Ingin Kukatakan Sesuatu

Maureen Bukan Bosnya?!



Maureen Bukan Bosnya?!

0Itu Bentley yang memang juga mobil mewah, tapi sudah tua dan tidak terlalu bersih. Tidak seperti belasan lebih Rolls-Royce milik Jingga, yang masing-masing mobilnya sebersih mobil baru, seperti yang dipajang di toko 4S. Setelah mobil Bentley berhenti, seorang lelaki tua turun dari mobil. Itu adalah Fairus Panjaya.     
0

"Pengurus Fairus!"     

Pada saat Sean dan Maureen melihat Pengurus Fairus, keduanya buru-buru menghampirinya. Martin juga membawa Sisi menghampiri Pengurus Fairus.     

"Tuan Muda Ketiga, selamat datang kembali!" sambut Pengurus Fairus sambil tersenyum bahagia. Wajahnya yang tua penuh kerutan.     

Maureen sudah lama mendengar tentang Pengurus Fairus. Meskipun Pengurus Fairus hanya seorang pengurus rumah tangga, sementara dia adalah nona muda keluarga Yuwono, dia tidak berpura-pura menjadi nyonya besar seperti Giana di masa lalu.     

Maureen membungkuk hormat pada Pengurus Fairus dan berkata, "Halo, Pengurus Fairus. Saya istri Sean, Maureen Susetia."     

Pengurus Fairus buru-buru membungkuk berterima kasih pada Maureen. "Halo, Nona Muda Ketiga. Selamat datang di rumah Tuan Muda!"     

Mendengar kata sambutan Pengurus Fairus yang memanggilnya Nona Muda, Maureen sudah merasa senang bukan main. Akhirnya dia bisa datang ke rumah suaminya dan bertemu dengan keluarga suaminya!     

Martin buru-buru berjabat tangan dengan Pengurus Fairus dan memperkenalkan diri, "Halo, Tuan Fairus. Saya Martin, ayah mertua Sean."     

Pengurus Fairus buru-buru membalas dengan hormat, "Halo, Tuan Martin."     

Sisi berteriak gembira, "Halo, Kakek Fairus!"     

"Halo, halo, Nona Sisi. Tuan Besar akan sangat senang bisa bertemu denganmu. Semuanya, silakan naik mobil," kata Pengurus Fairus.     

Sementara keluarga Susetia sedang mengobrol dengan Pengurus Fairus, Jingga, Mega, dan Belinda mengobrol di kejauhan.     

Jingga berkomentar dengan acuh, "Apakah itu mobil yang didatangkan keluarga suami Maureen? Bukankah itu terlalu bobrok?"     

Mega tersenyum dan menjawab, "Tidak apa-apa. Itu tetap saja Bentley."     

Jingga tersenyum dan berkata, "Aduh. Itu Bentley tua, kan? Tahukah kamu betapa murahnya membeli Bentley bekas di Inggris? Aku benar-benar curiga suami yang dinikahi Maureen adalah seorang pembohong!"     

Belinda buru-buru mengingatkan, "Jingga, pelankan suaramu. Kamu tidak boleh mengatakannya di depan Maureen. Maureen sangat menyukai Sean."     

"Hmph," Jingga mendengus dingin.     

Sean menyuruh Martin dan Sisi untuk masuk ke mobil lebih dulu. Kemudian, dia berjalan kembali bersama Maureen. Dia berencana mengucapkan selamat tinggal pada ketiga teman kuliah Maureen sebelum pergi.     

Ketika melihat Sean kembali, Jingga menunjukkan senyum munafik lagi, lalu berkata sambil tersenyum, "Oh, Tuan Muda Sean, jadi kamu berasal dari keluarga kaya raya? Kamu mengirim Bentley untuk menjemputmu di bandara. Mobil itu sulit untuk ditemui di London."     

Sean bisa merasakan ejekan Jingga. Jingga mendatangkan belasan Rolls-Royce senilai lebih dari 20 miliar, sementara di sini Sean hanya memiliki Bentley tua. Mana mungkin bisa dibandingkan?     

Sean menjelaskan, "Mobil itu memang agak tua, tapi Pengurus Fairus sudah tua. Dia lebih suka mobil tua dan juga sudah memiliki perasaan pada mobil itu, jadi selama ini dia tidak pernah menggantinya."     

Jingga segera berpura-pura terkejut dan berkata, "Aduh, keluarga Yuwono memang hebat. Bahkan memiliki pengurus rumah tangga! Pengurus rumah tanggamu saja mengendarai mobil sebagus itu. Kalau begitu, bukankah mobil orang tuamu lebih bagus lagi? Ngomong-ngomong, Tuan Muda Sean, di mana rumahmu? Aku dan suamiku juga tinggal di area perumahan orang kaya di Inggris. Mungkin saja kita bertetangga!"     

