Ingin Kukatakan Sesuatu

Hadiah Yoga!



Hadiah Yoga!

0Meskipun hatinya begitu jahat, di permukaan Yoga tampak sangat ramah dan sopan.     
0

Yoga membawa hadiah dan datang ke meja Suhendra. Pertama-tama, dia membungkuk 90 derajat dengan hormat pada Suhendra. Dia memberikan hadiah besar, kemudian berkata, "Halo, Tuan Suhendra. Saya Yoga Liono. Suatu kehormatan besar bagi saya diundang ke pesta ulang tahun Anda."     

"Ketika tahu Anda berulang tahun, kakek saya, Yuangga Liono, secara khusus mengutus saya untuk mengirim hadiah kecil-kecilan. Kakek harap Anda menyukainya dan menerimanya."     

Suhendra memandang Yoga sambil tersenyum dan mengangguk. "Yuangga Liono, Presdir Liono adalah pebisnis berbakat yang langka di Indonesia. Dia sudah repot-repot."     

Saat ini, Marvin yang berada di meja itu terlihat memandang Yoga dengan tidak suka. Itu karena sebelumnya Marvin tahu mengenai keempat tuan muda Banten, termasuk Yoga, yang berani ingin menarik perhatian Maureen. Selain itu, keempat pria ini ingin mengejar Maureen, namun salah satunya dipukuli orang suruhan Marvin.     

Untungnya Marvin mengirim seseorang untuk melindungi Maureen secara diam-diam di Kafe Merindukan Fajar. Jika tidak, entah hal tidak senonoh apa yang akan dilakukan keempat kriminal ini pada Maureen.     

Marvin melirik apa yang dipegang Yoga di tangannya. Hadiah itu dibungkus sangat meriah, tetapi entah apa yang ada di dalamnya. Dia pun bertanya, "Yoga, hadiah apa yang kamu berikan pada kakekku? Kenapa kelihatannya seperti batu bata?"     

Dari kekuatan Yoga memegang hadiah itu, Marvin dapat melihat bahwa seharusnya hadiah itu tidak ringan. Tanpa menunggu Yoga menjelaskan, Marvin meraih hadiah Yoga.     

"Wow. Ternyata benar-benar tidak ringan."     

Marvin menimbang-nimbang dengan kedua tangannya. Seharusnya hadiah ini beratnya hampir 20 kilogram. Umumnya, semakin ringan hadiahnya, semakin berharga hadiah itu, tapi kenapa hadiah Yoga begitu berat?     

Marvin merobek kemasan hadiah di tangannya. Semua orang mendapati bahwa ternyata di dalamnya benar-benar terdapat sebuah batu. Batu ini hitam, keras, dan jelek!     

"Sial!" Marvin mendadak terlihat jijik. "Yoga, kamu bocah dari keluarga kelas dua. Sudah tahu tidak bisa memberikan barang bagus, lebih baik tidak usah memberi hadiah kalau tidak punya uang. Apa maksudmu memberi seonggok batu pada kakekku?!"     

Dalam hati, Yoga sangat kesal. Bisa-bisanya Marvin bilang kalau dia keluarga kelas dua dan tidak bisa memberi barang bagus?! Dulu dia juga seperti ini saat tidak menyukai orang, contohnya Cahyadi! Tapi, siapa suruh keluarga Susetia memang lebih kuat dari keluarga Liono?     

Yoga hanya bisa menelan amarahnya dan menjelaskan sambil tersenyum, "Tuan Muda Marvin, Anda salah paham. Ini bukan batu biasa. Ini meteorit yang jatuh dari langit."     

"Meteorit yang jatuh dari langit?!"     

Semua orang di keluarga Susetia terkejut.     

Benda yang jatuh dari langit adalah hal yang luar biasa. Ini sama sekali bukan benda yang berasal dari bumi. Meski kaya sekali pun, bisakah seseorang membeli barang-barang dari luar angkasa?     

Yoga menjelaskan dengan bangga, "Tuan Besar Suhendra, sebenarnya ketika kakek saya berada di Gurun Taklamakan pada tahun 1997, malam itu sebuah meteor jatuh dari langit dan kebetulan mendarat di sebelah kakek saya. Hari itu kebetulan adalah hari ini, sama dengan hari ulang tahun Anda, Tuan Besar Suhendra. Jadi, ketika Kakek melihat bahwa meteorit ini begitu memiliki takdir dengan Anda, beliau memberikan meteorit luar angkasa ini pada Anda."     

Suhendra pun terkejut. "Bisa-bisanya ada takdir seperti ini?"     

Yoga lanjut menjelaskan, "Semuanya, ini bukan batu biasa. Meteorit luar angkasa ini adalah meteorit zaitun langka di dunia. Sebenarnya, sebelumnya Kakek saya sempat memotong ujungnya. Biar saya perlihatkan pada kalian."     

Ternyata sudut meteorit ini sudah dipotong, tapi terhalang sesuatu. Yoga mengambil benda itu, yakni sepotong batu Peridot hijau zaitun transparan, dan langsung mengejutkan semua orang.     

