Ingin Kukatakan Sesuatu

Mengejutkan Penonton!



Mengejutkan Penonton!

0'Bach in G Minor' adalah lagu yang didasarkan pada 'Prelude and Fugue in C Minor (BWV847)' Temperament Bach yang baru saja dimainkan Howard.     
0

Karena kamu memainkan Temperament Bach, kalau begitu aku juga akan memainkannya.     

Sean suka bersaing dengan orang lain dan paling memedulikan keadilan dalam sebuah pertandingan. Sementara, adaptasi 'Bach in G Minor' yang dimainkan Sean ini lebih mampu memukau para tamu masyarakat umum di tempat kejadian.     

Lagu ini memiliki setidaknya puluhan juta penampilan di platform musik. Bahkan, orang yang biasanya tidak bermain piano dan tidak mendengarkan musik klasik kemungkinan besar pasti pernah mendengarnya.     

Tentu saja Howard sendiri pernah mendengarnya. Dia tahu bahwa kecepatan lagu ini sekitar 100 BPM. Dengan kecepatan yang begitu cepat, memainkannya dalam keadaan buta hanyalah sebuah fantasi belaka!     

Howard tidak akan terkejut jika Sean yang buta memainkan lagu 'Bintang Kecil'. Tetapi, untuk memainkan lagu yang sangat cepat dalam keadaan buta, butuh koordinasi tangan kanan dan kiri tingkat tinggi. Howard tidak percaya siapa pun di dunia ini bisa melakukannya.     

Menghadapi provokasi Howard, Sean mendengus dingin. "Mau menyembahku sebagai gurumu? Maaf, kamu tidak memiliki kualifikasi ini! Saya tidak menerima murid yang sombong!"     

"Kamu…"     

Howard sangat marah dan tidak terus berdebat dengannya. Bagaimanapun juga, sekarang Sean hanya membual di depan begitu banyak orang. Howard hanya akan menyaksikan bagaimana dia melakukannya. Nanti saat blind slam dunk Sean kacau, masih belum terlambat bagi Howard untuk memakinya lagi.     

Seluruh tempat kejadian menjadi sunyi. Sean meletakkan kedua tangan di atas tuts piano, sementara tangan putih mulus Maureen masih menopang jari-jari Sean, lalu berkata padanya, "Suamiku, ini kunci C."     

"Ya."     

Sean pura-pura tidak bisa melihat dan mengenali posisi kunci dengan bimbingan istrinya. Kemudian…     

Deng, deng, deng, deng…     

Suara piano yang begitu merdu didengar seketika bergema.     

Kedua tangan Sean menari pada tuts piano. Kecepatannya sama dengan lagu aslinya dan tidak berkurang sama sekali meski dimainkan dalam keadaan buta. Akurasinya sama sekali tidak berkurang.     

Si Howard memang cukup berbakat. Dia buka hanya bisa melakukan Walking in The Air slam dunk, tapi juga memiliki selera musik yang bagus. Asalkan Sean memainkan satu nada yang salah, asalkan terdengar satu saja nada yang tidak ada di dalam kunci, Howard akan segera mengetahuinya.     

Tanpa disangka, Sean sudah bermain dengan cepat selama sepuluh detik, tapi Howard terkejut karena belum mendapati satu pun kesalahan!     

"Bagaimana mungkin bisa begini?!" Howard tercengang menatap Sean.     

"Beruntung sekali bisa melahirkan putra seperti Sean!" Ayah mertua Sean, Martin, turut kagum ketika melihat permainan piano menantunya dan tersenyum lega.     

Sementara, Suhendra tak kalah terkejut bukan main. "Pelatihan macam apa yang diberikan keluarga Yuwono padanya?! Dia bahkan bisa memainkan lagu Bach dalam keadaan buta! Benar-benar luar biasa!"     

Bahkan Lianny sangat terkejut. "Sean… Apakah dia sehebat itu?"     

Lianny berharap menantunya tidak berguna. Dengan begitu, dia bisa menyuruhnya bercerai dari Maureen tanpa ragu. Namun, keunggulan Sean membuat ibu mertua ini kagum.     

Tentu saja para tamu di tempat kejadian sangat tercengang. Di tempat kejadian, satu-satunya orang yang tidak perlu terkejut adalah Maureen. Itu karena dia tahu bahwa kebutaan Sean hanyalah pura-pura. Tetapi, pada saat ini dia juga menutupi mulutnya karena terkejut. Itu karena dia mendapati Sean tidak melihat kunci, tetapi mengangkat kepalanya dengan mata tertutup dan melihat ke kejauhan.     

"Dia… Benar-benar memainkannya tanpa melihat!"     

Ini hanyalah Temperamental Bach, jadi untuk apa Sean mengalahkan Howard dengan menggunakan trik-trik tertentu? Meski Sean benar-benar buta, dia tetap bisa lebih unggul daripada dia.     