Tentu saja Sean tidak bisa memberitahukan alamat rumah kakeknya pada seseorang yang baru saja dikenalnya. Dia tersenyum dan menjawab, "Keluargaku tidak tinggal di daerah orang kaya."     

"Ha."     

Jingga mencibir. Akhirnya dia membuat Sean mengakui bahwa dirinya bukan tuan muda generasi kedua yang kaya raya!     

Sean tidak repot-repot menjelaskan dan hanya bertanya, "Apa kalian minum di Churchill Bar di Whitehall Street? Maureen, aku mengantar ayahmu dulu, lalu nanti kembali menjemputmu."     

"Benar, Churchill Bar di Whitehall Street," jawab Jingga, "Dengar-dengar Maureen adalah Ratu Bar Inggris? Kalau begitu, hari ini aku tidak perlu repot-repot mentraktir, kan?"     

Meskipun Jingga sangat baik pada Sean di permukaan dan tidak mengatakan hal-hal yang keterlaluan, dia menyembunyikan pisau tajam di mana-mana. Selain itu, setiap katanya seolah sedang menguji dan mengekspos Sean.     

Sean menjawab, "Ya, semua bar di Inggris, besar dan kecil, semuanya milik Maureen. Malam ini, kalian bisa memesan apa pun yang kalian inginkan di bar Churchill tanpa membayar."     

"Apa benar begitu? Kalau begitu, kami akan menganggapnya serius!"     

Jingga, Mega, dan Belinda sangat gembira mendengarnya. Maureen juga sangat senang dan bersemangat.     

Sejak menikah, Maureen memiliki satu gelar lagi, yaitu Ratu Bar Inggris. Teman-teman kuliahnya ini memanggilnya begitu. Seiring waktu, dia juga terbiasa dengan gelar ini. Gelar ini diberikan padanya oleh Sean, pria favoritnya. Dia sangat menyukainya.     

Maureen menarik sudut pakaian Sean dengan sedikit malu, lalu berbisik, "Apakah itu benar? Mungkinkah orang-orang di bar akan tidak mengenalku?"     

Sean tersenyum dan berkata, "Sayang, kamu tidak mengira aku membohongimu, kan? Semua bar ini dimiliki satu grup perusahaan, sementara bos grup ini adalah kamu dan aku. Semua penanggung jawab bar ini tahu namamu. Pada saat itu, kamu hanya perlu menunjukkan tanda pengenalmu. Aku jamin dia akan melayanimu seperti tuannya."     

Senyuman pun muncul di wajah Maureen.     

Jingga merasa sangat tidak nyaman, tetapi tetap tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, ayo kita segera pergi ke bar Maureen! Aku sudah tidak sabar untuk memoroti Maureen!"     

Mega tertawa dan menyahut, "Aku juga! Akan kupesan sebotol alkohol yang paling mahal!"     

"Mana cukup satu botol? Setidaknya tiga botol! Haha," kata Belinda.     

Maureen menjawab dengan sangat murah hati, "Teman-teman, pesan saja. Aku yang traktir!"     

Ketika melihat Maureen dan teman-teman kuliahnya pergi dengan gembira, Sean juga sangat senang dan menimpali, "Sayang, ajak teman kuliahmu untuk bersenang-senang. Kamu adalah ratu bar di sini. Semua bar yang ada di sini adalah milikmu!"     

Sean tidak membelikan rumah untuk Maureen, juga tidak memberinya mobil. Dia juga tidak suka memberikan barang-barang yang sangat diinginkan oleh para wanita ini. Namun, Sean memberi Maureen lebih banyak dari itu.     

———     

Empat wanita cantik Asia yang cantik, mengendarai Rolls-Royce putih, datang ke Churchill Bar di Whitehall Street. Setelah masuk, ternyata tidak ada begitu banyak orang di bar.     

Mereka berempat sedang duduk di bar. Keempat wanita cantik dengan wajah Asia itu langsung menarik perhatian banyak pria.     

Mega mengetuk meja bar dan berkata pada pelayan bar dalam bahasa Inggris, "Beri kami sebotol anggurmu yang paling mahal!"     

Belinda tersenyum dan menambahkan, "Kami ingin empat botol!"     

Sambil menyeka gelas, bocah kulit putih itu mengingatkan, "Empat wanita cantik, anggur paling mahal di sini harganya ribuan Pound."     

Mega tersenyum dan membalas, "Memang apa artinya ribuan Pound? Lagi pula, kami tidak harus membayar. Bosmu ada di sini. Kamu tidak mengenalnya?"     

"Bos?" Pelayan pria tu tidak paham.     

Maureen dengan gugup memperkenalkan dirinya pada pelayan pria, "Ehm… Halo, saya Maureen Susetia dari Green King Bar Group."     

Ketika mendengar nama Maureen, pelayan pria itu menjawab, "Lalu? Karena itu kamu tidak mau membayar minumanmu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.