Ingin Kukatakan Sesuatu

Masuk Perangkap!



Masuk Perangkap!

0Yoga yang duduk di sebelah Sean langsung kembali berdiri. Tiba-tiba Yoga kesusahan bicara, "Se… Sean, apa yang kamu katakan? Kamu dan Maureen adalah pasangan yang serasi, Aku tidak pernah berpikir ingin merebut istrimu!"     
0

"Apa kamu sudah salah paham padaku? Sebenarnya ibu mertuamu yang mengundangku. Aku juga tidak tahu kenapa, tapi dia secara khusus menyuruhku untuk memberikan hadiah pada istrimu untuk membuatnya senang. Rumah itu awalnya tidak dinamai Maureen Ville. Aku menggantinya di saat-saat terakhir. Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa memeriksanya di internet," terang Yoga.     

Sean mengulurkan tangannya dan berkata, "Yoga, jangan panik, Duduklah. Sebenarnya hubunganku dan Maureen sudah tidak bisa kembali seperti dulu. Aku dan dia sudah ditakdirkan untuk berpisah!"     

Setelah duduk, Yoga bertanya, "Mana mungkin begitu?"     

Sean menghela napas dan menjawab, "Kamu tidak tahu bahwa aku dan keluarga Susetia selalu berselisih. Keluarga Susetia bahkan pernah sampai di tahap ingin membunuhku. Aku juga yang sudah mematahkan kaki Marvin."     

"Alasan mereka menjadikanku menantu keluarga adalah hanya ingin menggunakanku untuk mendapatkan rahasia keluarga Yuwono. Sekarang aku sudah cacat, jadi aku sudah tidak memiliki nilai di mata mereka. Selain itu, aku juga tidak ingin menjadi batu sandungan bagi Maureen, jadi kami berdua memang sudah ditakdirkan untuk bercerai!" terang Sean.     

Yoga sangat gembira. Apa yang Sean katakan memang masuk akal. Yoga sama sekali tidak sadar bahwa Sean sedang menipunya agar dia mengambil umpan.     

Sean terus menipunya, "Ibu mertuaku memilih lebih dari belasan laki-laki untuk Maureen, tapi aku sama sekali tidak bisa melihat seperti apa tampang para lelaki itu selain dirimu. Jadi, aku tidak merasa tenang. Tapi, aku mengenalmu dengan sangat baik. Aku tahu bahwa secara latar belakang keluarga, penampilan, sosok tubuh, atau pun kepribadian, kamu tidak buruk."     

"Tahun lalu Giana menikahimu saat sedang mengandung anakku. Selama sepuluh bulan itu, kamu merawatnya dengan baik dan memperlakukannya seperti seorang tuan putri. Dalam hal ini, jika itu aku dan istriku sedang hamil anak laki-laki lain, aku bahkan tidak akan bisa tersenyum padanya, apalagi memperlakukannya dengan baik. Jadi, berdasarkan hal ini, aku tahu bahwa jika Maureen menikah denganmu, kamu pasti akan memperlakukan dirinya dan juga putriku dengan baik."     

Yoga sangat dipuji oleh Sean. Dia segera menepuk pahanya dengan penuh semangat.     

"Itu pasti! Aku laki-laki yang terlahir mencintai istrinya dan tidak pernah marah pada wanita! Jika Maureen menikah denganku, aku pasti akan memperlakukannya sama seperti dewi! Sean... apa kamu benar-benar bersedia memberikan istrimu padaku?"     

Maureen adalah wanita yang sangat cantik. Orang mana yang akan mau memberikan istri yang begitu menawan seperti ini pada orang lain? Tentu saja Sean tidak akan memberikan istrinya. Tapi, agar dia bisa menjebak Yoga, sekarang dia harus membujuknya terlebih dahulu dan membiarkannya mengungkapkan dirinya sendiri.     

Sean memiliki kekuatan dan bawahan. Tetapi, jika Yoga dipaksa untuk mengaku, meski dipukul sampai mati sekalipun, dia tidak akan mengaku. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa mereka lebih suka membunuh orang yang bersalah daripada melepaskannya, tetapi bagaimana jika pelakunya bukan Yoga si musuh bebuyutannya di masa lalu, melainkan orang lain?     

Setelah memastikan Yoga benar-benar pelakunya, sesudah menghabisi Yoga, Sean bisa tidur dan menikmati hidup dengan tenang.     

"Tentu saja aku tidak rela! Tapi, tidak ada cara lain! Aku sudah buta. Masa aku membiarkan Maureen hidup melayaniku seumur hidupnya?!" kata Sean, "Kamu mengenal karakterku. Aku orang yang memiliki harga diri yang tinggi. Seumur hidupku, aku tidak mungkin mau menjadi batu sandungan bagi Maureen!"     

