Ingin Kukatakan Sesuatu

Berani Berebut Wanita denganku?



Berani Berebut Wanita denganku?

0Tidak ada yang dia tidak bisa! Bocah yang sungguh arogan!     
0

Lianny pun memandang Howard sambil tersenyum, lalu berkata, "Dari dulu, Tante sudah dengar kalau Howard adalah anak jenius dan serba bisa yang sangat langka. Entah apa pun yang dipelajarinya, sekali mempelajarinya, dia langsung bisa. Selain itu, dia juga mahir dalam segala jenis seni bela diri."     

Howard berpura-pura rendah hati dan berkata, "Tante terlalu memuji saya. Bagaimanapun juga, tidak bisa dibilang serba bisa. Hanya saja bisa bermain alat musik seperti piano, gitar, drum, biola, dan selo. Termasuk bermain basket, rugbi, sepak bola, tenis meja, renang, dan golf. Selain itu, berkelahi seperti tinju dan yang lainnya, semuanya saya bisa."     

Semua orang kagum. Howard baru berusia awal 20-an, tapi apa benar dia serba bisa, seperti apa yang dikatakannya itu?     

"Serba bisa?"     

Sean jadi penasaran pada orang ini. Terus terang saja, serba bisa juga merupakan nama panggilan Sean. Sejak kecil, Sean sudah menjalani berbagai pelatihan sehingga pada dasarnya, dia juga bisa melakukan semua yang dikatakan Howard barusan. Mungkinkah Howard juga seperti dirinya yang menerima berbagai pelatihan kejam sejak masih kecil?     

Howard melirik grand piano yang ada di halaman, kemudian menatap Maureen.     

"Nona Maureen, pertama-tama saya akan mempersembahkan sebuah permainan piano untuk Anda. Bagaimana? Anda bisa meminta saya memainkan lagu apapun yang Anda inginkan. Saya bisa memainkan lagu apa pun!"     

Maureen terkejut melihat orang yang serba bisa ini. Dia pun menjawab dengan sopan, "Hari ini adalah hari ulang tahun Kakek, jadi lebih baik biarkan saja kakek saya yang memilih."     

Suhendra berkata, "Saya tidak mengerti musik. Howard, mainkan saja salah satu."     

Howard mengangguk dan menjawab "Baiklah. Kalau begitu, saya akan memainkan Equal Temperament Bach!"     

Howard duduk di bangku hitam di depan piano. Dia menekankan tangannya pada tuts, kemudian tangannya mulai mengalun. Ini adalah 'Prelude and Fugue in C Minor (BWV847)' Equal Temperament Bach, karya yang digunakan untuk ujian piano level 10. Tingkat kesulitannya cukup tinggi. Permainan ini membuat banyak orang memujinya.     

"Permainan piano bocah ini boleh juga. Permainan pianonya level 10!"     

"Permainannya cukup cepat, tapi suaranya mendengung, seperti sekumpulan lebah di halaman. Sangat tidak nyaman."     

"Benar. Aku juga merasa dia hanya bermain dengan cepat tanpa perasaan! Tidak bisa membuatku tersentuh!"     

"Boleh juga. Dia ini serba bisa. Dia bisa melakukan apa pun, bukan hanya fokus pada piano saja. Level 10 sudah sangat bagus!"     

Beberapa menit kemudian, ketika lagu itu selesai dimainkan, semua orang bertepuk tangan untuknya. Hanya saja, dia memilih musik klasik Bach jadul yang sudah pasti gagal mengesankan para tamu yang hadir. Meskipun tamu-tamu ini juga berasal dari masyarakat kelas atas di Indonesia, mereka tidak sama dengan masyarakat kelas atas di Eropa dan Amerika Serikat.     

Orang-orang masyarakat kelas atas di luar negeri mendengarkan musik klasik, merokok cerutu, mencicipi anggur merah, dan menikmati hidup. Sementara, masyarakat kelas atas di Indonesia tidak dapat memenuhi selera ini. Karenanya, bagi mereka, permainan piano Howard hanya terdengar berisik dan tidak berarti.     

Orang-orang tua ini bereaksi dingin dan datar terhadap permainan pianoku. Dasar sekumpulan orang tidak punya selera! Howard mencibir dalam hatinya dan diam-diam berkata, Lebih baik melakukan sesuatu yang sederhana, tapi berdampak luar biasa saja!     

Setelah memainkan piano, Howard kembali berkata pada Suhendra, "Tuan Besar Suhendra, saya lebih menyukai basket. Bagaimana kalau saya tunjukkan slam dunk pada Anda?"     

"Slam dunk? Oke, oke! Panggilkan orang kemari untuk menyiapkan ring basket bagi Tuan Howard," perintah Suhendra.     

Semua orang tak kalah penasaran. Si Howard ini hanya terlihat memiliki tinggi badan sekitar 180 cm. Dia tidak termasuk begitu tinggi. Di Indonesia, sangat sedikit orang yang dapat melakukan dunk dengan ketinggian 1,8 meter. Bahkan, ada banyak yang tidak dapat menyentuh ring.     

