Ingin Kukatakan Sesuatu

Menghukum Yoga!



Menghukum Yoga!

0Baru kemudian Yoga menyadari bahwa Sean bisa melihatnya!     
0

Mata Sean seperti obor yang menyala, dengan api dan kemarahan di matanya yang tidak pernah padam. Sekali lihat, itu pasti bukan pandangan mata orang yang buta.     

Sean teringat akan Yoga yang sudah meracuninya dan setelahnya berpura-pura tidak bersalah, bahkan memanggilnya Kakak dan mencoba merebut Maureen. Sebelumnya, dia memberi Yoga kesempatan untuk melanjutkan hidupnya, tapi hari ini Yoga tidak akan mendapatkan kesempatan itu lagi.     

Bak!     

Sean meninju sebelah mata Yoga.     

"Ahhh!"     

Yoga menjerit kesakitan dan memegangi matanya. Pukulan Sean sangat kejam, jadi beberapa saat lagi, matanya pasti akan membengkak.     

Sean murka, "Yoga, tentu saja kamu berharap aku buta! Kamu ingin balas dendam padaku, kan? Kamu ingin merebut istriku lagi, kan? Tapi, biar aku beri tahu! Maureen bukan Giana! Jangankan aku tidak buta. Meski aku benar-benar buta, kamu juga tidak akan pernah bisa merebutnya dariku!"     

Maureen pun menatap Sean dengan penuh rasa syukur karena Sean memberikan penilaian seperti ini terhadap dirinya dan Giana. Maureen merasa sangat senang. Ini menunjukkan bahwa di dalam hati Sean, Maureen bukanlah wanita yang dingin dan kejam seperti Giana, yang akan pergi begitu saja dengan orang lain ketika melihat orang itu kaya dan baik padanya. Bukan juga wanita yang akan menelantarkan suaminya begitu saja.     

Yoga sangat ketakutan dan buru-buru menjelaskan, "Kak Sean, kamu sudah salah paham. Aku tidak mencelakaimu, tapi Cahyadi!"     

Cahyadi langsung angkat bicara, "Omong kosong! Jelas-jelas kamu yang melakukannya. Tadi malam saat di Bangkok, kamu sendiri yang mengaku kalau kamu sudah meracuni Sean. Wanita dan obat ini juga berasal dari padamu! Aku tidak mengenalnya sama sekali!"     

Yoga memegangi wajahnya dengan satu tangan dan menunjuk Cahyadi dengan tangan lainnya, lalu membentaknya, "Cahyadi! Beraninya kamu mengkhianatiku! Kamu sudah gila? Kita ini saudara! Kita ini kerabat! Bisa-bisanya kamu malah membelanya dan tidak membantuku?! Kamu sudah lupa bagaimana dia memperlakukanmu? Sekarang kamu bukan laki-laki dan juga bukan wanita! Itu semua karena dia!"     

Cahyadi bersedekap dan mendengus dingin. "Jangan sembarangan mengaku sebagai kerabatku! Kapan kamu pernah menganggapku sebagai saudaramu? Saat keluargaku bangkrut, tidak ada satu pun dari keluarga Liono yang bersedia membantu kami! Kalau bukan karena kamu menyukai Giana dan ingin menidurinya, mungkinkah kamu bersedia bekerja sama denganku? Hari ini aku jadi seperti sekarang ini, semuanya karenamu!"     

"Kamu…!" Yoga sangat marah.     

Pada titik ini, Yoga tahu bahwa semua bukti sudah ada. Ditambah lagi, sejak awal Sean memang sudah menjebaknya sehingga apapun yang Yoga katakan, tidak akan ada gunanya.     

Yoga meringkuk di sudut sambil menatap mata Sean yang dipenuhi dengan tatapan membunuh, lalu berkata dengan gemetar, "Se… Sean, kakakku dan teman-temanku tahu kalau hari ini aku datang ke sini. Kamu jangan bertindak sembarangan!"     

"Kalau kamu meragukanku, kamu bisa menggunakan jalur hukum. Kamu bisa menuntutku. Kalau kamu berani memperlakukanku, seperti kamu memperlakukan Cahyadi, ke… keluarga Liono pasti tidak akan melepaskanmu!" Yoga takut Sean akan mengebiri dirinya dengan cara yang sama, seperti dia mengebiri Cahyadi.     

"Hari ini John tidak ada di sini, jadi kamu tidak akan diperlakukan seperti Cahyadi." kata Sean.     

Sejak Sean mengutus John mengejar Chintia, dia belum kembali dan belum mengabarkan pergerakan selama lebih dari 10 jam.     

Sean memperingatkan, "Yoga, aku pernah memberimu kesempatan, tapi kamu tidak menghargainya. Setidaknya Cahyadi masih bisa berdiri di sini dengan sehat, tapi kamu tidak akan memiliki kesempatan ini lagi."     

Mendengar kata-kata Sean, Yoga menjadi pucat karena ketakutan.     

