Ingin Kukatakan Sesuatu

Teman Kuliah Maureen



Teman Kuliah Maureen

0Sean mengutus John untuk mencari Chintia, dan mengikutinya keluar dari Bogor. Namun, setelah meninggalkan Bogor, John hilang kontak. Sean khawatir sesuatu telah terjadi padanya.     
0

Chintia tidak mungkin kembali sendirian dan Juan juga sangat mungkin kembali. Sementara, sebagai keturunan keluarga Yuwono, kemampuan anti-pengintaian dan anti-penguntit yang dimilikinya sangat kuat. Jika Juan tahu John mengikutinya, kemungkinan besar dia akan mempersulit John.     

Sean tidak ingin Maureen tahu tentang Chintia untuk saat ini, jadi dia berkata, "John sedang ada urusan, jadi dia meninggalkan Bogor. Setelah beberapa saat, dia akan datang menemui kita di Inggris."     

"Oh."     

Maureen melihat koper yang sudah dikemas dengan penuh semangat dan kebahagiaan. Dia tidak tahan untuk tidak mengeluarkan ponselnya dan mempostingnya di Instagram.     

Memulai perjalanan bulan madu! (emoji senang).     

Maureen jarang memposting sesuatu. Jadi, ketika dia mempostingnya, kolom komentarnya langsung meledak dan disukai oleh semua orang. Sean pun terkejut.     

"Sayang, apa semua pengikutmu di Instagram tidak ada yang tidur? Ini sudah jam dua subuh, tapi dalam beberapa detik, mereka masih menyukai postinganmu."     

Maureen tersenyum malu. Siapa suruh dia menjadi dewi top di seluruh negeri? Mana ada pengikutnya yang tidak akan menyalakan notifikasi Instagram miliknya?     

Maureen mengambil ponselnya dan menunjukkan pada Sean. "Sayang, jangan cemburu. Sebagian besar orang yang menyukainya adalah wanita. Beberapa laki-laki ini semuanya…"     

Sean tidak menyuruh Maureen untuk menjelaskan. "Iya, aku percaya padamu. Kamu tidak perlu menjelaskan ini padaku."     

Menikah dengan seorang istri yang merupakan dewi yang cantik, jika tidak ingin ada pengikut lawan jenis, itu tidak mungkin. Ditambah dengan status tinggi keluarga Susetia, bahkan jika orang-orang itu tidak mengejar kecantikan Maureen, mereka akan berusaha mendapatkan nomor Maureen dari Suhendra.     

Tepat pada saat itu, ponsel Maureen berdering. Sean dan Maureen sama-sama tidak menyangka, siapa yang masih menelepon jam 2 subuh begini?     

Ketika Maureen melihatnya, dia mendapati bahwa yang meneleponnya adalah Jingga Pangalila. Jingga adalah teman kuliah dan teman satu kos-kosan yang cukup dekat dengan Maureen saat kuliah. Dia juga anak generasi kedua di Bogor. Dia menikah di Inggris dan dengar-dengar menikah dengan orang yang sangat baik.     

Jingga baru saja bertanya di kolom komentar Maureen ke mana dia akan berbulan madu. Maureen baru saja menjawab bahwa dia akan pergi ke Inggris. Tidak disangka, Jingga langsung meneleponnya.     

"Halo," Maureen menjawab telepon.     

"Kamu mau bulan madu ke Inggris?!" Jingga bertanya dengan penuh semangat.     

"Iya! Kamu juga sedang di London, kan? Mungkin kita bisa meluangkan waktu untuk bertemu!"     

Maureen tahu Jingga menikah di Inggris dan tinggal di London. Mereka sudah tidak bertemu selama satu atau dua tahun, jadi kebetulan saat ini mereka bisa berkumpul.     

"OMG (Ya Tuhan)! Luangkan waktu untuk bertemu? Nona Besar, kamu tidak salah? Kamu datang ke Inggris, datang ke wilayahku, jadi tentu saja aku harus menyenangkanmu dari awal sampai akhir!" kata Jingga.     

Maureen tersenyum dan membalas, "Tidak perlu begitu. Kakek suamiku juga ada di Inggris, jadi kami tidak perlu merepotkanmu."     

"Oh, si tuan muda misterius dari keluarga Yuwono, kan? Aku dengar ceritanya dari Mega dan yang lainnya. Oh, ya! Kebetulan Mega dan Belinda juga sedang senggang. Selain itu, mereka terus berteriak-teriak ingin datang ke Inggris untuk bertemu denganku. Kebetulan kamu datang ke sini untuk berbulan madu. Aku akan menyuruh mereka pesan tiket untuk datang bersamamu. Kita berkumpul berempat," kata Jingga.     

Maureen, Jingga, Mega, dan Belinda adalah teman satu kos-kosan saat kuliah. Mereka selalu memiliki hubungan yang cukup baik. Selain itu, mereka semuanya sangat cantik. Dari segi penampilan saja, Mega dan Belinda berada di level A, Jingga di level S, sementara Maureen di level SSS. Jika berdiri di jalanan yang besar, mereka semua menjadi barisan wanita cantik.     