Yoga mengangguk. Memang mustahil bagi Sean untuk menjadi bajingan yang egois. Begitu memikirkan hal ini, Yoga memeluk Sean dengan penuh semangat.     

"Kakak! Kelak kamu adalah kakak kandungku! Terima kasih! Aku pasti akan memperlakukan Maureen dan putrimu dengan baik! Aku bersumpah!"     

Sean mendorong Yoga dan berkata, "Hei, tunggu sebentar. Jangan berterima kasih padaku dulu. Jika kamu ingin aku menyerahkan Maureen padamu, aku punya satu syarat."     

Yoga menjawab dengan penuh semangat, "Katakan saja! Jangankan satu syarat, sepuluh syarat pun juga akan aku penuhi!"     

Asalkan aku bisa menikahi wanita cantik seperti Maureen, dan berbesan dengan keluarga Susetia yang ternama, aku akan melakukan apa saja, pikir Yoga.     

"Syaratku, kamu harus membantuku menemukan pelaku yang sudah menjebakku," kata Sean.     

Yoga tertegun sejenak dan merasa bersalah. "Mencari pelakunya?"     

"Aku mencurigai kakak sepupumu, Cahyadi Pangestu. Dulu karena masalah Giana, aku menyuruh orang untuk mengebirinya. Dia menghilang sejak saat itu dan aku juga belum bisa menemukannya. Kemungkinan besar dialah yang sudah membalas dendam padaku!" kata Sean.     

Padahal, sebenarnya Cahyadi sedang berada di Thailand dan selalu berada di dalam pengawasan Sean. Ketika Sean kehilangan penglihatannya, orang-orang Sean juga segera menginterogasi dan menyelidiki Cahyadi. Selain itu, ada orang yang terus mengawasinya dan berbagai bukti yang dapat membuktikan bahwa Cahyadi tidak bersalah. Alasan mengapa Sean mengatakan bahwa Cahyadi adalah pelakunya adalah untuk tujuan lainnya.     

Yoga terkejut. "Kamu mengebiri dia?"     

Sebenarnya sejak Yoga dan Cahyadi berpisah, mereka berdua tidak pernah berhubungan dan Yoga juga tidak bisa menghubungi Cahyadi. Baru saat inilah dia tahu bahwa Cahyadi sudah mengalami hal itu.     

Yoga berpikir sejenak sebelum berkata, "Pasti Cahyadi pelakunya! Bocah nakal itu pasti ingin balas dendam! Dulu karena kamu membuat keluarga Pangestu bangkrut, dia datang ke Banten, lalu berlutut dan memohon padaku untuk membalaskan dendamnya. Jika bukan karena dia yang terus-menerus memohon padaku untuk mengejar Giana, aku tidak akan memprovokasimu, Kak Sean!"     

Jelas-jelas kamu yang tidak tahu malu! Melihat Giana yang cantik, kamu tidak menganggapku. Itu sebabnya kamu merebut wanitaku secara terang-terangan. Bisa-bisanya kamu melimpahkan kesalahan pada Cahyadi! Sean mendengus dingin dalam hati.     

"Kita tidak perlu membahas hal yang sudah lewat. Lagi pula, aku dan Giana juga sudah bercerai. Kamu adik sepupu Cahyadi. Jika kamu bisa menemukannya dan mendapatkan bukti kalau dia sudah menjebakku, aku sendiri yang akan mengantarkan Maureen ke tanganmu!"     

Yoga sontak membayangkan Maureen yang berbaring di tempat tidurnya. Dia pun tidak bisa menahan diri untuk menelan air liurnya. Menikahi Maureen juga berkah bagi dirinya dan keluarga Liono!     

Yoga segera setuju, "Oke! Aku pasti akan menangkap Cahyadi si binatang buas itu dan menyerahkannya padamu!"     

"Hmm. Ayo kita kembali." Sean perlahan bangkit berdiri.     

"Kak Sean, hati-hati. Ayo aku tuntun. Pelan-pelan saja dan melangkahlah dengan hati-hati."     

Yoga segera menuntun Sean. Dia juga melayani Sean seperti melayani kakeknya sendiri.     

Setelah kembali ke tempat duduknya di halaman, Yoga segera menatap Maureen yang bersinar dan berkata pada dirinya sendiri, Wanita ini akan segera menjadi istriku! Hahaha! Aku tidak tahu yang mana dari dua wanita itu, dia dan Giana, yang akan lebih memikat? Hehe.     

Sambil membayangkan hal-hal jahat, Yoga bertanya dengan sopan pada Maureen, "Kak Maureen, bagaimana kalau kita bertukar nomor ponsel?"     

Maureen tidak setuju. Dia tidak pernah memberikan nomornya pada orang asing. Namun, Sean berkata, "Sayang, berikan saja nomormu. Kalian berdua sama-sama sangat menyukai desain. Seharusnya kalian berdua bisa mengobrol dengan baik."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.