Ingin Kukatakan Sesuatu

Pelakunya Lianny Hanindita!?



Pelakunya Lianny Hanindita!?

0Lianny, yang memakai kacamata, masih terlihat menawan. Dia bahkan lebih menawan daripada wanita paruh baya biasa. Ketika mengambil foto-foto ini, dia berseri-seri dan tersenyum, persis seperti putrinya, Maureen Susetia.     
0

Lianny bertanya sambil tersenyum, "Apa kamu kenal Yoga?"     

Maureen mengangguk dan menjawab, "Dia mantan suami Giana, jadi tentu saja aku tahu. Selain itu, kami pernah bertemu sekali di Banten."     

Sebelumnya, empat tuan muda kaya dan muda di Banten yang dipimpin Yoga pernah mengejar Maureen sebagai mangsa mereka. Yoga juga pergi ke Kafe Merindukan Fajar milik Maureen dan bertemu Maureen sekali.     

Tentu saja Yoga tidak berani mengejar Maureen waktu itu dan hanya menyapanya dengan sopan. Itu karena dia sudah tahu Maureen adalah cucu keluarga Susetia, jadi dia tidak berani mengusiknya.     

Lianny jelas sudah tahu kondisi pribadi Yoga. Dia pun berkata, "Hmm. Si anak yang bernama Yoga ini memang sudah pernah menikah. Bahkan pasangannya adalah mantan istri si Sean. Tapi, Ibu dengar Giana sudah hamil ketika dinikahi Yoga. Keduanya bercerai setelah kurang dari setahun menikah. Kemungkinan selama setahun ini, mereka juga tidak sering tidur bersama. Sebenarnya bisa dibilang anak ini belum pernah menikah."     

Maureen tidak mengungkapkan pendapatnya apakah Yoga sudah menikah atau tidak. Memang apa hubungannya dengan dia?     

Lianny mengulurkan tangan dan membuka foto anak laki-laki lain, lalu berkata, "Lihatlah anak ini juga. Ini anak pemimpin Mahardjo Group. Namanya Yugo Mahardjo. Dia baru berusia 21 tahun dan masih kuliah di Amerika Serikat."     

Maureen melirik foto itu. Pria ini bernama Yugo Mahardjo. Dia berkacamata dan terlihat seperti pria yang sangat baik, juga masih sangat muda.     

Lianny beralih ke foto selanjutnya dan berkata lagi, "Yang ini juga. Ini Howard Tenggara, putra orang terkaya di Jakarta yang baru berusia 23 tahun. Dengar-dengar dia serba bisa dan tidak ada yang dia tidak bisa."     

Maureen meliriknya. Penampilan Howard agak aneh dan terlihat sangat sombong.     

"Bu, untuk apa Ibu menunjukkan ini padaku?" tanya Maureen yang tidak mengerti dengan maksud ibunya.     

"Ibu berencana mengundang pemuda-pemuda berbakat ini ke pesta ulang tahun kakekmu," jawab Lianny, "Nanti kamu harus memperhatikan mereka saat di pesta, lalu pilih salah satu dari mereka untuk jadi suamimu yang berikutnya."     

Suami berikutnya?!     

Ketika Maureen mendengar ini, dia marah dan seketika meletakkan iPad di atas meja.     

"Bu, apa yang Ibu katakan? Apa maksudnya suami berikutnya? Siapa yang mau mengganti suami?!"     

Lianny menjadi serius. "Mata Sean sudah buta. Apa gunanya suami seperti itu?! Kamu ingin merawat orang buta itu selama sisa hidupmu? Kamu ingin menjadi pengasuhnya selama sisa hidupmu?"     

Maureen sangat marah. "Sean baru saja menjadi buta. Pengobatan zaman sekarang sudah sangat maju, jadi bukan tidak mungkin untuk menyembuhkannya. Kenapa Ibu berkata seolah Sean sudah pasti tidak dapat disembuhkan?"     

"Kamu sangat naif. Bahkan dokter mata terbaik di Indonesia tidak dapat menyembuhkannya. Lalu, siapa lagi yang dapat menyembuhkannya? Selain itu, dokter juga mengatakan bahwa semakin berlarut-larut, penyakit ini akan semakin berat. Ibu rasa seumur hidup dia tidak akan sembuh," Lianny bersikeras.     

Maureen tahu Sean sebenarnya baik-baik saja, tetapi Sean menyuruhnya untuk tidak memberitahu keluarganya.     

Maureen tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada ibunya dan hanya bisa berkata, "Bahkan jika dia buta dan tidak bisa melihat selama sisa hidupnya, aku tidak akan berpisah dengannya. Aku akan menjadi pelita dan matanya selama sisa hidupku!"     

Ketika mendengar kata-kata ini, Sean sontak merasa terenyuh.     