Maureen menyahut, "Hah? Mengajak Mega dan Belinda?"     

"Iya. Mereka berdua terus ribut ingin datang menemuiku ke Inggris," jawab Jingga, "Sekalian saja pergi bersama kalian besok. Pesawat kalian jam berapa?"     

"Besok kami naik pesawat pribadi."     

Jingga tidak terkejut. Dia sudah tahu situasi keluarga Maureen. "Bagus kalau begitu. Aku akan menyuruh mereka berkemas. Sampai jumpa besok, teman lama!"     

"Halo…?"     

Maureen masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Jingga sudah buru-buru menutup telepon dan segera memberitahu dua teman kos-kosan lainnya. Maureen pun menghela napas, tetapi memikirkannya dengan hati-hati. Jika ada teman-teman kuliah yang menemaninya dan berkumpul di Inggris, itu memang cukup menyenangkan.     

"Sayang, aku punya teman sekelas kuliah bernama Jingga yang menikah di Inggris dan sekarang di London. Ada dua orang lagi bernama Mega dan Belinda. Besok mungkin mereka akan pergi ke Inggris bersama kita. Apa boleh?"     

Maureen meminta pendapat Sean. Pesawat pribadi itu milik keluarga Susetia, jadi mana bisa Sean menolak?     

"Tentu saja boleh berkumpul dengan teman kuliah di laut terbuka. Ketika sampai di sana, aku bisa mengundang mereka untuk makan, minum, dan jalan-jalan. Tapi, untuk akomodasi, aku harus mengatur mereka tinggal di hotel. Aku tidak bisa membiarkan mereka ikut ke rumah kita. Kamu juga tahu, keluarga Yuwono adalah keluarga yang misterius, jadi kami tidak boleh membiarkan sembarangan orang tahu di mana kami tinggal."     

Maureen tersenyum dan mengangguk. "Hm. Hm."     

———     

Tidak lama kemudian, keesokan paginya, Sean dan Maureen bersama Martin dan Sisi tiba di bandara. Sisi sangat bersemangat dan terus saja bertanya.     

"Ayah, aku harus memanggil kakek Ayah apa?"     

"Berapa umur adik Ayah yang paling kecil? Bisakah dia bermain denganku?"     

"Apa di Inggris ada Disneyland?"     

Sean menaiki pesawat sambil menggendong Sisi dan menjelaskan padanya dengan sabar.     

"Maureen!"     

Baru saja menaiki pesawat, terdengar suara dua gadis yang ceria. Ternyata itu adalah dua teman kuliah Maureen, Mega dan Belinda.     

Mega sangat menggemaskan. Dia pendek, tingginya hanya sekitar 150 cm, tapi dia memiliki penampilan yang cukup bagus. Belinda memiliki sosok tubuh yang baik, tetapi tampaknya perawatan wajahnya tidak cukup baik. Dibandingkan dengan Maureen, dia tampak hampir lima tahun lebih tua dari Maureen, tidak seperti teman seumuran.     

"Mega, Belinda," Maureen balas menyapa kedua teman kuliahnya dengan gembira.     

"Halo. Apa kabar?" Sean turut tersenyum dan menyapa mereka berdua.     

Mega tersenyum dan bertanya, "Halo, Sean, kita bertemu lagi. Kali ini kamu pergi ke Inggris untuk berbulan madu, tapi kami berdua ikut kalian jadi obat nyamuk. Kamu tidak akan menyalahkan kami, kan?"     

Tanpa menunggu Sean menjawab, Sisi buru-buru menyahut, "Tidak masalah. Aku juga obat nyamuk!"     

"Hahaha…"     

Jawaban lucu Sisi membuat semua orang tertawa.     

Sean mencubit wajah kecil Sisi dan berkata, "Obat nyamuk kecil, nanti saat sudah tiba di Inggris, Ayah akan menyerahkanmu pada kakek buyutmu agar tidak mengganggu Ayah dan ibumu."     

"Sean, jangan khawatir. Kami juga tidak akan menjadi obat nyamuk terlalu lama," kata Belinda, "Jingga bilang dia akan menjemput dan membawa kami ke bar untuk minum-minum dan bersantai. Kami hanya akan berkumpul di sana satu kali, lalu kamu bisa membawa Maureen untuk pergi berduaan!"     

"Mau pergi ke bar?"     

Sean berpikir sejenak. Jika pergi ke Bar, tidak cocok bagi Sisi untuk ikut ke sana.     

Martin tidak ingin pergi ke bar, jadi dia berkata, "Sean, begini saja. Ketika tiba di Inggris, biar Maureen berkumpul bersama teman-temannya dulu, sementara kamu bawa kita pergi menemui kakekmu saja."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.