Ingin Kukatakan Sesuatu

Sean Buta!



Sean Buta!

0"Jihan, kamu kenapa?"     
0

Ketika teman-temannya melihatnya terjatuh, mereka segera menghampiri dan membantunya berdiri. Gadis itu terus menggelengkan kepalanya dan menampar wajahnya sendiri.     

"Aku merasa seperti tidak dapat melihat dengan jelas."     

Apa jangan-jangan kamu terlalu kelelahan? Pulang dan beristirahatlah saja."     

Mungkin begitu…"     

———     

Pada saat ini, Sean sudah tertidur di hotel.     

Keesokan paginya. John mengetuk pintu kamar hotel beberapa kali. Ketika melihat Sean tidak menjawab, dia langsung masuk.     

"Tuan Muda Sean, Tuan Muda Sean, bangun. Kita harus kembali ke Bogor."     

Sean dipanggil John beberapa kali sebelum akhirnya perlahan bangun. Tetapi, setelah bangun, dia merasa pandangannya gelap.     

"Jam berapa?" tanya Sean.     

"Sudah jam 8 pagi," jawab John.     

"Buka gordennya. Kenapa kamar ini begitu gelap?" gerutu Sean.     

John tercengang ketika mendengar kalimat ini. Dia menoleh dan melihat ke arah jendela dan tirai yang baru saja dibukanya. Padahal, saat ini matahari sudah bersinar. Bahkan jika tidak ada lampu, sinar matahari sudah cukup terang.     

Tiba-tiba John merasa ada yang janggal.     

"Tuan Muda Sean… Apa menurut Anda, kamar ini… gelap?" tanya John ragu-ragu.     

"Sangat gelap. Aku tidak bisa melihat apa-apa," jawab Sean, "Tirai di hotel tidak terlalu teduh. Kalau sudah jam delapan pagi, bahkan jika gorden tidak dibuka, seharusnya tidak segelap ini. Apakah ini masih malam?"     

John tertegun. Dia menelan ludahnya dan bergegas menyalakan semua lampu di kamar hotel.     

"Tu… Tuan Muda Sean, bagaimana dengan sekarang?" tanya John ketakutan.     

Sekujur tubuh Sean langsung merinding. Dia mendengar suara John menyalakan lampu barusan. Namun, setelah lampu dinyalakan, Sean masih merasa pandangannya gelap.!     

"Gawat!"     

Sean tiba-tiba menyadari bahwa itu bukan masalah lampu sama sekali, tetapi penglihatannya sendiri. Ada yang tidak beres dengan penglihatannya. John pun menghampirinya dengan ketakutan.     

"Tuan Muda Sean, jangan menakuti saya. Saya sudah menyalakan semua lampu. Apa jangan-jangan sekarang Anda juga masih tidak dapat melihat apa-apa?"     

John sangat panik hingga hampir menangis, tetapi Sean terlihat sangat serius. Dia terus-menerus mengingat apa yang terjadi dalam 24 jam terakhir di benaknya. Semakin dia dalam krisis seperti itu, dia semakin dapat mempertahankan ketenangannya.     

John bertanya dengan suara yang gemetar, "Tuan Muda Sean, kemarin saya selalu berada di sisi Anda sejak perayaan dimulai untuk melindungi keselamatan Anda. Saya sama sekali tidak melihat seseorang melakukan apapun pada Anda. Selain itu, saya lihat sekarang mata Anda tidak memiliki tanda-tanda cedera dan terlihat seperti orang normal, tapi kenapa Anda tidak bisa melihat? Mungkinkah hanya kebutaan sementara yang dipicu oleh emosi?"     

Sean masih mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam. Meskipun banyak minum, dia sudah terbiasa minum dengan mengandalkan kemauannya. Kebanyakan orang akan bangun keesokan harinya setelah mabuk dan tidak dapat mengingat apa yang mereka lakukan kemarin. Tetapi, bagi Sean, hal seperti itu tidak akan terjadi.     

Karena tekadnya yang kuat, Sean memaksa mempertahankan tingkat kesadaran tertentu setiap saat, jadi dia pun bisa mengingat apa yang terjadi tadi malam.     

"Tadi malam… Aku ingat mataku sangat sakit dalam perjalanan pulang, jadi aku langsung tertidur begitu kembali. Sebelum perayaan dimulai, aku tidak merasa mataku bermasalah. Itu artinya ada seseorang yang menyerangku selama beberapa jam perayaan itu!"     

John mendengarkan analisis Sean, lalu berkata, "Wawan dan saya selalu menjaga tempat kejadian dan tidak ada yang pernah menyentuh Anda, kecuali… menaruh obat di gelas alkohol Anda!"     

