Ingin Kukatakan Sesuatu

Kamu Tidak Buta!



Kamu Tidak Buta!

0"Apa boleh?" Yoga bertanya lagi.     
0

Maureen memberi Susi wewenang penuh untuk berurusan dengan Yoga. Meskipun Susi membenci Yoga, dia tidak boleh asal-asalan.     

Karena Yoga bilang dia tidak perlu berbicara dan hanya cukup dengan mendengarkan suara napasnya, Susi pun membalas, "Hmm."     

Yoga sangat gembira ketika membaca balasannya. Dia segera melakukan panggilan suara.     

Diam… Mulai dari detik pertama panggilan tersambung, keduanya begitu diam.     

Yoga bertanya dengan lembut, "Maureen, apa Kak Sean tidur di sebelahmu?"     

Susi berdeham, "Hmm."     

Yoga sangat gembira dan merasa bangga.     

Hahaha! Sean, bagaimana? Aku, Yoga Liono, masih saja lebih hebat darimu, kan? Istrimu diam-diam menghubungiku setelah kamu tertidur, seperti saat Giana datang ke rumah sakit untuk berkencan denganku! Memangnya kenapa kalau kamu mematahkan jariku? Memangnya kenapa kalau kamu membuatku mandul? Dalam hal mempermainkan wanita, kamu selamanya tidak akan bisa mengalahkanku! Setiap istrimu, semuanya pasti akan aku rebut! Hahahaha!     

Yoga merasa sangat senang. Dia mengira Maureen benar-benar menjawab telepon di sebelah Sean. Jika benar begini, Maureen yang sudah selarut ini mau menjawab telepon Yoga, berarti memiliki kesan yang baik tentang Yoga.     

Yoga melanjutkan, "Maureen, kamu sangat cantik. Kamu wanita paling cantik yang pernah aku temui seumur hidupku. Sejujurnya, seumur hidup aku tidak pernah merasa rendah diri, tapi setelah bertemu denganmu, aku jadi merasa rendah diri…"     

Sementara ketika menghadapi pengakuan Yoga, Susi tidak menanggapi karena takut ketahuan.     

Yoga berkata dengan lembut, "Maureen, aku tahu kamu masih menyukai Sean, tapi Kak Sean adalah orang yang memiliki harga diri yang tinggi. Sekarang dia buta, jadi mana mungkin dia tega menjadi batu sandungan bagimu?"     

"Hah… Kak Sean juga bilang kalau dia akan menceraikanmu. Dia juga bilang akan menyerahkanmu padaku. Mana mungkin aku, Yoga Liono, layak untukmu? Aku bahkan tidak berani membayangkan memelukmu dalam mimpiku. Aku merasa tidak layak!" kata Yoga.     

Yoga melanjutkan, "Tapi, Sean saudara senasib sepenanggunganku. Karena dia sudah menyerahkanmu padaku, mana mungkin aku mengecewakannya? Maureen, jika kamu bisa memberiku kesempatan, aku, Yoga Liono, berjanji hanya akan mencintaimu seumur hidupku. Aku akan menjadikanmu wanita paling bahagia di dunia!"     

Yoga menyatakan berbagai pengakuan emosional, tapi masih saja tidak mendapatkan tanggapan dari pihak lawan. Namun, meskipun Maureen tidak mengatakan bahwa dirinya bersedia, dia juga tidak menolak. Bagi wanita, tidak berbicara selalu dianggap tandanya setuju.     

Yoga sangat gembira. "Maureen, aku tahu Kak Sean tepat di sebelahmu, jadi kamu merasa terlalu tidak enak jika mengatakannya. Ditambah lagi kalian belum bercerai. Tapi, kamu mendengarkan pengakuanku hingga selesai tanpa bersuara. Selain itu, kamu juga tidak menolakku. Aku sudah merasa sangat bersyukur!"     

"Besok kita sudah bisa bertemu. Hari sudah larut, istirahatlah," tutup Yoga.     

Pada saat ini, Susi kembali bersuara, "Hmm."     

Ketika mendengar suara Susi, Yoga keliru mengira itu suara Maureen. Dia menutup telepon, lalu menutup matanya dan berpikir, Suara yang begitu lembut…     

Tadi Maureen pasti setuju! Dari awal, aku sudah mendengar kalau Maureen seorang wanita yang temperamental. Jika dia tidak menyukai seorang lelaki, tidak peduli seberapa mulia status orang tersebut, dia akan langsung menolaknya dan tidak menunjukkan belas kasihan padanya sama sekali. Tapi, tadi dia tidak menolak pengakuanku! Hahaha! Maureen Susetia akan segera menjadi wanitaku!     

