Ingin Kukatakan Sesuatu

Yoga yang Munafik!



Yoga yang Munafik!

0Yoga memandang Sean sambil tersenyum, lalu menyapa Sean dengan sangat ramah, "Sean, lama tidak bertemu. Kamu masih saja sangat keren, memakai kacamata hitam seperti artis yang sangat berkelas."     
0

Yoga takut terhadap pembalasan Sean sebelumnya. Jarinya dipatahkan hanya karena dia memeluk paha Giana, juga sampai kehilangan kesuburannya. Bahkan di Amerika Serikat, dia juga pernah dihajar Sean.     

Yoga sontak teringat akan rasa takut didominasi oleh Sean sebelumnya. Padahal, dia tuan muda yang bermartabat dari keluarga Liono. Seumur hidupnya, dia tidak pernah begitu takut pada seseorang seperti ini.     

Sementara, Sean masih menatap lurus ke depan dan tidak mengangkat kepalanya. Itu karena sekarang dia sedang bersandiwara sebagai orang buta. Bagi orang yang kedua matanya buta dan tidak bisa melihat sesuatu, tentu saja dia tidak akan mendongak untuk melihat lawan bicaranya seperti orang-orang normal.     

Sean memiringkan kepalanya, mengarahkan telinga kanannya ke arah Yoga, dan bertanya dengan curiga, "Kamu… Yoga?"     

Yoga sengaja berpura-pura terkejut. "Iya, benar! Sean, aku Yoga. Kita sudah lama tidak bertemu. Kamu tidak mungkin tidak mengenaliku, kan?"     

Pada saat ini, Lianny datang dan berbisik pada Yoga, "Sean mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu. Sekarang matanya buta. Dia tidak bisa melihat apa-apa."     

Yoga segera membuat ekspresi terkejut yang berlebihan, seolah baru pertama kali tahu bahwa Sean buta. "Apa? Siapa yang begitu berani mencelakai Presdir Sean dari keluarga Yuwono yang bermartabat dan menantu keluarga Susetia ini?!"     

Sean melirik ekspresi wajah Yoga dengan tenang. Karena mengenakan kacamata yang sangat hitam, bahkan jika saat ini Sean menatap Yoga, Yoga tidak akan tahu. Ini juga salah satu alasan mengapa Sean bersikeras memakai kacamata hitam, sehingga dia bisa melihat orang lain sesuka hatinya.     

Dari ekspresi Yoga yang berlebihan, Sean memiliki beberapa penilaian awal di dalam hatinya.     

Ekspresi terkejut Yoga palsu. Pasti dia sudah lebih dulu tahu mengenai kebutaanku. Tapi, ini sama sekali tidak dapat membuktikan kalau dia lah yang sudah mencelakaiku. Yoga termasuk dalam kumpulan laki-laki yang dipilih Lianny untuk menjadi suami Maureen yang berikutnya, jadi seharusnya dia sudah tahu aku buta.     

Yoga dan yang lainnya diberitahu bahwa mereka memiliki kesempatan untuk menggantikan Sean dan menjadi menantu keluarga Susetia. Tentu saja seharusnya mereka tahu tentang kebutaan Sean.     

Bahkan Maureen sendiri sedikit curiga jika Yoga yang sudah menyerang suaminya. Maureen sudah melihat apa yang telah dilakukan Yoga pada Sean begitu menyedihkan dan membuat naik pitam, jadi dia tidak tahan dan bertanya, "Tuan Muda Yoga, aku ingat kamu dan suamiku adalah rival cinta dan sepertinya selama ini hubungan kalian tidak begitu baik. Kenapa kelihatannya sekarang kamu seperti bersahabat baik dengan Sean dan bahkan lebih sedih dari kami?"     

Dalam hati, Yoga terkejut. Kemampuan bersandiwaranya yang dilebih-lebihkan ini bahkan ternyata tidak bisa menipu si Maureen ini?     

Yoga buru-buru menjelaskan, "Nona Maureen, aku dan Sean memang berseteru sebelumnya karena Giana, tapi saya dan Giana sudah bercerai, jadi tidak ada alasan bagi kami untuk menjadi musuh lagi. Tidak hanya itu, aku bisa lebih memahami Sean karena kami berdua sudah disakiti wanita yang sama!"     

"Kami begitu mencintai Giana. Kami mencintainya, memanjakannya, dan memperlakukannya dengan baik seperti seorang dewi. Tapi, pada akhirnya, begitu kami sudah tidak punya uang, dia meninggalkan kami begitu saja! Hah… Sekarang semakin mengingatnya, aku semakin menyesal. Saat itu aku bahkan berselisih dengan Sean hanya demi wanita seperti itu. Benar-benar tidak layak!" kata Yoga.     

