Ingin Kukatakan Sesuatu

Pergi ke Inggris!



Pergi ke Inggris!

0Hal yang paling dipedulikan Martin dan Suhendra adalah Sean pergi ke Inggris, mewarisi bisnis besar keluarga Yuwono sesegera mungkin, dan mengetahui rahasia keluarga Yuwono!     
0

Sean mengangguk dan menjawab, "Ya, besok saya akan pergi ke Inggris bersama Maureen untuk menemui Kakek."     

Sean berbicara sambil menggenggam tangan Maureen. Begitu menyebutkan akan pergi ke Inggris, Maureen juga tampak bahagia.     

Setelah Lianny mendengarnya, dia menepuk Sean dan mengomel, "Astaga, anak ini! Besok sudah langsung pergi? Kenapa kamu tidak memberi tahu kami lebih dulu? Aduh! waktunya mana sempat? Masih harus menyiapkan barang bawaan dan baju. Bawa ini, bawa itu! Martin, cepat antar aku ke rumah. Waktunya sudah tidak sempat. Jika tidak pulang juga, kita harus berkemas semalaman!"     

Tanpa diduga, Lianny bahkan lebih bersemangat daripada anggota keluarga Susetia lainnya ketika mendengar mereka akan pergi ke Inggris. Martin juga sepertinya tidak sabar untuk pergi ke Inggris, jadi dia buru-buru berkata, "Oh, iya, iya!"     

Tiba-tiba Sean berkata, "Maaf, kali ini saya hanya akan membawa Maureen dan Sisi ke Inggris. Saya tidak berencana mengajak Anda, jadi Anda juga tidak perlu begitu panik!"     

Dengan kecepatan kerja Lianny, jika dia akan pergi ke luar negeri besok, dia akan sangat sibuk malam ini.     

Lianny tercengang. "Apa? Cuma membawa Maureen?"     

Suhendra sendiri sedikit terpana. "Tapi… Sean, Kakek juga sudah sangat lama tidak ke luar negeri, jadi Kakek ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk bersantai dan sekalian bertemu dengan kakekmu untuk minum teh bersama."     

Sean tetap tidak peduli. "Kakek, saya lihat akhir-akhir ini kesehatan Anda kurang baik dan tidak cocok untuk pergi ke luar negeri. Lebih baik Kakek istirahat dulu. Saya akan mengatur lagi pertemuan Kakek dengan kakek saya."     

Suhendra ingin mengetahui rahasia keluarga Yuwono, tetapi Sean tidak ingin Suhendra terlalu dekat dengan keluarga Yuwono.     

Lianny marah, "Sean! Aku ibu mertuamu dan kamu menikahi putriku. Sebagai ibu Maureen, wajar saja jika aku bertemu orang tuamu! Apa hakmu tidak membiarkanku pergi?! Putriku menikah dengan keluarga Yuwono-mu. Sebagai ibunya, jika aku bahkan belum bertemu kakek dan orang tuamu, dan bahkan tidak tahu mereka orang baik atau jahat, bagaimana aku bisa tenang?!"     

Lianny ingin tahu tentang keluarga Yuwono, jadi dia ingin pergi ke Inggris. Bertemu orang tua Sean hanya salah satunya, tapi yang lebih penting, dia ingin melihat apakah keluarga Sean benar-benar sehebat rumor yang dikatakan.     

"Saya percaya Maureen lebih bisa membedakan orang daripada Anda. Selain itu, yang Maureen nikahi adalah saya, bukan orang tua saya. Entah bagaimanapun orang tua saya, itu tidak akan ada hubungannya dengan pernikahan kami," tegas Sean.     

"Kamu… Sebenarnya kamu menganggapku ibu mertuamu atau tidak, hah?!" tukas Lianny.     

Sean segera menjawab, "Kalau begitu, apakah Anda menganggap saya sebagai menantu Anda?! Kalau sekarang saya benar-benar buta, sepertinya sejak lama Anda akan langsung menggantikan saya dengan Yoga!"     

Sean sangat marah karena Lianny mencari suami berikutnya untuk Maureen. Suhendra juga bisa melihat bahwa ide buruk Lianny sebelum ini membuat Sean marah, jadi Sean menolak untuk membiarkan keluarga Susetia mengikutinya ke Inggris.     

"Ck! Apa yang bisa dilihat dari negara Inggris yang bobrok itu?"     

Marvin mendengus dingin dan keluar duluan. Segera setelah itu, Suhendra, Martin, dan Lianny, juga pergi.     

Di luar, ketika tiba di depan mobil, Lianny masih marah, "Aku sudah tahu kalau menerima menantu seperti Sean tidak akan menguntungkan keluarga kita sama sekali! Dasar tidak tahu berterima kasih! Menemui orang tuanya ke Inggris saja tidak boleh! Mana ada anak tidak tahu sopan santun seperti ini, kan? Menurutku, dia benar-benar tidak lebih baik dari Yoga!"     

Suhendra meletakkan tangannya di belakang punggungnya. Dia merasa senang, tetapi juga khawatir. Dia merasa senang karena Sean tidak buta, tetapi juga merasa khawatir keluarga Susetia mereka sudah memprovokasi Sean dan membuat Sean tidak senang.     

