Ingin Kukatakan Sesuatu

Interogasi!



Interogasi!

0Sean sangat mengenal orang-orang di keluarga Susetia. Dari berat langkah kaki dan suaranya, dia bisa tahu siapa orangnya.     
0

"Hah… Lianny pasti lupa mengambil sesuatu lagi!"     

Sean tahu si Lianny ini adalah wanita yang pelupa. Biasanya saat baru saja keluar, dia akan kembali lagi, bahkan terkadang kembali beberapa kali berturut-turut.     

Tidak ada cara lain. Sean bersembunyi terlebih dahulu karena sudah tidak sempat keluar. Dia pun langsung bersembunyi langsung di bawah tempat tidur.     

Setelah beberapa saat, Lianny masuk ke kamar lagi. Dia sama sekali tidak melihat ke bawah tempat tidur, tetapi datang ke tempat tidur dan mengambil sisir perak dari tasnya.     

Sean dan Lianny hampir bersebelahan, bahkan jaraknya tidak sampai 20 cm. Hanya saja, Sean terhalang oleh tempat tidur, jadi Lianny tidak bisa melihatnya. Namun, Sean bisa melihat kaki Lianny dan sebagian kecil betisnya dari bawah tempat tidur.     

Lianny sedikit lebih pendek dari Maureen. Tingginya sekitar 165 cm dan beratnya sekitar 55 kilogram. Dia mulai berlatih yoga dalam beberapa tahun terakhir sehingga tubuhnya terjaga dengan baik.     

Sean melihat kaki Lianny dan menyadari bahwa kaki wanita itu putih, lembut, dan berdaging tetapi tidak berisi. Dia juga mengecat kukunya dengan warna merah muda.     

Sean sontak bergumam dalam hati, Haha. Lianny si wanita tua ini, bisa-bisanya memakai cat kuku merah muda. Jelas-jelas warna merah muda adalah warna anak kecil, kan? Rupanya dia suka pura-pura terlihat muda! Bahkan Maureen saja menggunakan cat kuku merah anggur!     

Setelah memikirkannya dengan hati-hati, sebagai menantu, sepertinya Sean tidak boleh memperhatikan kaki ibu mertuanya…     

Pemandangan yang tidak senonoh.     

Sean malas menatap Lianny lagi. Lianny pun bangkit dan keluar dari kamar. Setelah memastikan ibu mertuanya sudah jauh, Sean bangkit dari bawah tempat tidur.     

Sean perlahan mengeluarkan kotak pil dari sakunya, lalu mengeluarkan pil merah dengan tulisan A1 dan membuka teko yang digunakan Lianny. Tepat ketika hendak memasukkan pil ke dalam teko, siapa yang menyangka…     

Tap… Tap… Tap…     

Terdengar suara langkah kaki yang tak asing itu lagi.     

Astaga! Lagi-lagi Lianny kembali! Ibu mertuaku itu pasti lupa mengambil sesuatu lagi. Ah! Aku mau gila rasanya! Tidak bisakah kamu mengambil semuanya sekaligus?!     

Sean buru-buru kembali memasukkan obat ke kotak obatnya, menyingkirkan kotak obat itu, kemudian menutup tutup teko lagi. Sean yang panik pun masuk ke bawah tempat tidur lagi, tapi kali ini dia terburu-buru…     

Bak!     

Kepala Sean terbentur.     

Hah… Pasti karena kebiasaan berpura-pura buta seminggu ini. Bisa-bisanya masuk ke bawah tempat tidur saja, kepalaku sampai terbentur…     

Sean memegangi kepalanya dan merasa sangat malu. Jika rekan seperjuangannya atau guru yang melatihnya melihat adegan ini, mereka akan tertawa terbahak-bahak.     

Lianny kembali lagi dan sepertinya mencari sesuatu. Setelah lama mencari, dia tidak mendapatkan apa-apa, kemudian bergumam pada dirinya sendiri, "Hah… Mana ponselku? Oh, iya! Barusan aku sudah membawanya ke kamar mandi."     

"...." Sean kehabisan kata-kata. Dia sudah hampir menggila.     

Dasar wanita tua yang sudah menopause! Sudah pikun seperti itu, tapi tiap hari masih saja cari gara-gara denganku!     

Lianny pergi lagi. Sean tidak berani menunda lagi dan segera memasukkan obat, lalu pergi.     

Empat puluh menit kemudian, Lianny selesai mandi, kemudian satu waktu berlalu lagi.     

"Sudah hampir waktunya. Seharusnya efek obat itu sudah bekerja!"     

Sean melihat waktu dan merasa seharusnya Lianny sudah terpengaruh obat itu, jadi dia diam-diam meninggalkan kamarnya dan datang ke kamar tempat Lianny berada.     

Pada saat ini, lampu di kamar Lianny dimatikan, tetapi terdengar suara Lianny di dalam kamar.     

Haha. Apa sudah mulai mengigau? Bagus.     

