Ingin Kukatakan Sesuatu

Saingan yang Serba Bisa!



Saingan yang Serba Bisa!

0Si Yugo ini tidak hanya mengekspos kebutaan Sean, tetapi juga secara terbuka mengatakan bahwa Sean tidak bisa berhubungan seks. Dasar sialan!     
0

Bagi seorang pria, dihina seperti ini lebih memalukan daripada disebut buta.     

Di tempat kejadian, Michelle dan banyak gadis dari keluarga besar menutup mulut mereka sambil tertawa. Beberapa orang yang mendengar kata-kata Yugo bahkan mulai saling berbisik.     

"Apa si Sean ini benar-benar tidak bisa melakukan itu? Tidak disangka ternyata laki-laki ini tidak berguna!"     

"Aku benar-benar merasa kasihan pada Kak Maureen. Sebagai seorang wanita, dia tidak dapat menemukan kebahagiaan dalam kehidupan pernikahannya. Hah…"     

"Sangat disayangkan! Sangat disayangkan! Seorang wanita seperti Maureen, dengan penampilan dan sosok tubuh setingkat dewi, ternyata menikah dengan laki-laki yang tidak kompeten dalam hubungan seksual! Ah! Kenapa dia tidak menikah denganku saja? Aku pasti akan membuatnya seratus kali lipat lebih bahagia!"     

Sean sangat marah ketika mendengar komentar dan ejekan para tamu di tempat kejadian, serta penghinaan dari sekelompok pria dan wanita.     

Baru saja Sean diekspos sebagai orang buta, tetapi semua orang biasa-biasa saja dan sepertinya sangat simpati pada Sean. Akan tetapi, mengenai masalah ini, semua orang bukannya simpatik, melainkan terus mengejek dan sangat iri.     

Istrimu begitu menakjubkan, tapi kamu tidak bisa memuaskannya?     

Apa kualifikasi yang kamu miliki untuk menjadi suami Maureen?!     

Sean sangat marah. Yugo si bajingan ini, berani-beraninya membuat Sean malu di depan umum!     

Sekarang Sean sudah berpura-pura menjadi orang buta, jadi dia tidak bisa menghajar Yugo secara langsung karena dia tidak bisa melihat dan seharusnya tidak tahu di mana posisi Yugo.     

Akhirnya, Sean terlebih dulu melambai pada Yugo dan berkata, "Ahli Yugo, kemarilah."     

"Kenapa?"     

Yugo melangkah maju.     

Plak!     

Begitu Yugo tiba di depan Sean, Sean menamparnya. Tamparan ini langsung menjatuhkan kacamata Yugo ke lantai, juga menjatuhkan Yugo yang lemah dan kurus ke tanah.     

Sean berkata dengan marah, "Ahli Yugo, apa Anda dapat merasakan kekuatan seorang laki-laki?"     

Si bajingan ini berani menghina Sean dan mengatakan bahwa dia bukan laki-laki. Benar-benar ingin dipukul!     

Ketika melihat Yugo dipukuli, Lianny segera berdiri dan membentak Sean, "Sean! Siapa yang mengizinkanmu memukuli orang?! Ini pesta ulang tahun kakekmu dan Yugo ini tamu VIP keluarga Susetia kita! Sebenarnya kamu tahu aturan atau tidak?! Cepat minta maaf pada Yugo!"     

Sean sangat marah dan bertanya, "Bu, Ibu adalah ibu mertua saya dan saya menantu laki-laki Ibu. Ibu juga sudah dengar apa yang dikatakan Yugo barusan. Dia memfitnah menantu Ibu ini tidak bisa berhubungan seks, tapi bukannya membantu saya, Ibu malah membelanya? Apa ada ibu mertua seperti Anda?!"     

Sean justru balik bertanya pada Lianny dan menuduhnya tidak memenuhi tugasnya sebagai ibu mertua.     

Para tamu di tempat kejadian semuanya adalah orang-orang kelas atas yang sangat mengerti untuk membedakan mana yang benar dan salah. Mereka tidak akan serta-merta berdiri di pihak keluarga Susetia.     

Siapa sangka, Lianny malah mencibir, "Fitnah? Haha. Mana aku tahu kalau Yugo memfitnahmu atau tidak? Mungkin saja yang dia katakan memang benar. Aku memang ibu mertuamu, tapi jangan harap aku membelamu! Aku sendiri juga tidak bisa membuktikan apa yang kamu katakan itu benar atau salah!"     

"Anda…!"     

Kata-kata Lianny membuat Sean kehabisan kata-kata. Jika tahu begini, malam itu…     

Michelle tersenyum dan menyahut, "Benar, Sean! Ibu tidak bisa membuktikan hal semacam ini untukmu. Satu-satunya yang bisa membuktikannya untukmu adalah Maureen. Tidak ada gunanya kamu menyalahkan Ibu."     