Suamiku…     

Maureen semakin kagum pada Sean yang begitu membanggakan. Ini lagu yang sangat bagus dan sentimental. Lagu ini dapat membuat orang tenggelam dalam dunia yang berbeda.     

Pada awalnya, semua orang terkejut. Bagaimana bisa Sean memainkan lagu ini tanpa melihat? Akan tetapi, setelah satu menit, semua orang melupakannya. Semua orang tenggelam dalam dunia musik yang diciptakan oleh Sean.     

Tentu saja Sean tidak bisa memainkan seluruh lagu tanpa melihat. Sesekali dia menunduk untuk melihat sekilas.     

Tidak ada yang memperhatikan bahwa saat ini, di halaman, seorang pelayan dengan seragam hotel memandang Sean dengan penuh haru dan tidak bisa menahan tangisnya. Penampilan si pelayan ini benar-benar luar biasa. Tubuhnya montok dan berlekuk, mengenakan pakaian adat, terlihat seperti seorang selebriti.     

Matanya baik-baik saja… Dia tidak buta…     

Wanita itu tersenyum bahagia dan menangis.     

Tidak lama kemudian, setelah lagu itu dimainkan, ada tepuk tangan yang memekakkan telinga di tempat kejadian. Riuh suara tepuk tangan ini bahkan sepuluh kali lebih keras dari penampilan Howard sebelumnya.     

"Luar biasa! Aku belum pernah melihat penampilan orang buta seperti ini seumur hidupku!"     

"Keterampilan piano menantu keluarga Susetia sepertinya sudah mencapai level tertinggi!"     

"Tuan Besar Suhendra, cucu menantu Anda ini jenius!"     

Suhendra tertawa. "Anda terlalu memuji. Anda terlalu memuji."     

Howard merasa sangat malu. Dirinya bahkan tidak bisa dibandingkan dengan orang buta?     

Howard berjalan di depan Sean dan bertanya, "Sean, apa kamu pura-pura buta? Apa kamu pura-pura tidak bisa melihat, padahal kamu bisa melihat dengan jelas, untuk menipu semua orang dan membuat semua orang berpikir kamu bisa memainkan piano dalam keadaan buta?"     

Ketika mendengar ini, Yoga ikut menatap Sean dengan serius.     

Sean buru-buru berkata, "Kamu curiga saya berpura-pura? Ini mudah saja. Saya akan melepas kacamata hitam saya dan menutup mata saya, lalu saya akan memainkannya sekali lagi. Jika saya masih bisa memainkannya, kamu harus bersujud sampai kepalamu menempel ke tanah sebanyak sepuluh kali padaku dan memanggil saya Kakek. Bagaimana?"     

Howard tidak berani bertaruh karena barusan dia juga melihat Sean hampir sepanjang waktu tidak melihat kunci.     

"Hahaha…" Howard tertawa terbahak-bahak. "Saya akui permainan pianomu memang lebih baik dari saya, tapi sejak awal saya memang tidak mengatakan bahwa saya pandai bermain piano. Saya hanya serba bisa!"     

"Hari ini saya akan memberi pelajaran pada bocah sepertimu yang mengaku dirinya serba bisa!" kata Sean, "Kamu baru saja melakukan slam dunk, bukan? Kalau begitu, saya juga akan melakukan slam dunk/"     

Begitu pernyataan ini keluar, seluruh penonton tercengang.     

"Apa? Menantu keluarga Susetia akan melakukan slam dunk?"     

"Apa aku tidak salah dengar? Orang buta ini bahkan sulit berjalan, tapi bahkan ingin melakukan slam dunk?"     

Howard langsung ketakutan. "Blind slam dunk!"     

Bahkan bagi mereka yang mengerti basket, slam dunk semacam ini tidak pernah terdengar. Pada tahun 1991, dalam kontes slam dunk NBA, Dee Brown dijuluki 'Kelelawar Terbang'. Dia melakukan slam dunk dengan mata tertutup dan mengalahkan Shawn Kemp, pria yang dijuluki 'Manusia Hujan', dan memenangkan kontes slam dunk tahun itu.     

"Tidak… Tidak mungkin… Dia tidak mungkin Kelelawar Terbang. Bahkan Dee Brown hanya menutupi matanya saat di udara. Ketika lepas landas, dia selalu melihat ke ring."     

"Sekarang Sean tidak bisa melihat apa-apa, dan bahkan tidak tahu di mana posisi ring, mana mungkin dia bisa melakukan slam dunk?!"     

Penonton menjadi riuh. Suhendra bangkit dan berkata pada keluarga Susetia yang ada di meja, "Jika Sean bisa menyelesaikan blind slam dunk ini, aku tidak ingin mendengar seseorang mengatainya tidak berguna lagi!"     

Perkataan ini jelas ditujukan pada Lianny yang selalu merasa Sean sudah buta dan tidak bisa berbuat apa-apa. Jika Sean bahkan bisa melakukan slam dunk, dia bisa mempermalukan ibu mertuanya itu dengan kejam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.