"Apa yang mau kamu lakukan?! Kamu mau membunuhku?! Jangan main-main! Keluarga Liono-ku juga keluarga ternama. Jika terjadi sesuatu padaku di rumah keluarga Susetia, keluarga Susetia tidak akan bisa lolos!"     

Pada saat ini, Maureen berkata pada Sean, "Sayang, bagaimana kalau kita biarkan Kakek saja yang menanganinya?"     

Tentu saja Sean memiliki seratus cara untuk menghadapi Yoga. Seperti membunuhnya secara langsung atau melemparkannya ke laut, ke tempat tak bertuan, atau mengirimnya ke Afrika. Namun, Sean juga ingin tahu sikap keluarga Susetia.     

Keluarga Susetia akan segera mengetahui tentang kebutaan Sean dan akan terus mengandalkan Sean untuk mengetahui rahasia keluarga Yuwono. Karena keluarga Susetia mengandalkan keuntungan dari keluarga Yuwono, Sean juga ingin tahu apa yang akan dilakukan keluarga Susetia terhadap musuh mereka.     

"Oke. Hubungi kakekmu."     

"Hm."     

Maureen segera memberi tahu Suhendra bahwa orang yang mencelakai Sean sudah ditemukan.     

Setengah jam kemudian, beberapa mobil datang di luar gerbang rumah Maureen. Setiap mobil dilindungi oleh pengawal profesional. Suhendra, Martin, Lianny, dan Marvin semuanya datang.     

"Kakek! Ayah, Ibu." Maureen melangkah dengan cepat untuk menyambut mereka.     

Suhendra mengangguk dengan ekspresi serius. "Hm. Mana yang sudah mencelakai Sean?"     

Wajah Suhendra sudah sangat marah. Bisa-bisanya ada orang yang berani mencelakai cucu menantunya dan menyabotase rencananya untuk mengetahui rahasia keluarga Yuwono? Orang ini benar-benar terkutuk.     

Maureen menunjuk Yoga yang meringkuk di sudut. "Itu dia."     

Semua orang terkejut. Lianny tidak bisa memercayainya. "Yoga yang sudah mencelakai Sean? Mana mungkin? Mungkinkah ada kesalahpahaman?"     

Sekarang Yoga adalah kandidat calon menantu favorit Lianny. Sejak terakhir kali bertemu di acara pesta ulang tahun Suhendra, Yoga juga sudah bertukar nomor dengan Lianny. Biasanya dia juga menyapanya untuk memenangkan hati calon ibu mertuanya.     

Yoga buru-buru berlutut di depan Suhendra dan mengelak, "Tuan Besar Suhendra, saya tidak melakukannya. Sean cemburu melihat saya dan Maureen mengobrol dengan baik, jadi dia menuduh saya sembarangan!"     

Lianny benar-benar percaya pada perkataan Yoga dan menuduh Sean, "Sean, kamu sendiri yang menyuruh Maureen dan Yoga bertukar nomor, jadi kenapa kamu cemburu kalau mereka mengobrol dengan baik? Sebagai seorang lelaki, kamu tidak bisa lebih toleran?"     

Maureen buru-buru berkata, "Bu, jangan dengarkan omong kosong Yoga. Memang dia yang sudah mencelakai Sean. Dua orang ini bisa membuktikannya."     

Suhendra memandang Cahyadi dan pelayan yang menaruh racun.     

Pada saat ini, Wawan datang membawa laptop dan menunjukkannya pada Suhendra. "Tuan Suhendra, ini rekaman CCTV malam itu. Lihat posisi ini. Gadis dalam video yang paling dekat dengan gelas Tuan Muda Sean itu wanita yang ada di depan ini."     

Suhendra memakai kacamatanya dan memeriksanya dengan cermat. Gadis ini memang orang yang menaruh racun di gelas Sean malam itu.     

Sebenarnya Suhendra sudah mengetahui informasi semua pelayan malam itu dan mudah baginya untuk menemukannya. Hanya saja, tidak mudah baginya untuk menanyakan siapa pelaku di baliknya. Itu karena orang yang melakukan hal semacam ini pasti sudah disuap.     

Suhendra memandang pelayan yang menaruh racun itu dan berkata, "Nak, beri tahu saya, siapa yang memerintahkanmu untuk memberikan obat itu? Kalau kamu berani berbohong, saya jamin keluargamu akan menderita sama sepertimu."     

Meskipun pelayan ini tidak tahu status dan kemampuan Suhendra yang sebenarnya, dia bisa merasakan bahwa orang ini memiliki kedudukan yang jauh lebih kuat daripada Yoga. Dia pun segera berlutut dan mengaku, "Yoga menginstruksikan saya untuk memberikan obat ini!"     

Kepala Yoga mau pecah rasanya. Dia tahu bahwa setelah ini, tidak ada gunanya baginya untuk menjelaskan. Dia tidak lagi berlutut pada Suhendra, tetapi berlutut pada Lianny sambil memeluk kaki Lianny dan memohon, "Tante harus menyelamatkan saya, Saya sudah memperlakukan Tante seperti ibu mertua saya sendiri. Tante harus menyelamatkan saya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.