Ingin Kukatakan Sesuatu

Chintia Datang!



Chintia Datang!

0Howard memandang Sean dan bertanya, "Sean, kamu ingin melakukan slam dunk dengan cara apa? Berdiri di bawah ring, lalu melompat dan melakukan slam dunk? Hehe. Kalau begitu, saya rasa kamu tidak perlu tampil! Tutupi saja mata saya, saya juga bisa slam dunk di tempat! Selain itu, saya juga bisa menunjukkan Windmill slam dunk!"     
0

Bagi orang yang memiliki kemampuan melompat yang cukup kuat, melakukan slam dunk di tempat tanpa melihat ring adalah hal yang mudah.     

"Tentu saja bukan slam dunk di tempat. Saya ingin kamu berdiri di bawah ring. Saya akan melakukan slam dunk dengan melompati kepalamu!" kata Sean.     

"Apa katamu?!"     

Howard geram. Ternyata Sean ingin melakukan slam dunk dengan melompati kepalanya. Sebelumnya Howard pernah mengatakan hal yang sama pada Sean, jadi sekarang Sean juga ingin mempermalukan Howard dengan cara yang sama.     

Howard yang selalu sombong tentu saja tidak bersedia kepalanya dilompati. Hanya saja, dia berpikir dengan hati-hati, Sean buta, jadi jika dia melakukan gerakan sulit, tidak heran jika dia jatuh dan mati!     

Howard merasa ini adalah cara untuk menyingkirkan Sean. Jika Sean mengalami kecelakaan saat melompati kepalanya, lalu jatuh dan gegar otak, Sean pasti sudah tidak bisa menjadi suami Maureen. Sementara, Howard jadi memiliki kesempatan.     

"Oke! Aku bersedia kamu lompati!" Howard setuju.     

Pada saat ini, Suhendra angkat bicara untuk menghentikannya. "Tidak boleh! Kamu tidak bisa melakukan hal berisiko. Itu terlalu berbahaya."     

Suhendra benar-benar takut jika Sean sampai kehilangan nyawanya. Tapi, Sean bersikeras.     

"Kakek, jangan khawatir. Saya akan baik-baik saja. Saya pasti bisa menyelesaikan slam dunk ini!"     

Ini pertama kalinya Sean memanggil Suhendra sebagai 'Kakek'. Hati Suhendra terasa hangat, Dia semakin menganggap Sean seperti anaknya sendiri. Akan tetapi, anak ini masih saja begitu gigih…     

Tidak lama kemudian, Howard berdiri di depan keranjang dan berkata pada keluarga Susetia, "Om, Tante, Nona Susetia, jangan khawatir. Jika Sean melompat dan jatuh, saya akan menopangnya dan tidak akan membiarkannya terluka."     

Meskipun di mulut berkata seperti itu, hati Howard sama sekali berbeda, Dia tidak akan peduli hidup dan mati Sean.     

Sean meraih bola dengan satu tangan, berdiri beberapa meter dari Howard, lalu tiba-tiba mulai mempercepat langkahnya dan berlari ke depan. Karena Sean tidak bisa melihat, dia membutuhkan arahan Maureen.     

Maureen bersiap melihat waktu yang tepat. Ketika merasa sudah hampir saatnya, dia berkata pada Sean, "Lompat!"     

Sean melompat dengan cepat, memegang bola dengan satu tangan, dan terbang ke udara.     

Sial! Waktunya benar-benar akurat!     

Howard sontak terkejut. Dia sama sekali tidak tahu Sean bukan mengandalkan Maureen untuk memberikan arahan, melainkan mengandalkan penglihatannya sendiri.     

Sesudah itu, Sean terlihat melompat tinggi. Seluruh tubuhnya melayang di udara dan langsung terbang melewati kepala Howard.     

"Apa?!"     

Howard tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya.     

Dung!     

Suara yang keras pun terdengar. Sean memasukkan bola ke dalam ring dengan satu tangan. Semua penonton yang ada di sana sontak tercengang. Namun, tepat ketika Sean hendak mendarat, Howard tiba-tiba berbalik.     

"Jangan melompat! Biar aku yang menjemputmu!" kata Howard pada Sean.     

Howard berpura-pura baik, tetapi tiba-tiba tersandung dan jatuh ke tanah, persis di posisi pendaratan Sean. Jika Sean benar-benar tidak bisa melihat dan mendarat seperti ini, kemungkinan besar kaki Sean akan keseleo.     

"Hati-hati!"     

Tiba-tiba Sean mendengar dua suara yang sangat familier. Salah satunya adalah Maureen, sementara yang satu lagi sepertinya… Chintia Yandra!     