Sean menghampiri dan mendapati Lianny memang sedikit mengigau. Dia berguling-guling di tempat tidur dan terus berbicara sendiri. Inilah waktu terbaik untuk interogasi Sean.     

Sean segera menghampiri Lianny dan memegang tangannya agar ibu mertuanya ini tidak bergerak, lalu bertanya, "Aku tanya padamu, apa kamu mengutus seseorang…"     

Sebelum kata-kata itu selesai, Lianny bergegas menuju Sean dan menciumnya. Sean pun tercengang. Apa-apaan ini?!     

Sean merasa keadaan Lianny saat ini agak janggal. Dia buru-buru memeriksa kotak obatnya dan mendapati pil merah A1 di dalam kotak obat masih ada, sementara A2 hilang satu!     

Gawat. Barusan aku terburu-buru dan salah mengambil obat!     

Sebenarnya ada dua jenis pil berwarna merah, yaitu A1 dan A2. A1 adalah obat yang biasa membuat orang mengigau dan sangat cocok digunakan untuk menginterogasi seseorang. A2 memiliki efek yang sama, namun memiliki satu fungsi lagi, yaitu dapat membuat orang jadi bergairah. Sebenarnya agak mirip dengan obat perangsang.     

Sean buru-buru mendorong Lianny. Jika Maureen sampai melihat ini, tamat sudah. Jika Marvin sampai melihat ini, bocah itu pasti akan melompat dari kursi roda dan menghajarnya habis-habisan.     

Sean merasa sangat malu, lalu buru-buru bertanya, "Lianny, apa kamu yang sudah membuat mata Sean buta?"     

Lianny mulai menjawab dengan linglung, "Sean, si umur pendek itu! Dia bukan menantuku! Dia tidak layak menjadi menantuku."     

Sean merasa jengkel dan menampar wajah Lianny yang putih dan lembut. Tentu saja dengan kekuatan yang sangat ringan.     

Sejak awal Sean sudah tidak suka dengan ibu mertuanya ini. Sejak pertama kali mereka bertemu, Lianny langsung menamparnya. Dalam insiden terakhir dengan Giana, Lianny jelas tahu Sean tidak mungkin melakukan apa pun pada Giana, tapi tetap menampar Sean.     

Bahkan sekarang saat mengigau, Lianny mengatai Sean berumur pendek. Tampaknya Lianny benar-benar membenci Sean.     

Karena kamu sangat membenciku, jangan salahkan aku karena bersikap kasar padamu!     

"Katakan! Apa kamu mengutus seseorang untuk meracuniku di Grand City Convention Center?"     

Lianny berkata dengan linglung, "Surabaya meracuni… Tidak. Aku tidak menaruh racun. Itu perbuatan Juan. Juan si kakak kedua Sean yang tidak berguna itu."     

"Apa?"     

Ketika mendengar ini, Sean sontak tertegun. Lianny justru curiga Juan yang melakukannya?     

"Sepertinya benar-benar bukan dia."     

Pada dasarnya, saat ini Sean bisa memastikan bahwa ucapan Lianny pada Maureen tadi hanyalah kata-kata emosi.     

Sekarang Sean sudah mendapat jawabannya, jadi dia langsung pergi. Dia bisa saja memberikan Lianny obat penawar untuk meringankan kondisinya saat ini, tapi dia tidak memberikannya.     

Sean tidak suka jika kebaikannya dibalas dengan kejahatan. Karena Lianny sangat membencinya, kalau begitu biarkan saja dia membuat lelucon di rumah Suhendra.     

———     

Keesokan paginya, keluarga Susetia bangun lebih awal untuk sarapan di meja makan bersama.     

Sean berpura-pura buta. Dia menyesap sup yang diberikan Maureen, lalu bertanya, "Tuan Suhendra, apa tadi malam Anda mendengar sesuatu?"     

Suhendra tanpa sadar melirik Lianny, lalu dengan canggung berkata, "Sepertinya… Iya."     

"Sepertinya aku setengah sadar juga mendengarnya. Sepertinya suara itu berasal dari kamar Ibu. Bu, kemarin baik-baik saja, kan?" tanya Maureen.     

Wajah Lianny tiba-tiba memerah. "Ba… Baik-baik saja."     

Sean tersenyum dan berkata, "Kemarin tengah malam saya ingin ke toilet. Saya ingin membangunkan Maureen untuk membantu saya ke kamar mandi, tetapi ketika saya mendengar suara ini, saya merasa tidak enak untuk memanggilnya. Jika Maureen mendengarnya, itu akan sangat memalukan."     

Sebenarnya Suhendra turut mendengarnya. Dia pun memarahi Lianny, "Lianny! Tadi malam kamu sangat keterlaluan! Anakmu ada di kamar sebelah. Tidak bisakah kamu lebih berhati-hati? Kamarku yang ada di sini tidak kedap suara. Ini bukan rumah kalian sehingga kalian bisa melakukan apa pun yang kalian inginkan di kamar! Mulai sekarang, jangan tidur di rumah Ayah lagi!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.