamu ini tidak paham, Kamu tidak peduli dengan status keluargamu, tapi orang tuamu peduli. Dia melakukan upaya dangkal ini mungkin tidak untuk menipumu, tetapi untuk menipumu orang tuamu."     

Mega dan Belinda memihak Jingga dan mendukungnya dalam perang melawan Sean. Mereka berdua jauh lebih tahu mengenai Sean dan Maureen, jadi mereka terus berbicara tanpa henti.     

"Benar, Maureen. Bukankah selama ini Tante tidak menyukai Sean? Mungkin Sean benar-benar melakukan ini untuk membodohi orang tuamu."     

"Menurutku, Sean pasti miskin! Dia menikahi Maureen, tapi rumah saja tidak punya. Apakah laki-laki yang sudah menikah, tapi tidak bisa membeli rumah, masih bisa disebut laki-laki?"     

"Selain itu, awalnya Maureen memiliki mobil jip merah yang bisa dikendarai dengan baik, tapi akhirnya dihancurkan oleh seorang bawahan Sean."     

"Kamu tidak punya rumah setelah menikah, tapi kamu tidak menghancurkan mobil Maureen juga, kan? Kalau begitu, kamu bisa bayar ganti rugi! Akhirnya, Maureen malah membeli Bentley Continental dengan uangnya sendiri."     

Jingga menyesap alkoholnya dan terkejut.     

"Hah… Bahkan ada masalah seperti ini? Tinggal di rumah istri, menghancurkan mobil istri, dan tidak mengeluarkan uang sepeser pun? Bahkan, membuat istrinya membeli mobil? Bukankah si Sean ini terlalu tidak tahu malu?"     

Maureen sangat gelisah. "Ini tidak seperti yang kalian pikirkan… Eh? Sorry, aku tidak minum. Aduh."     

Awalnya Maureen berencana untuk menjelaskan pada Jingga bahwa Sean tidak mengeluarkan uang untuk membeli mobil dan rumah karena rekening dalam negerinya dibekukan, jadi Sean tidak bisa mengeluarkan satu sen pun. Tetapi, sebelum dia mulai menjelaskan, kebetulan dia melihat bartender wanita menuangkan minuman untuk dirinya.     

Maureen tidak ingin minum, jadi dia buru-buru menarik gelasnya. Siapa sangka, alkohol sudah mulai dituangkan dan langsung tertuang ke lengan baju Maureen.     

"Maaf, maaf!" Pelayan buru-buru meminta maaf.     

Maureen melambaikan tangannya. "Sudah, tidak apa. Aku bersihkan dulu di toilet."     

Maureen bangkit berdiri dan berjalan menuju toilet. Begitu Maureen pergi, Jingga lebih menggebu-gebu mengobrol dengan Mega dan Belinda.     

Jingga merokok dan berkata dengan nada menghina, "Penilaian Maureen semakin lama semakin buruk! Bagaimana bisa dia memilih seorang suami pembohong?"     

"Kalian tidak tahu, aku pernah merekomendasikan seorang laki-laki pada Maureen. Dia teman baik suamiku dan juga aristokrat lajang yang memiliki status hebat di Inggris. Laki-laki Inggris itu melihat foto Maureen dan sangat menyukainya, tapi Maureen bahkan tidak bersedia bertemu dengannya," kata Jingga.     

Jingga mencibir, "Hah… Katanya satu kali kehamilan bisa menyebabkan kebodohan selama tiga tahun, tapi sejak Maureen melahirkan anaknya, dia bahkan benar-benar jauh lebih bodoh dari sebelumnya. Bahkan dia berdelusi menjadi 'Ratu Bar Inggris'? Haha! Konyol sekali! Dia masih cukup lumayan di Indonesia, tapi di Inggris, apa dia pantas?"     

Mega memegang segelas anggur dan bersulang dengan Jingga.     

"Haha! Ratu Bar Inggris macam apa dia? Kak Jingga kita lah Ratu Bar Inggris yang asli. Kamu harus memperlakukan kami dengan baik beberapa hari ini."     

