Ingin Kukatakan Sesuatu

Pil Ajaib!



Pil Ajaib!

0Julius sangat panik karena takut Sean akan salah paham dan mengira itu perbuatannya, jadi dia buru-buru menjelaskan, "Sean, meskipun kita berselisih, semua konflik di antara kita timbul karena Chintia. Sebenarnya murni dari sudut pandang seorang laki-laki, aku sangat mengagumimu dan bahkan menghormatimu!"     
0

"Di kapal pesiar mewah Bill Gates, apa yang kamu katakan sudah mengejutkanku. Aku memang iri padamu, tapi aku tidak pernah berpikir untuk menyakitimu! Dulu ketika kamu dan Chintia bersama, aku memang mungkin saja melakukan ini. Sekarang kamu dan Chintia sudah berpisah, jadi untuk apa aku menyentuhmu?" terang Julius.     

Alasan mengapa Julius datang ke rumah sakit dan secara khusus menjelaskan pada Sean adalah karena di satu sisi, dia takut akan balas dendam Sean. Di sisi lain, dia takut Suhendra akan melakukan sesuatu padanya.     

Sean sendiri merasa Surabaya adalah wilayah Julius. Dia membayar untuk mendapatkan alkohol pada perayaan itu dan dia orang yang cerdas. Jika dia ingin mencelakai Sean, dia tidak akan melakukannya dengan begitu terang-terangan.     

Sean memilih untuk percaya pada Julius.     

"Julius, aku bisa memercayaimu untuk saat ini," kata Sean pada Julius, kemudian dia bertanya, "Aku tanya padamu, mungkinkah masalah ini perbuatan seseorang dari keluarga Liono?"     

Ketika mendengar pertanyaan Sean, Julius terkejut.     

"Keluarga Liono?"     

"Benar. Yoga, Fendy, dan Yuangga. Mereka semua punya alasan untuk mencelakaiku."     

Julius dan Yuangga adalah saudara angkat, jadi Sean ingin menanyakan pendapat Julius.     

Julius berpikir sejenak, lalu menjawab, "Tidak mungkin. Asetmu sudah dibekukan dan kamu tidak lagi bertanggung jawab atas Best Express. Keluarga Liono sedang memusatkan perhatian mereka pada Secepat Kilat Express."     

"Sejauh yang aku tahu, dalam dua bulan terakhir, seluruh keluarga mereka sudah menghabiskan hampir 24 jam untuk berbisnis dan mencoba memulihkan kerugian sebelumnya. Mereka tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain sekarang. Selain itu, mereka sudah tahu konsekuensinya jika memprovokasimu, jadi seharusnya mereka tidak melakukan kesalahan yang sama lagi," jelas Julius.     

Sean turut mempertimbangkan hal ini. Namun, jika bukan keluarga Liono maupun Julius, lalu siapa lagi?     

"Sean, kamu ingin kembali ke Bogor untuk berobat, kan? Aku punya pesawat pribadi, jadi pakailah pesawat pribadiku ke sana," kata Julius.     

John buru-buru menyahut. "Kamu akan berbaik hati membiarkan kami menaiki pesawat pribadimu? Apa jangan-jangan kamu sudah menaruh bom di pesawat dan ingin membunuh kami?"     

Julius menjawab dengan frustasi, "Apa yang kamu bicarakan itu? Aku juga akan naik pesawat yang sama dan pergi ke Bogor bersama kalian! Sean mengalami kecelakaan di tempatku. Aku takut Tuan Suhendra akan mengira aku pelakunya, jadi aku harus pergi ke Bogor secara langsung dan menjelaskannya."     

Sean mengulurkan tangannya, menunjuk ke John, dan berkata, "Ayo pergi."     

Sean tahu Julius tidak punya keberanian untuk bertindak sendiri.     

...     

Setelah naik pesawat pribadi Julius, Julius awalnya ingin duduk bersama Sean dan yang lainnya, tetapi dia dibawa ke tempat lain oleh John. Setelah itu, John dan Wawan terus menangis tanpa henti.     

"Mata Tuan Muda Sean harus bisa disembuhkan! Kalau tidak, saat Tuan Andy dibebaskan dan tahu kalau aku tidak melindungi Tuan Muda Sean dengan baik, mataku pasti akan dipindahkan! Huhuu…!"     

Wawan melirik Sean yang duduk diam di kursi yang ada di depannya, lalu berkata dengan pelan, "Kak John, lihat Tuan Muda Sean. Setelah kehilangan penglihatannya, suasana hatinya tetap tampak sangat stabil."     

"Ini bukan hanya stabil, tapi tenang namanya! Aku saja sudah menangis delapan kali, tapi Tuan Muda Sean masih terlihat seperti orang yang tidak terjadi apa-apa," kata John.     

"Aku rasa Tuan Muda Sean sangat tenang, seharusnya karena sangat percaya diri dalam memulihkan penglihatannya. Bukankah keluarga Yuwono adalah keluarga misterius? Tidak mungkin mereka tidak dapat menyembuhkan penyakit kecil ini," balas Wawan.     