Bocah ini memilih semua hal yang aku kuasai.     

Sean mulai merasa tertarik. Dia tidak menyangka Howard dan dirinya memiliki banyak kesamaan.     

Tidak lama kemudian, para pegawai membangun ring basket standar untuk Howard di halaman. Howard mengambil bola basket Spalding dan mendatangi Maureen, lalu mengundangnya sambil tersenyum,     

"Nona Maureen, saya membutuhkan pasangan untuk penampilan slam dunk saya. Bisakah Anda kemari dan bekerja sama dengan saya?"     

Maureen tertegun sejenak. "Bekerja sama? Apakah kamu ingin saya mengoper bola padamu?"     

Howard menjawab, "Kurang lebih. Hanya saja, Anda tidak perlu mengoper bola. Anda hanya perlu memegang bola tinggi-tinggi di atas kepala Anda. Saya akan melompat untuk mengambilnya, kemudian memasukkannya ke dalam ring!"     

Ini bukan permintaan yang tidak sopan. Selain itu, ini pertunjukan untuk Kakek. Sebagai cucunya, Maureen juga sudah seharusnya berpartisipasi.     

"Baiklah," jawab Maureen.     

Pada saat Maureen hendak bangkit berdiri, Sean langsung melarang, "Tidak boleh!"     

Bagi Sean yang sangat menyukai basket, basket dan slam dunk merupakan olahraga yang sangat sakral. Ketika Sean masih kecil, dia sering berfantasi bahwa suatu hari nanti, dia akan latihan dan melakukan slam dunk dengan orang yang paling dicintainya. Sama seperti Sakuragi Hanado dan Akagi Haruko di 'Slam Dunk'...     

Sejak Sean dan Maureen menikah, mereka tidak pernah bermain basket bersama. Mereka juga tidak pernah bekerja sama dalam satu tim satu kali pun. Bagaimana bisa hal pertama yang sakral ini direbut oleh Howard?     

Menurut pendapat Sean, pertama kalinya Maureen berada di lapangan basket, sama pentingnya dengan hal pertama yang dialami tubuh Maureen. Jadi, Sean tidak mengizinkan Maureen dan Howard melakukan pertunjukan ini bersama-sama.     

Howard memandang Sean dengan penuh amarah.     

Sementara, Michelle berkata, "Sean, dasar pelit! Ini hanya pasangan untuk pertunjukan slam dunk saja, bukannya menyuruh istrimu menari sambil bergandengan tangan dengan orang lain! Begini saja tidak boleh? Apa kamu tidak terlalu banyak aturan? Howard, aku akan membantumu."     

Sambil berkata begitu, Michelle bangkit dan membantu Howard.     

"Terima kasih, Nona Michelle."     

Howard berterima kasih. Sesudah itu, karena Sean buta, Howard memutar bola matanya pada Sean.     

Ketika melihat Michelle memegang bola basket tinggi-tinggi, Howard segera lepas landas untuk meraih bola di udara, kemudian membuat gerakan Windmill besar untuk memasukan bola ke dalam ring.     

Brak!     

"Ya Tuhan! Windmill slam dunk! Dia bahkan bisa melakukan gerakan ini!"     

"Kondisi fisiknya sangat bagus! Para wanita seharusnya menikah dengan pria bertubuh bagus semacam ini!"     

"Hanya ada segelintir orang yang bisa melakukan Windmill slam dunk besar setinggi 1,8 meter. Kondisi fisik si Howard ini benar-benar di atas rata-rata!"     

Bahkan Maureen tidak bisa menahan diri untuk menutupi mulutnya karena terkejut dan berkata, "Betapa luar biasa!"     

Luar biasa apanya? Apa hebatnya Windmill slam dunk itu? Aku juga bisa!     

Ketika Sean mendengar istrinya memuji pria lain dan tertarik pada pria lain, dia sangat cemburu. Namun, Howard memiliki kemampuan bermain piano level 10, level tertinggi dalam permainan piano. Dia juga bisa melakukan Windmill slam dunk, lalu ditambah dengan lemparan sendoknya yang tepat memukul punggung tangan Yugo.     

Bocah ini memang serba bisa. Setidaknya dalam beberapa tahun Sean berada di Indonesia, dia belum pernah bertemu lawan yang begitu hebat di antara rekan-rekan sebayanya.     

Sean menjadi cemburu ketika melihat wajah Maureen yang terlihat tertarik.     

Sayangnya pada Olimpiade yang diadakan di Jepang, Maureen tidak berada di sana dan tidak melihat penampilan dunk Carolina-ku. Jika tidak, dia tidak akan terkesima hanya dengan Windmill slam dunk ini!     

Sean mengepalkan tinjunya. Si Howard ini memamerkan kemampuan bermain piano dan slam dunk-nya hanya untuk memperlihatkannya pada Maureen.     

Berani berebut wanita denganku? Kamu cari mati!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.