"Maureen…"     

Di zaman yang serba materialistis ini, jangankan penyandang disabilitas. Ketika penghasilan berkurang dari sebelumnya, istri bisa meninggalkan suaminya kapan saja. Jika benar-benar seperti Sean yang tiba-tiba buta seperti ini, 99% wanita akan memilih untuk bercerai dan mencari pria baru.     

Tentu saja banyak pria, termasuk Sean, tidak ingin ikut menyeret istrinya jatuh bersamanya jika hal seperti itu terjadi pada mereka. Mereka semua memiliki harga diri yang kuat sehingga akan berinisiatif untuk memilih pergi dan membiarkan istrinya menemukan pasangan hidup lain untuk memulai hidup yang baru.     

Setelah mendengar kata-kata Maureen yang membuat Sean sangat tersentuh, Lianny sangat marah.     

Plak!     

Lianny menampar wajah cantik Maureen dan memarahinya, "Bagaimana bisa aku melahirkan putri yang tidak berguna dan bodoh sepertimu?! Setelah membesarkanmu selama lebih dari 20 tahun, akhirnya kamu malah hanya menjadi pengasuh bagi laki-laki cacat!"     

"Dasar keji!" Sean mengepalkan tinjunya ketika mendengar tamparan keras ini.     

Sean sontak merasa kasihan pada Maureen. Lianny adalah ibu mertuanya dan seharusnya Sean tidak boleh tidak menghormatinya, tapi Sean benar-benar ingin menampar Lianny untuk melampiaskan amarahnya.     

Sebelumnya, ketika Lianny memukul Sean, Sean masih bisa tidak membuat perhitungan dengannya. Namun, Lianny memukul Maureen karena hal seperti itu. Memang apa salah Maureen?!     

Maureen memegangi wajahnya dan tampak seperti akan menangis, lalu bertanya, "Bu, mengapa Ibu begitu ingin memisahkan aku dari Sean dan mencarikan pasangan baru untukku? Apa Sean yang dicelakai orang lain ada hubungannya dengan Ibu?"     

Ketika mendengar Maureen bahkan curiga ibunya adalah pelaku dibalik kebutaan Sean, Sean segera menajamkan telinganya untuk mendengarkannya. Dia juga merasa Lianny sangat memiliki motif. Selama ini, Lianny selalu membenci Sean dan menentang Sean.     

Lianny mengamuk, "Benar! Ibu yang sudah menyuruh orang untuk meracuni Sean hingga buta! Ibu memang ingin dia buta dan jadi orang yang tidak berguna, lalu mengusirnya dari keluarga Ibu! Ibu tidak ingin setiap hari melihat orang yang tidak memiliki hati nurani, yang sudah melukai putra Ibu hingga menjadi cacat. Ibu tidak akan memaafkannya seumur hidup Ibu!"     

Sean tiba-tiba terkejut. "Lianny yang melakukannya?"     

Maureen bertanya dengan kaget, "Benar-benar Ibu yang melakukannya? Kenapa berbuat begitu?! Aku benci Ibu! Aku tidak akan menganggap Ibu sebagai ibuku lagi!"     

"Dasar putri tidak berbakti! Demi orang tidak berguna itu, kamu mau memutuskan hubungan ibu dan anak dengan Ibu? Beraninya kamu?!"     

Lianny masih tidak mau mengalah. Sementara, Maureen sudah menangis dan berlari keluar.     

Pada saat ini, Sean merasakan keraguan. Itu karena Lianny baru saja mengakui bahwa dialah yang sudah meracuni Sean. Namun, mungkin saja apa yang dikatakan Lianny tidak sungguh-sungguh dan hanya kata-kata emosi belaka.     

Meracuni orang bukanlah masalah sepele. Bahkan jika Lianny melakukannya, dia tidak perlu mengaku pada Maureen dan membuat putrinya sendiri membencinya.     

Lianny tahu betapa putrinya mencintai Sean. Jika dia melakukan ini, bukankah dia akan membuat Maureen membencinya seumur hidup? Namun, Lianny memang memiliki motif dan kemampuan untuk melakukan kejahatan tersebut.     

"Sebenarnya Lianny atau bukan?"     

Sean merasa dirinya perlu menginterogasi ibu mertuanya!     

Sean mengeluarkan kotak obat misteriusnya lagi. Kotak obat ini tidak hanya berisi obat-obatan untuk menyelamatkan dan menyembuhkan penyakit, tetapi juga obat-obatan untuk mencelakai orang. Salah satunya adalah sebuah pil berwarna merah. Setelah meminumnya, orang akan berhalusinasi, pusing, dan berbicara yang tidak-tidak.     

Pada saat ini, jika seseorang menanyakan sesuatu pada orang yang meminum obat, secara tidak sadar orang itu akan memberikan jawabannya. Setelah bangun, orang itu bahkan tidak tahu apa yang sudah dikatakannya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.