John menghela napas. "Semoga saja."     

Pada saat ini, Sean memanggil John.     

"John."     

"Ya, saya datang," John datang dan bertanya, "Tuan Muda Sean, ada apa?"     

Sean mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya, menyerahkannya pada John, dan menginstruksikan, "Ada pil merah muda di dalamnya. Keluarkan dan berikan padaku."     

"Oh."     

John menyerahkan pil merah muda pada Sean dari kotak obat Sean. Sean memasukkannya ke dalam mulutnya, meneguk air, dan menelannya. Kemudian, dia menutup matanya dan beristirahat.     

...     

Setelah setengah jam, John berbaring di sofa mewah di area ruang istirahat. Sepatunya yang kotor diletakkan dengan sembarangan di sofa berwarna putih bersih. Dia berbaring sambil menatap ponselnya.     

Terpampang foto Jasmine di layar ponsel John. Di foto itu, gaya rambut Jasmine berponi panjang dan menggemaskan. Dia mengenakan gaun putih dan duduk di rerumputan sambil tersenyum.     

"Hah… Nona Jasmine benar-benar cantik! Sepenuhnya lebih baik dari Maureen dan Chintia! Selain itu, dia masih muda! Aku benar-benar tidak tahu apa yang Tuan Muda Sean pikirkan. Bisa-bisanya dia tidak memiliki perasaan pada Nona Jasmine!"     

John berbaring sambil memandangi foto Jasmine. Semakin memandanginya, dia semakin menyukai Jasmine. Bahkan, dia tidak bisa menahan diri untuk ingin mencium foto Jasmine.     

Plak!     

Tiba-tiba sebuah tamparan jatuh dari langit dan menghantam kepala John. Itu Sean!     

Sean langsung marah-marah, "Dasar bajingan! Jasmine itu tuanmu! Beraninya kamu sebagai pelayan ingin mencium tuanmu? Apa dia seseorang yang bisa kamu cium?"     

Seketika John panik dan buru-buru berlutut meminta maaf, "Maaf, Tuan Muda Sean. Saya salah. Saya… Saya jelas tidak bermaksud demikian kepada Nona Jasmine! Saya hanya…"     

John hendak menjelaskan, tetapi tiba-tiba menyadari sesuatu yang lebih menakjubkan. Bagaimana bisa Sean tahu bahwa dia akan mencium foto Jasmine?!     

"Ahhh!" John terkejut, "Tuan Muda Sean sudah bisa melihat?'     

Sean buru-buru menutup mulut John dan memberinya isyarat untuk diam, "Ssst! Jangan berteriak!"     

Pada saat ini, mata Sean jelas lebih hidup dari sebelumnya. Penglihatannya sudah pulih!     

John buru-buru diam. Dia tahu Sean tidak ingin Julius yang ada di sebelah mengetahuinya.     

John pun bertanya dengan suara pelan, "Tuan Muda Sean, bagaimana bisa mata Anda sembuh? Bukankah para dokter di Rumah Sakit Surabaya tidak bisa berbuat apa-apa? Oh, saya tahu! Apakah itu pil merah muda yang baru saja saya berikan pada Anda?"     

Sean mengangguk. "Benar."     

John terkejut. "Tuan Muda Sean, dari mana Anda mendapatkan obat-obat yang ada di kotak obat itu? Saya lihat ke mana pun Anda pergi, bahkan meski tidak membawa ponsel, Anda akan selalu membawa kotak obat itu."     

"Kakek memberikannya padaku," jawab Sean, "Nilai kotak obatku lebih mahal daripada pesawat pribadi Julius. Percaya tidak?"     

John tersenyum. "Saya percaya! Saya percaya semua yang Tuan Muda Sean katakan! Keluarga Yuwono paling hebat! Mengikuti Tuan Muda Sean pasti tidak pernah salah! Haha!"     

John sangat senang. Mata Sean sudah sembuh, jadi dia tidak perlu khawatir Andy akan menghukumnya.     

"Sekarang penglihatanku masih agak kabur dan belum sepenuhnya jelas. Selanjutnya aku akan terus berpura-pura buta. Kamu harus bekerja sama denganku dan jangan beritahu siapa pun," perintah Sean.     

"Terus berpura-pura buta? Kenapa?" ​​John tidak mengerti.     

"Kali ini tidak diketahui siapa orang yang sudah mencelakaiku, jadi aku harus memikirkan cara untuk membuatnya muncul," kata Sean, "Sudah, lupakan saja. Kamu juga tidak akan mengerti meski aku mengatakannya padamu. Selanjutnya, lakukan saja sesuai apa kataku. Aku akan beristirahat dulu."     

Sean menambahkan, "Segera hapus foto Jasmine dari ponselmu sekarang juga! Jangan sampai aku melihat kamu berani bersikap kurang ajar pada Jasmine! Jika tidak, aku akan menamparmu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.