Tentu saja Sean tidak akan membiarkan Howard berhasil. Sean menghindari tubuh Howard dengan sempurna dan tidak menginjaknya.     

Chintia… Tadi itu suara Chintia!     

Sean segera melihat ke depan. Tiba-tiba dia menemukan bahwa di antara beberapa pelayan hotel di kejauhan, ada seseorang yang sangat mirip dengan Chintia.     

Chintia!     

Sean merasa itu pasti Chintia yang asli karena dia sendiri sudah memperingatkan si palsu itu dan dia tidak akan pernah berani berpura-pura menjadi Chintia lagi. Selain itu, begitu mendengar suara itu, Sean langsung tahu bahwa itu 100% pasti suara Chintia.     

Pada saat ini, Sean ingin bergegas ke sana, tetapi dia tidak bisa melakukannya. Itu karena sekarang dia dalam keadaan buta dan tidak bisa melihat Chintia. Jika berlari ke sana untuk menghampiri Chintia, maka aktingnya yang berpura-pura buta akan terekspos.     

Seandainya Yoga benar-benar pelakunya, sepertinya seumur hidup Sean tidak akan pernah bisa mengungkap kebenaran ini dan tidak akan pernah bisa menemukan siapa orang yang sudah mencelakainya.     

Chintia yang dilihat Sean pun langsung menghilang di antara kerumunan.Sedetik berikutnya, ketika Maureen juga melihat ke arah itu, dia sudah tidak melihat apa-apa.     

"Suamiku, kamu baik-baik saja?" Maureen bertanya dengan prihatin.     

Sean mengepalkan tinjunya dan merosot ke tanah dengan keras. Sambil memukuli Howard, dia berteriak, "Kenapa?! Kenapa?!"     

Dia benci! Dia tidak terima!     

Sudah begitu lama Sean bermimpi bertemu Chintia. Namun, ketika akhirnya hari ini bisa bertemu, dia justru tidak bisa mengejarnya.     

Dia pasti sudah mendengar kalau aku buta, jadi dia sengaja datang untuk melihatku.     

Sean langsung menebak kenapa Chintia sampai datang kemari. Setidaknya ini menunjukkan bahwa Chintia bebas. Selama ini dia tidak muncul karena dia sendiri yang tidak mau dan sama sekali bukan karena tidak bisa.     

Mungkinkah dia benar-benar sudah menyerah padaku? Benar-benar sudah tidak berencana bersama denganku lagi? Sean tidak bisa menerima keputusan Chintia. Dia harus menjelaskan pada Chintia secara langsung.     

Yoga yang melihat Sean menggila dan juga tidak sengaja memukul Howard diam-diam berkata dalam hati, Kenapa? Haha. Kenapa kamu buta? Itu karena kamu sudah mengusikku! Aku tidak hanya akan membuatmu tidak bisa melihat selamanya, tapi aku juga akan merebut wanitamu! Tidak lama lagi, istrimu yang cantik ini akan aku tekan di bawah tubuhku! Sama seperti apa yang terjadi pada Giana! Haha!     

Yoga merasa percaya diri dan arogan karena sebelumnya sudah pernah mendapatkan istri Sean, Giana Wangsa. Itu sebabnya dia juga berpikir bisa merebut Maureen dari Sean dengan mudah.     

John yang melihat Sean menggila pun buru-buru menghampirinya. Namun, ini memang tujuan Sean. Dia ingin menarik perhatian John untuk datang menghampirinya.     

Sean memeluk John dan berbisik di telinga John, "Chintia ada di sini. Kejar dia."     

John terkejut. Jika Chintia ada di sini, bukankah kemungkinan Jasmine juga ada di sini? John segera keluar untuk mencari keberadaan Chintia.     

Sementara suasana hati Sean berangsur-angsur tenang, Howard yang sudah dipukuli Sean pun dilarikan ke rumah sakit untuk diperiksa. Si jenius serba bisa ini sudah dihabisi oleh Sean si orang cacat ini.     

Para tamu pun memujinya.     

"Tuan Besar Suhendra, meski sekarang Sean buta, dia masih bisa bergerak bebas. Dia bisa bermain piano, bisa berjalan lurus, dan bahkan bisa slam dunk. Dia tidak jauh berbeda dari orang normal."     

"Benar. Selain itu, sekarang teknologi sudah begitu maju. Kebutaan sudah bukan lagi kendala. Saya dengar beberapa orang di luar negeri menggunakan teknologi AR dan membuat kamera untuk orang buta sehingga orang buta juga bisa melihat dunia."     

Suhendra sendiri sangat gembira dan diam-diam berkata dalam hati, Jika Sean bisa hidup seperti orang normal, mungkin dia masih memenuhi syarat untuk mewarisi rahasia keluarga Yuwono!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.