Suhendra menegur Lianny, "Cukup! Jika bukan karena kamu yang bersikeras memilih suami untuk Maureen di pesta ulang tahunku, apakah Sean akan melakukan ini pada kita? Ayah sudah memberitahumu beberapa kali, Sean sangat penting bagi keluarga Susetia kita, Jangan mengabaikan masalah yang penting hanya karena masalah sepele Marvin! Lihat sekarang? Maureen pergi ke Inggris, tapi tidak ada dari kita yang bisa ikut!"     

Sejak Martin keluar dari rumah, dia terus menunduk, seolah sedang memikirkan sesuatu.     

Setelah membantu Suhendra masuk ke mobil, tiba-tiba Martin berkata, "Ayah, aku masih ingin kembali dan memohon pada Sean. Siapa tahu aku bisa pergi ke Inggris bersamanya dan Maureen."     

Suhendra sedikit terkejut. Dia tidak menyangka putranya begitu terobsesi pergi ke Inggris. Mungkinkah karena…     

"Untuk apa kamu memohon padanya? Kamu ayah mertuanya! Untuk apa kamu memohon padanya? Kalau dia tidak membiarkanmu pergi, jangan pergi! Siapa peduli?!" sergah Lianny.     

Suhendra melambaikan tangannya pada Martin. "Pergilah. Bicarakan baik-baik dengannya."     

"Baik, Ayah."     

Martin dengan senang hati berlari kembali ke rumah Maureen.     

Melihat Martin yang sudah pergi malah kembali lagi, Sean sedikit terkejut. "Ayah, kenapa kembali?"     

Martin berkata sambil tersenyum, "Sean, Ayah datang ke sini secara khusus untuk meminta maaf padamu. Selama pesta ulang tahun kakekmu, Lianny bersikeras mengadakan beberapa pertunjukan dan mengundang putra-putra keluarga kelas satu. Ayah dengan tegas menentangnya, tapi kamu juga tahu sekarang Lianny sama sekali tidak mau mendengarkan Ayah."     

Sebenarnya sekarang Martin dan Lianny sudah bercerai, jadi keduanya tidak bisa ikut campur satu sama lain. Hanya saja, Lianny masih menjadi anggota keluarga Susetia. Terlepas dari status atau asetnya, dia lebih tinggi dari istri baru yang dinikahi Martin.     

"Bisakah kamu membolehkan Ayah pergi ke Inggris bersamamu untuk menemui kakek dan orang tuamu? Bagaimanapun juga, kalian sudah menikah. Setidaknya kedua orang tua harus saling bertemu untuk saling mengenal. Selain itu, Ayah juga bisa membantumu mengurus Sisi."     

Maureen jarang melihat ayahnya begitu merendah. Sebagai putrinya, Maureen merasa tidak tega. Dia meraih lengan Sean dan membujuk, "Sayang, biarkan saja Ayah ikut."     

Sean tahu Martin bersikeras untuk pergi ke Inggris karena sepertinya Suhendra memerintahkannya untuk menanyakan rahasia keluarga Yuwono. Namun, bahkan Sean sebagai cucu keluarga Yuwono saja tidak tahu tentang rahasia keluarganya. Jadi, dia tidak perlu khawatir tentang apa yang akan diketahui Martin.     

Selanjutnya, setelah bergabung dengan keluarga Susetia, Martin sangat dingin pada Sean sebagai seorang ayah mertua. Tetapi, setidaknya dia tidak sinis seperti Lianny. Dia masih termasuk baik.     

"Oke. Kalau begitu, Ayah bisa pergi bersama kami." Sean setuju.     

Martin sangat gembira. "Oke! Ayah akan kembali dan mengemasi barang bawaan Ayah sekarang. Ngomong-ngomong, kamu sudah memesan tiket penerbangan? Batalkan saja. Besok kita pergi menggunakan pesawat pribadi keluarga kita saja."     

"Hm. Sampai jumpa besok, Ayah."     

Maureen melambai pada ayahnya, sementara Martin pergi dengan gembira.     

Melihat Martin begitu bahagia, Sean bertanya, "Sayang, apa ayahmu punya kenalan di sana?"     

"Kenalan? Kenapa kamu menanyakan itu?" Maureen bingung.     

"Melihat betapa bahagianya ayahmu, rasanya seperti ada kekasih lama yang menunggunya di sana," kata Sean.     

Maureen memukul Sean dengan lembut. "Mengesalkan! Jangan bicara seperti itu tentang ayahku!"     

Waktu terus berjalan dan hari semakin larut. Sean dan Maureen harus mengemasi barang bawaan mereka dan bersiap untuk pergi.     

Pukul dua subuh, mereka berdua memilah-milah tas besar dan kecil. Tentu saja Sisi juga pergi bersama mereka dan ikut mengemasi barang bawaan. Meski matanya mengantuk, dia tetap saja menolak untuk tidur.     

Setelah akhirnya membawa Sisi kembali ke kamarnya untuk tidur dengan patuh, tiba-tiba Maureen bertanya, "Sayang, kenapa dalam dua hari ini aku tidak melihat John? Apa dia akan pergi ke Inggris bersamamu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.