Pada saat ini, Maureen akhirnya berdiri. Dia tampak sedikit malu, tetapi tetap berusaha mengumpulkan keberaniannya dan berkata pada Yugo, "Yugo, kamu sama sekali tidak paham cara membaca wajah, terlebih lagi paham cara memeriksa denyut nadi. Saya katakan padamu… Dia… sangat luar biasa!"     

"Eh…"     

Kata-kata 'sangat' ini membuat Sean merasa agak malu.     

Kerika mendengar pujian Maureen untuk Sean, para wanita yang mengejek Sean pun menatap Sean lagi. Pandangan mata mereka sudah tidak lagi mengejek dan menghina Sean, tetapi iri. Bahkan, beberapa wanita hampir meneteskan air liurnya.     

Ketika Yoga mendengar ini, dia sangat marah dan menegak segelas anggur sekaligus.     

"Sial! Kenapa?! Kenapa setiap wanita yang aku suka, semuanya sudah pernah dimainkan oleh Sean?! Giana begitu, Maureen juga begitu!"     

Yoga merasa benci pada Maureen yang sudah menjadi wanita Sean. Sementara, setiap kali dia hanya mengambil bekas Sean.     

Yugo masih muda dan belum pernah jatuh cinta sama sekali, jadi pandangannya tentang cinta lebih sederhana dan keras kepala. Dia tidak bisa menahan diri untuk langsung meraih tangan Maureen, lalu berkata dengan emosional, "Kak Maureen, jangan mau dengan pria buta ini! Saya jatuh cinta pada Kakak sejak pertama kali melihat Kakak. Saya harus menikahi Kakak!"     

Maureen buru-buru berusaha menepisnya. "Yugo, lepaskan! Jangan begini."     

Bahkan Lianny merasa tindakan Yugo yang memegang tangan Maureen ini sedikit tidak pantas.     

"Nak, kami bisa mengerti bahwa kamu menyukai Maureen, tapi kamu tidak boleh begini."     

Pada saat ini, Lianny mendiskualifikasi Yugo dari kandidat calon menantunya. Dia terlalu muda dan terlalu kekanak-kanakan.     

Sean sangat panik. Jelas-jelas dia melihat Yugo memegang tangan Maureen, tapi dia tidak bisa memisahkan tangan mereka. Itu karena sekarang Sean berpura-pura buta. Seharusnya dia tidak bisa melihat dan tidak tahu apa yang terjadi pada mereka. Bahkan, meski tahu, dia juga tidak mungkin bisa menemukan lokasi tepat tangan mereka.     

Menjijikkan!     

Sean tidak ingin membiarkan tangan istrinya terus dipegang oleh tangan pria mesum itu!     

Pada saat ini, tiba-tiba Sean merasa ada sebuah benda berwarna putih yang berputar dan terbang ke arah sini. Selama beberapa saat, dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia mengira benda ini tertuju padanya. Dia masih ragu apakah harus berpura-pura tidak melihatnya atau menghindarinya di saat-saat terakhir.     

"Aduh!"     

Siapa sangka, tiba-tiba ada sebuah benda yang memukul punggung tangan Yugo begitu saja. Dia pun menjerit kesakitan. Ternyata sebuah sendok makan, memukul tangan Yugo dan membuatnya terpaksa melepaskan tangan Maureen.     

Tepat pada saat ini, suara seorang pemuda datang dari arah barat laut dan berseru, "Bocah yang tidak tahu diri. Berdiri! Ujung rambutmu saja tidak sampai ke hidung Nona Maureen! Apa kamu juga pantas menyukai Nona Maureen?"     

Tiba-tiba tangan Yugo mulai memerah. Dia balas membentak dengan suara yang keras, "Siapa?! Siapa yang memukulku dengan sendok?!"     

Pada saat ini, seorang pria dengan perawakan yang cukup bagus pun berdiri dan menjawab, "Saya!"     

"Siapa kamu?" Yugo bertanya padanya.     

Pria itu menjawab lagi, "Howard Tenggara dari Jakarta!"     

Sean sontak meliriknya. Pria itu merupakan kandidat dari Jakarta yang terkenal sebagai si jenius yang serba bisa. Dari kemampuannya yang bisa melempar sendok ke punggung tangan Yugo secara akurat dari jarak yang begitu jauh, tampaknya orang ini memang cukup hebat.     

Lianny takut Yugo dan Howard akan berkelahi, jadi dia buru-buru berkata, "Howard, sudah waktunya bagimu untuk tampil. Kemarilah, Yugo. Kembalilah ke tempat dudukmu dan istirahatlah dulu."     

Howard berjalan dengan percaya diri dan membungkuk dengan hormat pada Suhendra.     

Suhendra tersenyum dan mengangguk. "Howard, pertunjukkan apa yang bisa kamu lakukan?"     

Howard berkata sambil tersenyum, "Tuan Besar Suhendra, seharusnya Anda bertanya, apa yang tidak bisa saya lakukan? Itu karena tidak ada yang tidak bisa saya lakukan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.