Ingin Kukatakan Sesuatu

Menjebak Yoga!



Menjebak Yoga!

0Martin segera berjalan menuju Suhendra dan berbisik, "Ayah, terlalu dini untuk menyerah pada Sean. Aku rasa lebih baik kita tunggu sebentar lagi. Mungkin saja akan ada perubahan dalam masalah Sean ini."     
0

Martin dan Lianny, ayah mertua dan ibu mertuanya ini, memiliki sikap yang berbeda terhadap Sean. Martin lebih memaafkan Sean, meski tentu saja dia membenci Sean karena melukai kaki putranya. Namun, Martin memiliki hubungan dengan bibi Sean.     

Selama ini, Suhendra memang selalu ingin berbesan dengan keluarga Yuwono. Ketika Martin mencapai usia yang pantas untuk menikah, Suhendra ingin menjodohkan Martin dengan bibi Sean, yaitu adik perempuan ayah Sean. Keduanya juga pernah bertemu satu kali. Martin tertarik pada bibi Maureen yang riang, cantik, dan mandiri. Martin pun langsung jatuh cinta padanya. Sayangnya, hubungan keduanya tidak berhasil.     

Suhendra mengangguk. "Benar. Kita memang tidak boleh mudah menyerah terhadap Sean."     

Maureen menuntun Sean kembali ke tempat duduknya. Lianny merasa bersalah ketika melihat kesedihan dan kemarahan Sean barusan, lalu merasa kasihan padanya. Sean sudah buta dan hanya memiliki Maureen, tetapi Lianny malah ingin mengambil Maureen darinya.     

"Hah…" Lianny sendiri seorang wanita. Dia merasa Sean begitu kasihan, jadi dia menuangkan secangkir teh untuk Sean dan berinisiatif membawakannya untuk Sean. "Minumlah secangkir teh, Sean. Jangan bersedih lagi."     

Jika Lianny si ibu mertua yang sombong ini membawakan teh untuk menantunya yang buta di saat-saat biasa, Sean akan merasa terhormat dan bahagia. Namun, sekarang Sean bahkan tidak ingin repot-repot memedulikannya. Pikiran Sean dipenuhi dengan Chintia sekarang.     

John, kamu harus bisa mengejar Chintia!     

Pada saat ini, tiba-tiba Michelle terbatuk. "Uhuk! Uhuk! Tante, pertunjukannya belum berakhir. Tante sudah mengundang semua tuan muda ini. Jangan biarkan para kandidat menunggu dan suruh mereka tampil."     

Lianny tertegun. Dia bahkan mengira semua pertunjukan sudah berakhir, namun kemudian dia ingat bahwa Yoga yang paling hebat itu belum tampil.     

"Benar! Yoga dari keluarga Liono!"     

Yoga memberikan meteorit luar angkasa seharga puluhan miliar. Dia adalah tamu terhormat. Lianny buru-buru menghampiri Yoga dan mempersilahkan Yoga.     

Yoga mendatangi Suhendra dan berkata, "Tuan Besar Suhendra, saya tidak memiliki bakat atau keahlian, jadi saya tidak akan tampil dan mempertontonkan keburukan saya."     

Sebenarnya Yoga sudah mempersiapkan beberapa pertunjukan bakat, tapi sekarang dia sudah tidak berencana untuk menampilkannya. Sean baru saja selesai bermain piano dan slam dunk tanpa melihat. Penampilan apa pun yang Yoga tunjukkan tidak layak disebutkan di depan Sean.     

"Tapi, saya mempelajari arsitektur saat kuliah. Di waktu luang, saya merancang sebuah rumah di Bogor dan memenangkan tiga penghargaan di American Architectural Master Award termasuk interior, arsitektur, dan landscape," kata Yoga.     

Mata Lianny tiba-tiba berbinar. "Wow! Kamu sudah memenangkan penghargaan di luar negeri? Desainmu pasti sangat indah. Apa kamu punya fotonya? Cepat tunjukkan pada Tante."     

"Ada."     

Yoga kembali ke tempat duduknya, lalu mengambil majalah yang berisi foto dan informasi rumah yang dirancangnya secara detail. Lianny mengambil alih majalah itu. Setelah membukanya, dia langsung melihat foto-foto rumah yang indah dan modern.     

"Maureen, kemari dan lihatlah. Yoga mendesain rumah ini. Indah sekali!" Lianny bersandar pada Maureen.     