Marvin yang ada di samping sudah tidak bisa mendengarkan lagi. Meskipun Giana tidak ada di sini, akhir-akhir ini Giana selalu menemani Marvin dan juga dianggap sebagai wanitanya.     

"Apa yang kamu bicarakan? Kenapa dengan Giana? Apa dia memaksamu mengejarnya? Apa dia memaksamu memperlakukannya seperti dewi? Jika kamu sendiri tidak bisa mengendalikan wanita cantik, jangan bicara hal-hal yang tidak berguna!" sahut Marvin.     

Yoga tidak tahu Giana bersama Marvin sekarang, jadi dia bingung dan tidak tahu mengapa Marvin malah memarahinya. Dia pun tidak berani menyebut Giana lagi.     

Yoga meletakkan tangannya di bahu Sean, seolah khawatir, lalu menghiburnya, "Sean, sekarang pengobatan sudah begitu maju, jadi matamu pasti bisa sembuh. Kalau sudah sembuh, ayo main basket bersama. Aku juga ingin melihat dunk ala Carolina-mu lagi."     

Meski di mulut berkata seperti ini, Yoga diam-diam berkata dalam hati, Sean kamu cacat! Kamu sudah tamat! Jangan pernah berpikir untuk bisa menyembuhkan matamu seumur hidupmu! Kami juga jangan berpikir untuk melakukan dunk lagi seumur hidupmu! Hahaha!     

Terakhir kali saat menonton Olimpiade di Kyoto, Jepang, Sean melakukan pertunjukan dunk yang sangat menakjubkan di depan Yoga dan Giana. Bahkan Giana yang saat itu menjadi istri Yoga sampai terpesona dan mengundang Sean ke kamar hotel malam itu. Sementara, mengenai apa yang terjadi di ruangan itu, Yoga masih tidak tahu apa-apa dan sepertinya tidak akan pernah tahu seumur hidupnya.     

Yoga masih merasa paling benar dan merasa lebih hebat di depan Sean karena pernah merebut istri Sean. Seperti yang semua orang tahu, jika Sean ingin merebut istri Yoga, dengan sikap Giana yang agresif terhadapnya, dari dulu Sean sudah bisa melakukannya.     

"Oke!" Sean mengangguk.     

Jangankan mencari peluang di masa depan, saat ini pun Sean juga bisa melakukan dunk dengan mudah.     

Yoga tidak mengatakan apa-apa lagi. Setelah memberikan hadiah, dia kembali ke tempat duduknya. Tidak lama kemudian, pesta dimulai.     

Sesudah satu jam kemudian, Matthew berjalan ke tengah halaman dan berkata pada semua orang, "Para hadirin, pertama-tama, terima kasih sekali lagi sudah datang untuk merayakan ulang tahun kakek saya. Kedua, kakek saya selalu memperhatikan perkembangan kemampuan pemuda-pemuda generasi muda saat ini."     

"Karenanya, kali ini kami mengundang pemuda di bawah umur 25 tahun dari keluarga-keluarga ternama di seluruh dunia. Mereka akan menunjukkan bakat dan kemampuan mereka. Mari kita sama-sama menantikannya!"     

"Ya!"     

Begitu Matthew selesai berbicara, terdengar gemuruh tepuk tangan di tempat kejadian.     

Kali ini Lianny memilih lebih dari belasan pemuda berbakat sebagai calon suami Maureen berikutnya. Namun, hanya ada tiga orang yang paling disukainya yakni Yoga Liono, kemudian Yugo Mahardjo, dan satunya lagi Howard Tenggara.     

Ketika acara akan dimulai, tiba-tiba Maureen bangkit dan berdiri untuk berkata, "Kakek, aku sudah kenyang, jadi aku dan Sean akan pulang lebih dulu."     

Lianny segera menegur, "Kamu tidak diizinkan pergi! Pesta ini untuk memilih suami untukmu! Bagaimana mungkin kamu tidak hadir di tempat?"     

Wajah Maureen cemberut. "Bu, suamiku masih di sini. Bisakah Ibu menghormati Sean sedikit?!"     

Sean memegang tangan Maureen dan berkata, "Maureen, jangan berbicara dengan ibumu seperti itu. Ibu Mertua sering tidak bisa mengendalikan diri. Sebagai generasi yang lebih muda, kita harus bisa lebih pengertian pada generasi yang lebih tua."     

Di wajah Lianny yang berusia empat puluhan, ekspresi malu-malu seperti gadis kecil tiba-tiba muncul. Dia mengamuk dengan tidak jelas, "Kamu… Siapa yang kamu sebut tidak bisa mengendalikan diri?! Kamu… Apa maksudmu?!"     

Martin yang berada di meja yang sama pun bertanya penasaran, "Sean, apa Lianny memukulmu lagi?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.