"Ya Tuhan! Batu Peridot ini sangat indah! Bagaimana bisa ada warna hijau yang seindah ini?"     

"Ini... Ini bernilai ratusan miliar, kan?"     

Mendengar kekaguman semua orang, Yoga tersenyum dan menjawab, "Tidak, tidak. Bukan ratusan miliar. Hanya puluhan miliar. Hahaha."     

Yoga baru bertemu orang-orang dari keluarga Susetia untuk pertama kalinya, tapi dia bahkan memberikan meteorit batu Peridot dari luar angkasa yang bernilai puluhan miliar!     

Lianny pun sangat senang. "Yoga, kamu sangat perhatian. Bisa-bisanya kamu memberikan hadiah yang begitu unik dan berharga seperti ini. Hadiahmu ini terlalu berharga hingga bahkan cukup untuk dijadikan mahar! Hahaha."     

Yoga buru-buru berkata pada Lianny, "Tante, terima kasih atas pujian Tante. Bisa mendapatkan pujian dari Tante, sepertinya saya akan sangat senang hingga tidak bisa tidur selama sebulan."     

Lianny tidak tahan dan mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Yoga, lalu berkata dengan gembira, "Lihat betapa baiknya anak ini. Tingginya 185 cm dan wajahnya juga tampan, hanya saja dia agak kurus. Kamu harus makan lebih banyak."     

Yoga buru-buru berkata, "Tante, dalam dua bulan terakhir, seluruh keluarga kami sibuk dengan urusan perusahaan siang dan malam, jadi saya tidak begitu sempat makan. Setengah tahun lagi, berat badan saya pasti akan bisa mencapai lebih dari 75 kg."     

Lianny tahu mengenai Secepat Kilat Express keluarga Liono. Dia kembali memuji Yoga, "Ya! Masih begitu muda, tapi sudah tahu bagaimana berbagi tanggung jawab keluarga. Benar-benar bagus! Anak ini, semakin aku lihat, aku semakin menyukainya! Betapa bagusnya kalau jadi menantuku!"     

Sean masih saja minum teh dengan tenang, tetapi sudah mengutuk Lianny berkali-kali di dalam hatinya, Jika tahu begini, malam itu seharusnya aku tidak pergi secepat itu… Seharusnya aku menikmati kondisinya yang memalukan itu, atau menamparnya lagi!     

Di depan Sean, Lianny berkata bahwa dia berharap Yoga akan menjadi menantunya. Dia benar-benar menganggap Sean tuli. Sekarang Sean buta, bukannya tidak bisa mendengar.     

Si Yoga ini bahkan memberikan hadiah yang sangat berharga dan istimewa. Sepertinya bocah ini benar-benar ingin merebut Maureen dariku! Punya nyali juga rupanya. Terakhir kali saat dia merebut Giana, aku menghajarnya habis-habisan, tapi sekarang dia masih saja berani merebut wanitaku!     

Suhendra menerima hadiah itu dengan puas.     

"Yoga, saya sangat menyukai hadiahmu, tolong sampaikan terima kasih saya pada kakekmu."     

Sama-sama, Tuan Besar Suhendra."     

Setelah Yoga menyapa Suhendra, Lianny, dan Martin, dia menatap Maureen. Ini kedua kalinya mereka bertemu sejak terakhir kali di Kafe Merindukan Fajar milik Maureen.     

Pada saat itu, setelah kembali dari bertemu Maureen, Yoga sangat kesal hingga ingin menghancurkan barang-barang. Itu karena Maureen memiliki segala yang Giana punya. Selain itu, latar belakang keluarganya beberapa tingkat lebih tinggi dari Giana.     

Yoga waktu itu langsung menyesal. Jika dia tahu lebih awal bahwa dirinya akan bertemu dengan Maureen, meski dipukul sampai mati pun, dia tidak akan menikahi seorang wanita dari keluarga kelas tiga seperti Giana.     

"Nona Maureen."     

Yoga menyapa Maureen sambil tersenyum, tapi diam-diam dia sangat gugup dan jantungnya berdebar kencang. Sebagai seorang buaya darat seperti Yoga, entah berapa banyak wanita cantik yang sudah pernah dipermainkannya, tetapi dia juga sangat bersemangat untuk bertemu dengan Maureen yang secantik dewi, ditambah dengan latar belakangnya yang tak terjangkau.     

Maureen hanya mengangguk sekenanya pada Yoga, tetapi tidak mengatakan apa-apa.     

Yoga menatap Maureen dengan penuh birahi. Dia sangat ingin memuji Maureen dengan kata-kata seperti, 'Lagi-lagi kamu semakin cantik!' atau 'Kamu begitu cantik!'. Namun, Sean tepat berada di sebelahnya, jadi Yoga tidak berani.     

Bagi Yoga, Sean tetaplah penghalang yang kuat.     

Akhirnya Yoga menatap Sean. Ingatan pertengkaran dan pertemuan keduanya di masa lalu melintas di benaknya. Sesudah itu, perlahan-lahan Yoga angkat bicara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.