Ingin Kukatakan Sesuatu

Yoga Mengejar Maureen!



Yoga Mengejar Maureen!

0Malam berikutnya di klub malam ONYX di Bangkok, Thailand, seluruh orang yang ada di dalam klub malam begitu bersemangat di bawah kendali DJ. Para pria dan wanita menggelengkan kepalanya, mengikuti irama musik elektronik.     
0

Hanya Yoga yang duduk dengan tenang sambil minum wiski. Dia tidak sedang ingin berjoget karena sedang menunggu Cahyadi. Setelah menghubungi Cahyadi tadi malam, Cahyadi memintanya untuk bertemu di sini.     

Tidak lama kemudian, seorang wanita menawan dengan rambut panjang datang dan menepuk bahu Yoga. Dia menunjuk ke pintu, seolah ingin memanggil Yoga untuk berbicara di luar.     

Yoga mengira perempuan di klub malam itu menyukainya karena dirinya tampan, jadi dia buru-buru melambaikan tangannya dan berbicara dalam bahasa Inggris, "Te? E… ko? R.. toht (maaf). Aku sedang menunggu seseorang."     

Wanita ini bersikeras meraih tangan Yoga dan masih ingin mengajaknya pergi. Yoga pun membentaknya, "Apa-apaan kamu ini?! Aku sudah bilang, aku sedang menunggu orang! Sudah tidak mengerti bahasa Indonesia, tidak mengerti bahasa Inggris juga?!"     

Yoga terus duduk dan minum. Tanpa diduga, wanita itu terdiam, mendekat ke telinga Yoga, dan berteriak keras, "Ini aku, Cahyadi!"     

Pffft!     

Begitu Yoga mendengarnya, dia langsung menyemburkan alkohol dari mulutnya. Dia menatap wanita di depannya dengan ngeri…     

Ini Cahyadi?     

Musik di klub malam terlalu keras dan lampu terlalu redup. Ketika keduanya keluar dari klub malam, Yoga menatap wanita di depannya dengan seksama.     

"Berengsek! Cahyadi, kamu… Ternyata kamu jadi transgender?! Pantas saja kamu tidak mau pulang. Kalau sampai orang tuamu tahu, mereka pasti akan marah besar!"     

Yoga mendapati Cahyadi sudah banyak berubah. Tubuhnya menjadi kurus dan putih, sementara wajahnya juga sudah dioperasi. Jika dilihat dari kejauhan, dia benar-benar seperti seorang wanita seksi.     

"Aku sudah dengar apa yang terjadi padamu. Sean si binatang buas ternyata sudah bertindak begitu kejam padamu! Tenang saja, aku pasti akan membalaskan dendammu!" kata Yoga.     

Cahyadi mengeluarkan sekotak rokok dari tas Chanel-nya, lalu menghisap sebatang rokok dan berkata, "Lupakan saja hal yang sudah berlalu. Sean bukan tandingan kita. Selain itu, menjadi seorang wanita juga cukup baik bagiku."     

"..." Yoga tidak bisa berkata-kata.     

Cahyadi tampaknya sangat puas dengan kondisinya saat ini!     

"Omong-omong, kenapa kamu mencariku?" tanya Cahyadi, lalu mengembuskan cincin asap.     

Yoga bertanya balik, "Apa kamu tahu kalau sekarang Sean buta?"     

Cahyadi sengaja berpura-pura terkejut. "Buta? Aku tidak tahu. Siapa yang melakukannya?"     

"Sekarang Sean curiga kamu adalah pelakunya," kata Yoga.     

Seketika Cahyadi dengan polos berkata, "Ya Tuhan! Aku tidak mencelakainya! Sekarang aku hanya seorang wanita. Mana bisa aku berurusan dengan putra dari keluarga besar itu?"     

Yoga menepuk pundak Cahyadi dan berkata, "Aku tahu bukan kamu yang melakukannya, tapi aku harap kamu bisa mengakui hal ini!"     

Cahyadi menepis tangan Yoga dengan jijik. "Untuk apa aku mengakui sesuatu yang tidak aku lakukan?"     

"Sebenarnya begini. Sekarang Sean punya seorang istri yang bernama Maureen Susetia. Dia putri dari keluarga yang sangat ternama di Bogor dan juga sangat cantik. Setelah Sean kehilangan penglihatannya, dia bersiap menceraikan Maureen. Dia berjanji padaku bahwa asalkan aku membantunya menemukan si pelaku, dia bersedia menyerahkan Maureen padaku," jelas Yoga.     

Yoga terus membujuk, "Cahyadi, jika kamu bersedia membantuku, aku akan membuat ayahmu mendapatkan kembali masa kejayaannya. Aku akan membantunya menjadi orang terkaya di Jakarta, bahkan lebih bersinar dari sebelumnya! Selain itu, anak-anakmu juga akan aku anggap sebagai anakku sendiri. Bahkan aku akan memberi mereka saham di Secepat Kilat Express. Bagaimana menurutmu?"     