Sean sendiri memikirkan hal yang sama sekarang. Seseorang memasukkan obat ke dalam gelasnya.     

"Ada orang yang mencoba mencelakakanku!"     

Sean sontak merasa takut. Siapa yang berani melakukan tindakan keji seperti ini padanya? Seketika dia memikirkan beberapa orang.     

"Juan, Julius, Yoga, Marvin, Matthew, Cahyadi…"     

Masing-masing dari mereka ini memiliki alasan untuk berbuat seperti ini pada Sean.     

Sean sangat marah sekaligus sangat takut. Jika pelakunya tidak diketahui, dia tidak akan bisa tidur nyenyak seumur hidupnya.     

Sean memberi perintah pada John, "Segera pergi kumpulkan video CCTV perayaan tadi malam. Selidiki secara menyeluruh semua orang yang berpartisipasi dalam perayaan, termasuk para pelayan!"     

"Baik!" jawab John, "Tapi, Tuan Muda Sean, alkohol-alkohol ini disiapkan oleh Julius si tua bangka. Mungkinkah itu perbuatannya?"     

Sean berpikir sejenak.     

"Dia memiliki motif untuk melakukannya, tapi entah mengapa aku merasa itu bukan dia. Hanya saja, dia harus tetap diselidiki secara menyeluruh. Selain Julius, aku juga ingin kamu mengutus seseorang ke Banten untuk memeriksa pergerakan Yoga dalam dua hari terakhir. Serta Cahyadi, Marvin, dan Matthew!"     

Sean memiliki terlalu banyak musuh. Pada saat ini, dia benar-benar tidak tahu siapa yang melakukannya.     

John buru-buru setuju, "Tuan Muda Sean, saya akan membawa Anda ke rumah sakit dulu. Mari kita obati mata Anda dulu, kemudian cari bajingan itu! Saya berjanji akan membalasnya 10 kali lipat lebih dari ini untuk Anda!"     

———     

John membawa Sean ke rumah sakit di Surabaya untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh.     

Awalnya John mengira jika hanya karena diberi obat dan tidak ada masalah pada mata Sean, kebutaan ini akan mudah untuk disembuhkan.     

Dokter ternyata berkata, "Mata Tuan Sean tidak terluka dan terlihat sama seperti orang normal, tapi ada masalah serius pada saraf matanya, terutama saraf optik yang bertanggung jawab untuk konduksi visual."     

"Kami masih belum dapat mengetahui jenis bahan obat apa yang menyebabkan kerusakan pada mata Tuan Sean. Bisakah Anda menemukan gelas yang diminumnya kemarin?"     

"Kemarin malam, semua gelas minuman kemarin sudah dicuci," jawab John dengan cemas.     

Dokter menghela napas. "Kalau begitu, akan sulit. Kondisi Tuan Sean tidak cocok untuk operasi dan hanya dapat diobati dengan obat-obatan. Sekarang tidak ada yang bisa kita lakukan."     

John sangat marah dan meraih dokter.     

"Apa yang anda maksud dengan tidak ada yang bisa dilakukan?! Jika Anda tidak dapat menyembuhkan Presdir Sean, jangan harap kalian…"     

"John!" Sean memanggil John dari dalam kamar.     

John bergegas masuk.     

"Jangan menyulitkan dokter. Orang-orang di keluarga Susetia sudah tahu aku mengalami kecelakaan. Suhendra menyuruhku segera kembali ke Bogor. Dia sudah mengundang dokter mata terbaik di negara ini untuk merawatku," kata Sean.     

John mengangguk dengan cepat. "Hmm! Kemampuan dokter bobrok di sini sama sekali tidak bagus! Tuan Muda Sean, jangan dengarkan omong kosong dokter ini! Anda pasti akan baik-baik saja!"     

Tepat saat keduanya hendak pergi, terlihat seorang pria paruh baya dengan setelan jas bergegas ke arah mereka. Itu adalah Julius.     

Ketika John melihat Julius, dia langsung melontarkan tinjuan secara sembarangan dan memaki, "Julius, dasar anjing! Beraninya kamu mencelakai Tuan Muda Sean!"     

Julius melambaikan tangannya untuk melawan. "Ini bukan aku! Bukan aku!"     

"Kamu yang menyediakan semua alkohol untuk perayaan! Jika bukan kamu, lalu siapa?" sergah John dengan marah.     

Julius berkata dengan sedih, "Tidak ada masalah dengan alkoholnya. Bukankah ada begitu banyak orang yang minum, tapi mereka semua tidak apa-apa? Pasti ada orang yang sengaja memberi obat ke dalam gelas Sean! Aku bersumpah! Ini sama sekali tidak ada hubungannya denganku!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.