———     

Di tengah malam, Yoga membawa dua orang ke rumah Sean dan Maureen. Sementara Sean, Maureen, dan Wawan semuanya duduk di dalam dan sudah menunggu lama. Yoga masuk bersama Cahyadi dan seorang wanita muda.     

"Kak Sean! Maureen…"     

Yoga menyapa Sean dan Maureen dengan penuh semangat, sama sekali tidak menyadari bahwa hari ini adalah kematiannya.     

Hari ini Maureen menemani ayahnya menghadiri pesta makan malam, jadi kebetulan dia mengenakan gaun berpotongan rendah yang sangat mewah dan indah. Setelah melihatnya, pikiran Yoga semakin liar.     

Apakah Maureen mengenakan gaun ini karena aku? Dia sangat menghargai aku sebagai calon suaminya! Haha!     

Yoga sama sekali tidak tahu bahwa orang yang paling dekat dengan kesuksesan sering kali berada paling dekat dengan jurang maut.     

"Yoga, apa kamu sudah membawa Cahyadi?" tanya Sean.     

Yoga tertawa dan berkata, "Bawa! Wanita ini… Eh, aku lupa Kakak tidak bisa melihat, jadi Kakak tidak tahu. Kak Sean, sejak dikebiri olehmu, Cahyadi menjalani operasi penggantian kelamin. Sekarang dia sudah berubah menjadi seorang wanita."     

"Siapa wanita di sebelah Cahyadi itu?" tanya Sean,     

Yoga buru-buru menjawab, "Wanita ini yang diutus Cahyadi untuk meracunimu!"     

"Bicara!" Yoga memarahi wanita muda itu.     

Wanita muda itu buru-buru berlutut pada Sean dan memohon belas kasihan, "Tuan Muda Sean, maafkan saya! Malam itu saya yang sudah mencelakai Tuan. Cahyadi yang sudah memerintahkan saya untuk melakukannya. Tolong tunjukkan belas kasih Anda dan biarkan saya hidup…"     

Sejak awal, wanita muda itu sudah disuap Yoga. Bahkan jika dia diminta untuk mati di sini hari ini, dia juga bersedia. Itu karena Yoga sudah memberi keluarganya uang yang cukup banyak.     

"Obat apa yang kamu gunakan untuk mencelakaiku?" tanya Sean.     

Wanita muda itu mengeluarkan sebotol obat dan menyerahkannya pada Sean.     

Sean bertanya-tanya, "Aku dengar dokter bilang, dia tidak pernah menemui obat mencelakaiku. Yoga, siapa yang membuat obat ini?"     

"Cahyadi menemukan seorang dokter jenius di Thailand. Aku sudah coba membantumu untuk menemukan dokter itu, tapi aku tidak bisa menemukannya," kata Yoga, "Kak Sean, mengenai dokter itu, nanti aku akan membantumu mencarinya. Kakak urus saja dulu Cahyadi dan wanita yang pantas mati ini. Pukul atau bunuh saja semau Kakak!"     

Setelah mengatakannya, Yoga berinisiatif untuk berjalan ke arah Maureen, lalu tiba-tiba mengulurkan tangan untuk menyentuh lengan Maureen yang cantik dan berkata dengan lembut, "Maureen, adegan berikutnya mungkin sedikit sadis. Aku akan membawamu keluar dulu."     

Yoga merasa bahwa dengan kepribadian Sean, dia pasti akan menghajar Cahyadi dan wanita muda ini dengan liar. Bahkan ada kemungkinan untuk mematahkan tangan dan kakinya. Jadi, dia berpikir untuk membawa Maureen keluar. Tapi, siapa yang tahu...     

Plak!     

Maureen menampar wajah Yoga dan membentak, "Aku istri Sean! Apa pantas kamu menyentuhku?! Selain itu, apa kamu pantas memanggil namaku?"     

Pada saat ini, Maureen sudah tahu Yoga adalah orang yang mencelakai Sean, jadi dia tidak lagi segan. Sementara, Yoga memegangi wajahnya dengan kebingungan.     

"Maureen, kemarin malam kita bahkan mengobrol dengan baik. Kenapa hari ini kamu…"     

"Yoga, dengar baik-baik," potong Maureen, "Aku tidak pernah mengobrol sepatah kata pun denganmu! Orang yang berkirim pesan denganmu adalah pembantuku!"     

"Apa?!"     

Yoga sontak terkejut. Pada saat ini, dia kembali menatap Sean dan melihat amarah yang membara di matanya.     

Sean perlahan-lahan bangkit dari tempat duduknya. Tiba-tiba sekujur tubuh Yoga merinding. Dia langsung ingat apa yang Sean katakan barusan dan sontak ketakutan.     

"Tunggu! Bagaimana bisa kamu tahu ada seorang wanita yang berdiri di sebelah Cahyadi? Sean, kamu… kamu tidak buta!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.