Cahyadi sangat penakut. "Masalahnya, aku tidak pernah melakukannya. Bahkan jika aku mengakuinya, Sean tidak akan memercayainya."     

Yoga berkata sambil tersenyum, "Jangan khawatir. Aku akan membawa pelayan yang memberikan racun waktu itu. Nanti kamu tinggal bilang saja kalau kamu yang memerintahkannya untuk melakukannya. Aku pasti akan memohon untukmu. Paling-paling dia akan memukulmu lagi. Dia tidak akan berani berbuat macam-macam padamu."     

Cahyadi sangat bingung. "Bagaimana kamu bisa mengenal pelayan yang meracuni Sean? Apa jangan-jangan masalah ini perbuatanmu?"     

Yoga mengira Cahyadi membenci Sean sama seperti dirinya, jadi tidak ada salahnya untuk mengatakan yang sebenarnya, "Benar. Aku yang mengutus orang untuk meracuninya! Sean si binatang liar itu sudah mencelakaiku dan dirimu! Dia bukan laki-laki sejati! Meracuni matanya masih termasuk ringan!"     

Cahyadi menghela napas iba. Meskipun dia juga ingin membalas dendam pada Sean, dia tahu bahwa memprovokasi Sean lagi tidak akan pernah berakhir baik. Dia juga tahu bahwa hidup adik sepupunya ini sudah berakhir.     

———     

Keduanya membuat janji untuk kembali ke Indonesia dan menemui Sean. Keesokan paginya, Yoga kembali ke Hotel Amanta di Bangkok. Begitu berpikir besok dia bisa menyelesaikan pemberian penjelasan pada Sean dan dapat secara resmi mengejar Maureen, dia jadi sangat bersemangat.     

Yoga membuka kotak pesan dengan Maureen lagi. Dia bahkan mengatur latar belakang obrolan menjadi foto Maureen. Setiap kali melihat penampilan Maureen yang begitu memesona, dia tidak bisa menahan emosi.     

Sejujurnya, menurut Yoga, Giana dan Maureen memiliki kecantikan yang setara. Namun, Giana tidak pernah memberi dampak sebesar ini pada Yoga. Ini karena latar belakang keluarga Maureen jauh lebih hebat dari Giana, terlebih lagi satu tingkat lebih tinggi dari keluarga Liono. Itu sebabnya kecantikan Maureen langsung melampaui Giana.     

Sama seperti wanita yang menyukai orang kaya, kenapa tidak seorang pria menyukai wanita kaya yang tidak dapat digapai dan memiliki latar belakang keluarga yang superior?     

Yoga mengetik perlahan dan mengirim pesan WhatsApp pada Maureen. Tak butuh lama, Maureen segera membalas.     

[Yoga]: Maureen, aku sudah menemukan pelaku yang meracuni suamimu. Memang benar Cahyadi si binatang liar itu! Aku sudah menangkapnya dan besok aku akan membawanya ke Bogor. Biar Kak Sean yang mengurusnya!     

[Maureen]: Syukurlah! Terima kasih!     

Pada kenyataannya, bukan Maureen sendiri yang membalas Whatsapp, melainkan pembantu kecil Maureen, Susi.     

Sejak keduanya bertukar nomor telepon, Susi terus mengobrol dengan Yoga. Karena masih muda, gaya bicaranya lebih menggemaskan. Dia juga mengirim beberapa emoji dari waktu ke waktu, membuat Yoga salah mengira ini tanda bahwa Maureen sangat menyukainya.     

Yoga sangat senang ketika menerima balasan. Dia terus mengetik dan bertanya. Susi juga terus membalas.     

[Yoga]: Apa Kak Sean sudah tidur?     

[Maureen]: Sudah tidur!     

[Yoga]: Maureen, bisakah aku berbicara denganmu dan mendengar suaramu?     

Yoga minum sedikit alkohol dan sedikit mabuk. Setelah mengobrol selama lebih dari sehari, Yoga mendapati bahwa jawaban Maureen sangat antusias. Dia merasa sudah waktunya untuk membuat lebih banyak kemajuan. Misalnya untuk saling mengucapkan kata-kata cinta…     

Susi yang berada di kamar pembantu rumah Maureen di Bogor merasa sakit kepala, jadi dia mengetik untuk segera mengelak.     

[Maureen]; Tenggorokanku sakit. Aku tidak ingin bicara…     

[Yoga]: Tidak masalah. Kamu tidak perlu berbicara. Bahkan jika hanya mendengar napasmu, aku juga sudah merasa puas… Maureen, di hatiku, kamu bidadari yang turun dari surga. Meski hanya suara napasmu, suara tawamu itu sudah seperti hal terindah di dunia yang sangat memuaskan…     

Susi merasa sangat jijik. Dia tidak tahan untuk bergumam pada dirinya sendiri, "Si Yoga ini benar-benar tidak tahu diri! Beraninya mengejar nona mudaku!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.