Maureen sendiri sangat menyukai desain. Dia tidak menyangka Yoga tidak hanya tampan, tetapi juga berbakat dalam desain. Dia melihatnya dengan saksama dan memujinya berulang kali, "Ya, memang sangat indah. Material yang digunakan semuanya sederhana seperti dari kayu, batu, dan kaca. Saya suka desain ini."     

Ketika mendengar pujian Maureen, Yoga jelas sangat gembira. Dia berinisiatif menjelaskan, "Benar. Baik keseluruhan struktur dan perluasan ruang, termasuk perabotan rumah, semuanya sebagian besar kuno dan sederhana. Nona Maureen, sepertinya selera kita sama."     

Maureen merasakan sorot kasih sayang di mata Yoga. Meskipun Yoga berbicara dengan sangat sopan dan tidak melampaui batas, sorot matanya lancang, jelas sedang merayu Maureen. Yoga juga begitu karena Sean tidak bisa melihat. Itu sebabnya dia berani mencoba menggoda Maureen seperti ini.     

Yoga sialan! Beraninya mencoba menggoda istriku!     

Sebenarnya Sean melihat segalanya. Pada saat ini, dia juga menarik pikirannya dari kerinduannya pada Chintia.     

Pada saat ini, Lianny membaca majalah dan tiba-tiba berkata dengan terkejut, "Wow! Putriku, lihat! Nama rumah yang dirancang Yoga adalah Maureen Ville. Bukankah ini namamu?"     

Maureen terkejut dan melihat lebih saksama. Ternyata memang Maureen Ville!     

"Maureen Ville?" Sean turut tercengang. Yoga bahkan menamai rumah yang dirancangnya dengan nama Maureen.     

Sean tiba-tiba teringat akan 'Grand Giana' yang juga dinamai berdasarkan nama Giana. Tampaknya Yoga ingin meniru Sean.     

Sean tidak bisa menahan rasa cemburu di hatinya dan bertanya, "Yoga, kamu menamai desainmu yang memenangkan penghargaan dengan nama istriku? Apa karena ingin memberikan rumah ini pada istriku?"     

Yoga menatap Sean, tetapi bukan dengan arogan seperti beberapa orang tadi, melainkan dengan sangat sopan dan berkata, "Sean, aku berencana memberikan rumah ini padamu dan Nona Maureen. Kalian berdua bisa tinggal bersama di sana."     

Sean terkejut. Bocah ini bahkan begitu murah hati memberikan rumah untuknya?     

"Apa kamu yakin ingin memberikannya padaku?" tanya Sean.     

Yoga tersenyum dan menjawab, "Kamu suami Nona Maureen. Tentu saja namamu juga akan tertulis di hadiah yang aku berikan untuk Nona Maureen. Aku bahkan sudah membawa kontraknya. Nona Maureen, Sean, sekarang kalian tanda tangani dan Maureen Ville ini akan menjadi sarang cinta baru kalian berdua."     

Tindakan Yoga sontak mengejutkan Sean.     

Sial! Si Yoga ini jadi munafik dan sulit untuk dihadapi!     

Sean tahu Yoga terluka karenanya hingga seperti ini, jadi dia tidak mungkin begitu murah hati dan memberikan rumah. Yoga turun tangan langsung merancang sarang cinta untuk Sean dan Maureen.     

Yoga merancang rumah itu khusus untuk Maureen. Namun, Yoga ingin menggunakan cara ini untuk menyenangkan Sean dan menghilangkan kecurigaan Sean padanya. Masalahnya, semakin Yoga berbuat seperti ini, Sean semakin curiga ada maksud terselubung di hati Yoga.     

Aku harus segera menemukan orang yang sudah mencelakaiku, lalu pergi mencari Chintia!     

Sean ingin menyelesaikan masalah ini sesegera mungkin, jadi dia tiba-tiba bertanya pada Yoga, "Yoga, bisakah kamu membantuku duduk di dalam hotel?"     

"Oh, oke."     

Entah mengapa Yoga masih berpura-pura baik. Dia membantu menuntun Sean ke lobi hotel dan selama itu tidak mencelakai Sean.     

Setelah keduanya duduk, Sean bertanya, "Punya rokok?"     

Yoga menyerahkannya pada Sean dan membantunya menyalakannya.     

Setelah menghisap dua kali, Sean menghela napas dan berkata, "Yoga, kita sudah lama saling kenal dan aku juga sudah lebih mengenalmu. Keluarga Susetia memilih menantu berikutnya. Jika mereka benar-benar ingin memilih suami lain untuk Maureen, aku harap orang itu adalah kamu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.