Belinda menyahut, "Benar, Kak Jingga! Awalnya aku bahkan ingin mengandalkan suami misterius Maureen, tapi sekarang tampaknya kamu lebih bisa diandalkan untuk mengajak kami bersenang-senang."     

Jingga bersorak pada mereka berdua, "Tidak masalah! Aku jamin selama di Inggris, kalian akan bersenang-senang di Inggris! Haha! Ayo bersulang, sayang-sayangku!"     

Mereka bertiga mengira Maureen sedang pergi ke toilet, jadi mereka mengobrol dengan sembarangan. Tapi, mereka tidak tahu kalau saat ini Maureen sudah kembali dan bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas!     

Ketika Maureen berjalan ke pintu toilet barusan, dia menyadari bahwa tisu yang dibawanya tidak cukup, jadi dia ingin meminta tisu lagi pada Belinda. Namun, baru saja berjalan kembali, dia mendengar kata-kata Jingga, "Bahkan dia berdelusi menjadi 'Ratu Bar Inggris'? Apa dia pantas?"     

Maureen buru-buru diam-diam mundur dan kembali dari toilet. Ketika mengingat kata-kata teman kuliahnya, Maureen kecewa dan menangis.     

Ratu Bar Inggris!     

Sejak Sean memberi sebutan ini padanya, Maureen selalu menganggap sebutan ini sebagai suatu kehormatan. Bukan karena Maureen materialistis, melainkan karena dia menyukai Sean. Selain itu, teman-temannya yang lain juga selalu memanggil Maureen dengan sebutan ini.     

Seiring berjalannya waktu, Maureen benar-benar merasa dirinya adalah Ratu Bar. Namun, tidak disangka-sangka, hari ini ketika tiba di sebuah bar di Inggris, dia malah dihina dan dilecehkan seperti ini. Kapan seorang gadis seperti Maureen pernah mendengar orang lain berkata seperti itu tentang dirinya?     

Maureen, yang merasa sudah diperlakukan dengan sangat tidak adil dan berurai air mata, benar-benar ingin mencari tahu sebenarnya apa yang terjadi. Dia pun menghubungi Sean.     

"Sayang…"     

"Sayang, apa yang terjadi?"     

Pada saat ini, Sean masih di dalam mobil. Mereka belum sampai di rumah Kakek.     

"Aku… ingin menanyakan sesuatu padamu," kata Maureen.     

Sean dan Maureen bergaul siang dan malam, jadi dalam sekejap Sean tahu ada sesuatu yang salah dengan suara Maureen.     

"Sayang, kamu kenapa? Kamu menangis? Apa yang terjadi?"     

Maureen tidak ingin Sean mengkhawatirkannya, jadi dia buru-buru menyangkal, "Tidak, aku tidak menangis. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin bertanya, apakah Churchill Bar bukan bagian dari grup bar kita?"     

Sean merasa heran. "Kenapa kamu menanyakan ini?"     

"Oh, aku kira mungkin grup bar kita membeli bar-bar lainnya, tapi melewatkan yang ini," kata Maureen.     

Pada saat ini, Maureen masih tidak percaya apa yang dikatakan Sean adalah bohong. Mungkin saja bar ini terlewatkan dan ini hanya sebuah kebetulan saja.     

Sementara, jawaban Sean adalah, "Tidak mungkin! Churchill Bar adalah sepuluh besar bar terkenal di Inggris. Kami tidak mungkin melewatkan yang satu ini. Selain itu, kakekku selalu mementingkan monopoli bisnis. Tidak peduli bar besar atau kecil, kalau dia ingin melakukan bisnis itu, dia pasti akan membelinya dengan cara apa pun."     

Sean menegaskan, "Maureen, aku bisa memberitahumu dengan jelas bahwa semua bar di Inggris adalah milikmu. Kamu adalah Ratu Bar Inggris yang sesungguhnya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.